4. tea time | LOST IN JAPAN

63 28 7
                                    


Tak jauh berbeda dengan hari - hariku kemarin, aku pergi berjalan - jalan menjelajahi tempat - tempat yang tertulis pada holidaylist-ku. Hari ini aku ingin menikmati teh hijau Jepang dengan kimononya yang khas, kalian tidak akan tahu bagaimana rasanya jika kalian tidak mencobanya! Dan akupun penasaran! Mereka menunjukkanku bagaimana cara meracik teh hijau tradisional dan tata cara meminumnya. Bahkan mereka juga mengatur cara duduk ketika minum teh, memang tak biasa. Tapi rasa penasaranku terlalu bersemangat. Haha.

-------------

Note :
Interesting.. that is every pieces of Japan..

-------------

Setelah menuliskan sesuatu tentang tempat ini tentu saja aku tak akan melewatkan saat - saat untuk mengambil foto dengan berpakaian kimono, karena aku terlalu asyik berfoto sampai - sampai aku tidak menyadari bahwa ada seseorang duduk disamping mejaku dan ikut berfoto. Melihat wajahnya, aku berbalik arah dan kaget menyadari bahwa itu adalah laki - laki yang kutemui kemarin, Daniel. "Kau cantik memakai kimono itu!" Katanya sambil duduk.

Kenapa dia selalu membuatku kesal dengan selalu mengikutiku? Dia memang pengrusak mood yang handal. Aku menyudahi acara berfotoku dan memasukkan ponselku kedalam tas. Ketika menanyakan jawabannya, dia tak pernah bisa meyakinkanku karena jawabannya tetap sama. Aku bahkan tak tau kau berada disini atau aku tidak mengikutimu.

"Oh ya, terimakasih atas nomor seri ponselmu. Tapi bukan itu yang ku maksud" katanya sambil memanggil pelayan.

"Kukira itu yang kau minta, karena yang aku tahu perkataanmu selalu abstrak" Kataku kembali duduk ke posisi semula.

"Abstrak?" Tanya Daniel heran.

"Kau tak menyadarinya?" Tanyaku balik.

"Aku tak merasa seperti itu" kata Daniel kebingungan.

"Kenapa kau berada disini?" Tanyaku tanpa menatapnya. Mengalihkan pembicaraan.

"Tempat ini adalah tempat favoritku" katanya sambil mengalihkan pandangannya kepadaku. "Apa kau sudah memesan teh hijau? Karena tak mungkin ada yang melewatkannya" tambahnya.

"Sepertinya kau benar - benar seorang peramal!" Gumamku sambil menyeruput teh.

"Kurasa itu sudah menjadi list wajib untuk turis, karena yang kutahu kebanyakan turis meminta hal yang sama" katanya tersenyum. Bagaimana dia bisa tau? Bahkan dia juga bukan pemilik kedai teh ini.

"Kau tahu kenapa? Karena teh matcha adalah ciri khas Jepang!" Jelasnya sambil tersenyum. Aku sejenak berhenti menggumam karena perkataannya yang membuatku takut bahwa dia dapat membaca pikiranku.

Daniel beberapa kali berbicara padaku, namun aku hanya menggubrisnya dengan tatapan kesal tanpa rasa bersalah. Jujur saja, aku sudah jenuh karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Daniel. Dia terus saja bertanya meskipun aku tak lagi mengarahkan tatapanku kepadanya. Hingga akhirnya pesananku datang bersamaan dengan pesanan Daniel yang tetap berbicara, aku tak tau apa yang bisa membungkam mulutnya.

Daniel yang sedang baru saja mendapati pesanannya turun dari nampan pelayan meraih dua cangkir yang tertata didepannya dan menuangkan air cokelat bening dari teko tanah liatnya. Aku yang sedang menikmati teh hijauku mencium wangi teh yang begitu hangat mengusir bau teh hijauku yang sepat dan ketika aku menghirupnya, Daniel seperti meminta bayaran dengan memintaku untuk menghampirinya. Hanya karena uap dia meminta ganti rugi, apa ruginya dia? Dasar pelit!

Aku merasa tertarik dengan teh yang baru saja mengundangku, aku menghampiri Daniel yang berteman sebuah teko dan beberapa cangkir sampai - sampai aku meninggalkan teh hijauku demi itu. Aku tak tahu apakah dia selalu memesan teh dengan porsi ini meskipun sendirian, apa ini karena aku ada disini. Daniel menyodorkan salah satu cangkir yang baru saja dituanginya teh dan memintaku untuk meminumnya. Kurasa teh yang dia pesan adalah penghipnotis yang ampuh, dia bisa membuatku menuruti perintah Daniel tanpa penolakan.

Flow Eyrimend Peter - Lost in japan [TBC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang