Mungkin jika semangat itu adalah manusia, pikiranku adalah iblis yang selalu membuatnya jatuh dan dia adalah malaikat yang selalu membawanya lebih tinggi.
.
.
.Klak!
Pintu kamarku terbuka.Ibu masuk dengan keranjang yang penuh pakaian dan senyuman yang berbeda. "Gini dong semangat lagi!" Pujinya.
"Hehe, iya dong bu. Masih ada dia yang lain." Ucapku cengengesan sambil menegapkan tubuhku dari tengkurap.
"Cepat sekali, memangnya siapa?" Goda ibu yang sibuk memasukkan baju - bajuku ke lemari.
"Dia ternyata udah lama bu, Flow baru sadar." Ucapku pelan sambil memandang langit - langit. Kurasa aku tersenyum - senyum sendiri.
"Lain kali, perhatiin orang - orang disekitar kamu meskipun tidak melebihi tingkatan kamu. Kalau tinggal beberapa bulan seperti ini bagaimana?" Ibu mencubit hidungku dan berjalan mendekati pintu.
Aku mengeluh kesakitan memegangi hidungku yang mungkin sedang memerah. "Bu, apa aku benar - benar boleh kuliah?" Tanyaku dengan sedikit teriak.
"Ya, asal kau mampu sayang," ucapnya sebelum menghilang dibibir pintu.
Senang dengan jawaban itu kembali membuatku berpikir bagaimana caranya agar aku dapat membalasnya. Mungkin tidak bisa untuk sekarang, tapi aku yakin nantinya aku akan memberinya gelar teman terbaik. Aku membutuhkan sesuatu untuk mengingatkanku kepadanya. Tapi apa? Aku dan Rendy tidak pernah bertukar hadiah.
Kubiarkan pertanyaan itu bergulat di pikiranku. Pandanganku kembali ke buku pelajaran yang sedari tadi hanya diam menjadi pendengar pembicaraanku dan ibu.
.
Buku? Kata itu menyadarkanku.
.Aku meloncat dari tempat tidurku dengan penuh semangat dan menggeledahi lemari bukuku, berharap menemukan buku yang berbeda. Lebih bagus dari buku pelajaranku.
Tanganku mulai menuliskan kata - kata yang membuat ingatanku berputar ke masa lalu. Kadang aku bergidik malu karena kecerobohanku dan ertawa karena semua kelucuan yang pernah terjadi.
Hingga otakku membuatku berhenti menulis dengan memutar kenangan yang membuatku terenyuh. Mungkin jika bisa kubuat sajak puisi, akan kubuat di sedramatis mungkin. Kutatap langit - langit kamarku yang membawaku terhanyut lebih dalam. Aku mengingat setiap detik , setiap kata dan setiap apa yang dilakukannya. Mereka begitu membekas. Bahkan aku air mataku hampir menetes karenanya.
Aku menghela nafas panjang untuk berhenti berkabung dengan kenangan itu. Siapa yang akan bertanggung jawab jika aku gila karena terus mengingatnya? Diakah? Semoga saja.
💮💮💮
Pagi yang lain.
Ku tapakkan kakiku dijalanan senin yang tengah sibuk dengan mesin - mesin berasapnya.Aku sudah berhasil menghiraukan alarm rusakku beberapa hari ini. Ternyata hal itu berhasil membuatku bersemangat di ruang lain. Tanpa memikirkannya dan tanpa membahasnya. Lagi pula mereka tidak sedang mempermasalahkan aku.
Senyuman Pak Pono menyambutku dengan sebuah pujian karena kedatanganku yang tidak normal. Kulewati gerbang itu dengan melangkah tanpa beban menuju ruangan yang telah begitu bersahabat denganku.
Kuletakkan tasku diatas meja dan kurasa penyemangat telah datang lebih awal dariku. Aku berjalan keluar kelas sambil membenahi dasiku dan menemukan seseorang sedang asyik mengobrol.
Rendy menghela nafas dan tersenyum melihatku yang sedang berdiri sendiri di depan kelas. "Rapi nih!" Ejeknya.
"Ya udah gue lepas semua!" Aku berbalik membelakanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flow Eyrimend Peter - Lost in japan [TBC]
Romance⚠WARNING : CERITANYA KACAU.⚠ 🚨"Ada bunga sakura mekar di musim salju" JANGAN HIRAUKAN ITU!😂🚨 🆓TETAP TERIMA KRITIK🆓 💐💐💐 Note : Welcome holiday... I've creat my track.. We will find our paradise.. Japan.. please say welcome.. Salju turun denga...