5. Dia | ex-LOST IN JAPAN

35 7 0
                                    

Aku yang selalu diam dan hilang ditengah keramaian. Aku yang hanya bisa menjadi diriku sendiri di depan Rendy dan Bu Susi, Flow yang begitu ekspresif, emosional dan ceria. Tapi siapa peduli? Aku tidak memberitahu mereka maka pantas saja jika mereka tidak seperhatian kedua orang itu. Tapi, sekarang aku telah menambahkan satu nama.


Tok.. tok.. tok..
Masuk..!

Kulihat seseorang sedang sibuk mengemasi buku - buku di mejanya. Aku berjalan mendekati meja itu dan dipersilahkannya duduk.

"Saya kira kamu tidak datang kesini," ucapnya menghentikan aktivitasnya.

"Tidak pak, ada yang bisa saya bantu," tawarku mencoba memulai percakapan.

"Tidak. Bagaimana?" tanyanya menatapku.

"Ba..gaimana apanya pak?" tanyaku bingung sambil mencoba mengendalikan kegugupanku.

"Kuliahmu!" ucapnya sambil sedikit menahan tawa.

"Ehm.. sudah boleh pak. Tapi.." suaraku tiba - tiba menghilang.

"Tapi apa? Biaya?" tanyanya yang terhenti sejenak. "Kuliah itu hanya memikirkan bagaimana caranya untuk masuk kesana, dan selebihnya adalah mempertahankan nilai." Dia berjalan memutariku menuju rak buku.

"Maksud bapak?" tanyaku sambil berdiri menghaadap punggung guru muda itu.

"Beasiswa, kamu hanya perlu beberapa berkas dan nilaimu diatas standar yang ditetapkan. Kamu pintar! Jadi, ambillah kesempatan ini!" Pak Wahyu menyodorkan sebuah brosur universitas yang pernah kudatangi bersamanya dan kembali duduk.

Aku masih tercengang dan terserang virus loading ketika dihadapkan dengan hal yang spontan di hadapannya. Aku terdiam melihatnya yang sudah duduk kembali di kursinya."duduklah!" Perintahnya.

Seperti orang yang terhipnotis aku hanya diam dan menuruti perintahnya tanpa menjawab sepatah kata pun. Bahkan pertanyaan pun hanya ku jawab dengan diam dan pandangan yang selalu menatap kearahnya. Hanya tanganku yang aktif meremas - remas ujung brosur yang diberinya.

"Hei!" Tangan Pak Wahyu melambai tepat di depan wajahku. Dia membuat diamku menjadi terkejut dan membenahi wajahku yang mungkin saja hampir mengeluarkan air liur.

"Kenapa di kelas kamu hanya diam?" Tanyanya yang kini benar - benar fokus kepadaku.

"Tidak apa - apa pak," jawabku sambil menumpangkan tangan diatas pahaku, rapi.

"Karena mereka selalu bersahut tak enak ketika kamu berbicara?" tebaknya.

"Tidak pak, hanya tidak tahu apa yang harus dikatakan, mereka sudah mengatakan semuanya. Seakan - akan mereka mengetahui pikiran semua orang," ucapku dengan sedikit tersenyum.

"Cukup ingat Flow, semua orang membutuhkan latihan untuk berbicara dihadapan orang lain. Entah itu orang banyak maupun orang yang dipercaya," kata - kata itu terdengar seperti sindiran untukku.

Aku hanya mengiyakan perkataan itu dan ingin segera keluar karena dia akan segera pergi dua puluh menit lagi, atau aku harus membantunya?

"Boleh saya bantu pak?" Tanyaku kepada seseorang yang kembali sibuk dengan buku - bukunya.

"Tidak Flow, terimakasih," tolaknya sambil sedikit memandangku. "Oh ya, ambilkan tas saya!" Perintahnya.

Aku memberikan tas ransel hitam yang baru saja kuambil kepada guru itu dengan penuh rasa sungkan. Aku tak membantu apapun! "Ambil yang kamu mau!" Perintahnya lagi sambil menyodorkan sebuah kantung berisi gantungan kunci.

Aku tak secepat itu untuk menangkap maksud dari perintahnya, aku terlalu kaget. Aku hanya diam seperti orang yang tak punya otak. Hingga dia mengulang perintahnya dan membuat otakku kembali berfungsi.

"Terimakasih pak," ucapku.

"Ya, sama - sama. Sebentar lagi kamu masuk, kamu harus kembali ke kelas!" Jelasnya yang berdiri mendekati lemari buku.

"Baik pak, terimakasih. Permisi," pamitku berdiri dari kursi.

Disaat itu juga aku merasa dia berbeda. Dia menyuruhku untuk datang kesini tapi dia malah sibuk dengan acara berkemas - kemasnya. Tapi siapa aku? Murid biasa dengan sejuta masalah yang tak pernah ingin diketahui orang lain. Tapi dia tau!

Ditengah gerutuan disetiap langkahku mendekati pintu, guru itu memanggilku. Dan aku mendapatkan sesuatu yang bisa mengobati gerutuanku. "Flow, saya tunggu kamu di universitas," Dia tersenyum!

Kata - kata itu tak pernah terputus dari batinku dan membuatku selalu tersenyum disetiap langkahku. Ketika aku ingin menyerah kujadikan dia sebagai tumpuanku, kata - katanya, cerita tentangnya dan segala sesuatu yang membuat imajinasiku kadang menggila. Hidup bersamanya.

Kubiarkan angan itu membuatku melayang disetiap langkahku. Apakah aku terlalu berlebihan mengartikan sikapnya kepadaku? Ahh, beginilah jika seseorang yang kesepian mendapatkan perhatian. Itu terlalu berarti bagiku.

"Diem lu!" Sentak Vina diwajahku.

"Eh, lu diem dulu baru nyuruh diem!" Rendy berdiri tak terima.

"Udah, balik aja." Pintaku kepada Rendy.

"Apa maksud lo?" Gertak Vina.

"Gak, gue cuma mau diem oke?" kubuang mukaku dari tatapan Vina.

Tangan Vina menjambak rambutku dan membuatku terdongak menatapnya. Apa salahnya perkataanku? Aku melakukan seperti yang dia inginkan! Dasar orang gila!

"Lu mau nantang gue?" tanya Vina sambil menatik rambutku dengan lebih keras.

"Gue cuman nurutin apa kata lo! Kalo lu nyuruh diem, diemin dulu mulut lo sendiri!" ucapku sambil mencoba menarik tangan Vina yang malah membuatku kesakitan.

Rendy yang mengetahui perlakuan itu berlari melerai tarikan Vina yang semakin menjadi - jadi.

"Eh, ngapain sih? Lepasin!" perintah Rendy.

"Emang kenapa kalo gak gue lepasin?" Vina tersenyum bengis.

"Lo bakalan tau kalo masih lo terus - terusin, lepasin!" perintah Rendy sekali lagi.

Aku tak tahu apa yang mereka berdua maksud. Ancaman apa? Namun disisi lain aku bersyukur telah lolos dari cengkraman nenek sihir itu tanpa kekurangan apapun. Tak biasanya dia melepaskan mangsanya tanpa goresan.

"Kamu pindah ke tempat Risa. Risa, kamu pindah kesini." lempar Rendy.

Kutenteng tasku dan pindah ke bangku disamping Rendy yang sebenarnya itu adalah bangku dari salah satu anggota genk-nya Vina. Mereka sebenarnya duduk berdrkatan. Tapi karena mereka selalu membuat keramaian akhirnya mereka dipisah dan tertulis di daftar anak - anak yang dilarang pindah seenaknya sendiri.

Aku baru sadar, aku telah bersama dia sebelum dia yang lain pergi.
Tuhan, jangan permainkan perasaanku lagi.

TBC❤

Flow Eyrimend Peter - Lost in japan [TBC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang