14. Hari guru.

1.5K 190 3
                                    

"Dua minggu lagi adalah hari guru dan mulai sekarang pemilihan untuk ikut lomba. Gue harap kalian semua berpartisipasi untuk mengikuti lomba ini. Gue akan nyatat nama-nama yang ikut lomba. Yang mau angkat tangan." Jungkook berseru di depan kelas setelah ia selesai mengadakan rapat tadi.

"Futsal!"

Yang mengangkat tangan namanya dicatat Jungkook di selembar kertas.

"Renang!"

Begitu juga hal yang sama sampai semua lomba telah ia ucapkan.

"Woy, Kook! Eunha nggak ikut lomba apa-apa masa?!" teriak Jimin tak terima.

Jungkook dan seisi kelas menatap Eunha yang menunduk malu.

"Kan emang biasanya gitu," jawab jungkook apa adanya.

"Kali ini nggak boleh, dong. Harus ikut!" kompor Yerin lagi.

Mengikutkan Eunha dalam sebuah lomba adalah ide bagus. Selain untuk memperkuat fisik Eunha, juga akan membantu ia untuk beradaptasi di keramaian.

"Ikut! Ikut! Ikut!" seru seluruh kelas.

Eunha semakin memperdalam tundukannya. Jungkook menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ya udah. Eunha ikut lomba puisi aja, ya," aju Jungkook.

"Setuju!!" serbu seluruh teman.

"Gue setuju aja, asal, Eunha sendiri yang bikin puisinya," cerocos Jimin lagi.

"Setuju!!"

>>><<<

Saatnya lomba baca puisi.

"Una takut baca puisinya. Rame banget," eluh Eunha memeluk Jungkook saat di belakang panggung aula.

"Tenang ya, Na. Jangan gugup. Tarik napas, buang ... tarik napas, buang."

Eunha melakukan yang Jungkook perintahkan.

"Selanjutnya, Jung Eunha dari kelas 11KA1!" Pembawa acara telah memanggil namanya. Eunha semakin gugup.

"Ayo, Na. Semangat!" seru Jungkook lagi. "Senyum dong."

Eunha tersenyum.

"Semangat, ya!"

Eunha mulai melangkah menuju panggung.

Seluruh guru dan siswa siswi yang duduk di sana membuat jantung Eunha memburu. Keringat bercucuran di pelipis. Eunha menyentuh mic dengan tangan gemetar.

"Em ... m ...!"

Eunha terbata. Semuanya hening menunggu Eunha membuka suara.

"Mawar itu merah! Violet itu biru!"

Seluruh penonton tertawa. Ada yang terpingkal-pingkal memegangi perutnya, ada yang geleng-geleng sampai garuk-garuk kepala.

"Una harus ke kamar mandi!"

Eunha berlari balik ke belakang panggung dan langsung memeluk Jungkook kuat sambil menenggelamkan wajahnya di dada cowok itu.

"Na, itu bukan puisi lo, kan?"

"Bukan," jawab Eunha lemah.

"Kok lo ngomong itu?"

"Una gugup. Tanpa sadar Una teringat puisinya patrick dan jadi ngomong itu."

"Biar gue yang lanjut. Lo di sini aja."

Jungkook melepaskan pelukan Eunha dan berjalan ke atas panggung.

"Maaf. Eunha tidak dapat melanjutkan puisinya karena gugup. Saya di sini akan menggantikannya membaca puisi. Ini benar-benar puisi buatan Eunha yang ditunjukkannya pada saya kemarin. Mohon pengertiannya."

Tidak ada yang keberatan. Jungkook pun mulai membuka suara.

Saya pernah tak melihat
Saat saya menangis tersedu
Padahal kau menatap penuh haru

Saya pernah tak merasa
Saat saya larut dalam mimpi
Padahal kau mengecup pipi

Saya pernah tak mendengar
Saat saya terlalu bahagia
Padahal kau bisikan cinta

Oh, guru
Perbuatanmu yang saya tidak tau
Adalah penting
Namun kau tetap lakukan dan memberi bukti
Bahwa kasih sayangmu tak harus saya ketahui

Saat kata terakhir diucapkan, seluruh pendengar bertepuk tangan. Puisi yang indah, simpul mereka. Sayang sekali, bukan si pembuat yang mengutarakannya.

Si Pintar Dan Si Bodoh.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang