BAB 11

1.8K 88 0
                                    

Menit berganti menjadi jam,denting lonceng jam analog menunjukkan pukul sepuluh pagi,buk Nunik berangsur meninggalkan kediaman menantu dan anaknya.

Nafisa berlahan menutup pintu utama dan melangkah menuju ruang tengah, disana tampak Nugra sedang memainkan ponselnya.

Setelah menyadari keberadaan Nafisa di sanpungnya, Nugra menarik nafas dalam setelahnya dia tajamkan pandangannya ke Nafisa,dan berujar

"apa maksud perkataanmu tadi hem..? "

"perkataanku yang mana mas?Nafisa balik bertanya,tanpa rasa takut dengan tatapan Nugra

"apa maksudmu mau nyusulku ke Jerman ha...? "sergah Nugra

"oh.. soal itu, tenang aja aku gak akan nyusul kamu,aku hanya ingin mendinginkan hati ibu aja"jawabnya santai

"kamu pikir ibu bodoh, percaya gitu aja,kalo kamu gak nyusul aku berarti  kamu tetap disini...mana mungkin ibu percaya,jangan bikin keadaan ini senakin rumit Nafisa! "ucap Nugra kesal

"yang buat keadaan ini rumit itu kamu, bukan aku!aku hanya mengikuti permainan kamu saja,kamu lakukan semua ini karna menghindari akukan mas...?

seharusnya kamu gak perlu lakukan itu,aku tau kamu kecewa dengan keadaanku,tapi aku lebih kecewa dengan sikap dan perlakuanmu mas...! "dengan wajah terluka Nafisa menatap lekat mata hitam Nugra.

"Kamu gak ngerti,jadi kamu gak usah berpikir yang macem-macem tentang aku"Nugra mulai terpancing emosi

"aku memang gak tau semua tentang sikap dan pribadimu, tapi yang aku tau,katanya kamu mencintaiku,tapi aku gak pernah merasakan cinta yang kamu punya untukku...! Lantas kemana perginya cinta yang kamu ucapkan tempo hari, yang katanya sedari dulu kamu cinta sama aku ha...?"Nafisa sedikit mengeraskan suaranya karna merasa jengah

"pelankan suaramu Naf...! Apa begitu cara istri berbicara dengan suami hem..?ucap Nugra mengingatkan

"oh maaf jika aku merobek harga dirimu,aku lupa cara berbicara santun dengan suami yang telah mencampakkan harga diriku seperti sampah,maaf"

Nafisa berucap sambil tersenyum garing karna hatinya yang terlalu pilu,kemudian Nafisa bangkit dari duduknya hendak meninggalkan Nugra.

Tapi Nugra dengan sigap menarik tangan Nafisa.

"beri aku waktu untuk  menyusun kembali hati  yang penuh luka dan kecewa,kamu yang belum paham sikapku Naf...!"ujar Nugra

Nafisa hanya tersenyum,senyuman kepedihan itu hanya Nafisa yang dapat mengartikannya,suasana kembali hening,namun kemudian Nugra memecahkan keheningan itu dengan ucapannya.

"penerbanganku dipercepat,nanti jam tiga aku harus terbang ke Jerman tapi jika kamu... "

"pergilah...aku ikhlas!aku akan siapkan keperluanmu"tanpa menunggu jawaban Nafisa melangkah meninggalkan Nugra

Setelah sampai dikamar Nugra.Nafisa dengan cekatan menyusun pakaian dan keperluan suaminya,dengan hati nyeri, Nafisa beranggapan kepergian Nugra memang benar karna ingin menjauh darinya.

Namun Nafisa telah ikhlas melepas cintanya,agar tak membebani suaminya. dengan sedikit menyeka air mata Nafisa terus mempersiapkan semuanya.setelah dirasa cukup Nafisa kembali kekamarnya,mengurung dirinya dan mengunci pintu kamarnya dari dalam.

Air matanya kembali meluncur,ditengah tangisnya Nafisa berpikir, mungkin jalan ini yang terbaik,Nafisa harus mengakhiri ini semua. Dia tak mau jika Nugra merasa tertekan dengan setatusnya sebagai seorang suami. bekas janda kakaknya sendiri.

Mungkin dengan kepergiannya ke Jerman lelaki itu bisa menghirup udara segar,tanpa harus sesak berada didekat istri yang tak seperti diharapkannya.Nafisapun merasa tak pantas menyandang seorang istri dari perjaka tampan dan kaya.

RELUNG HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang