24. LOST IN JAPAN

26 11 0
                                    

Pagi ini, Daniel bersikap sangat aneh. Begitu dingin dan kaku. Dia menyiapkan makanan untukku, namun dia meninggalkanku seperti sikapnya saat mengetahui aku berkencan dengan Naoki. Tapi, apa yang salah kali ini? Apa karena malam itu? Tidak, dia sudah menyetujuinya dan dia juga tidak mungkin bersikap kekanak - kanakan seperti itu. Dan ketika aku menanyakannya, dia malah menyuruhku untuk mengemasi barang - barang. Sempat ingin menanyakannya untuk apa, tapi dia sudah terlebih dahulu mengatakannya. Aku hanya mengiyakannya tanpa bertanya lagi, karena aku tidak mau ada perang mulut dipagi yang sedikit abu ini. Namun, disisi lain aku masih bertanya - tanya kenapa dia mengajakku ke appartemennya? Mungkinkah dia sudah terkena teguran karena terlambat? "Berhentilah memikirkannya! Atau kau akan tersedak!" Batinku.

Aku berjalan keluar kamar Daniel dan menemukan Daniel yang tengah tertunduk menyandarkan sikunya dipagar teras rumah dengan jari - jarinya yang terpaut. Aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi hal ini hanya dilakukannya ketika dia sedih memikirkan sesuatu. Kali ini apa?

"Kau kenapa?" Tanyaku yang berada diruang tamu.

"Tidak, cepatlah, atau kau akan menurunkan barang - barangmu saat hujan." Perintah Daniel yang kini terdengar lebih dingin.

Lagi - lagi aku hanya menurutinya tanpa berani menjawab.

"Apa ada yang tertinggal?" Tanya Daniel yang tengah membungkuk didepan pintu mobil kedua.

"Ti..dak," ucapku yang terengah - engah, membungkuk memegangi lutut.

Aku terengah - engah karena mengambil barang didalam kamar Daniel yang mengharuskanku naik - turun tangga depan rumah itu. Jangan berfikir Daniel tidak membantuku, dia membantu membawa satu koper besarku dan kopernya. Selanjutnya, dia hanya menata dan membiarkanku keluar - masuk rumahnya sendirian.

Langit semakin gelap bersamaan dengan melajunya mobil bersama supir yang memasang wajah masam. Sekarang bukan aku yang mendiamkannya, tapi sebaliknya.

"Kau tidak mau berbicara kepadaku?" Ucapku menoleh Daniel yang diam dengan pandangan lurusnya.

"Tidak, memang kenapa?" Ucap Daniel dengan senyuman yang terlihat palsu.

Daniel tiba - tiba menghentikan mobilnya di depan restoran. "Apa kau membawa payung?" Tanya Daniel yang memandang hujan lebat.

"Ya," jawabku singkat sambil mencari sesuatu didalam tasku. "Ini," Aku menyodorkan payung lipat abu - abuku.

Daniel keluar mobil meninggalkanku dan ternyata dia menghampiriku dan mengajakku ke dalam restoran. Lagi - lagi aku takut untuk menolak ajakan Daniel, meskipun sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin kulontarkan karena sikapnya.

Payung yang kami pakai tak cukup untuk melindungi dari derasnya air hujan. Aku berjalan sambil meringkuk dan tiba - tiba tangan kiri Daniel merengkuh pinggangku. Aku hanya menatap Daniel dan membuatnya berhenti. "Apa kau ingin berbasah -basahan disini?" Tanya Daniel yang membuatku kembali meringkuk mengikuti langkahnya.

Baru saja aku dan daniel memasuki restoran, seorang pelayan menghampiri kami dan meminta jaket yang melekat di tubuhku dan Daniel. Ya, aku mengerti. Jaket kami basah, dan itu akan membuat pekerja restoran ini membersihkan lantai lebih susah jika kami masuk dalam keadaan basah.

Restoran ini berdekorasi minimalis seperti cafe, namun ruangannya yang lebih besar. Di ujung ruangan terdapat alat musik yang tertata rapi bersama microfon yang telah terpasang di penyangganya.

Pelayan lain menghampiri kami dengan sebuah map hitam bertuliskan menu. Daniel memilihnya lebih dulu sebelum menawarkannya kepadaku. Aku yang tak ingin kebingungan memilih makanan akhirnya memesan apa yang Daniel pesan.

Flow Eyrimend Peter - Lost in japan [TBC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang