BAB 12

1.9K 91 1
                                    

Hari berlalu sangat cepat meninggalkan tanggal-tanggal yang setia menyambutnya setiap bulan.

Nafisa duduk di taman belakang rumah, dengan wajah yang sangat segar,sesegar bunga yang di tata dengan jari-jari lentiknya.

"Mbok...jadi buat kan saya teh es..? haus ni..!"rengeknya manja.mbok Nah terkekeh geli melihat kemanjaan Nafisa

"udah Non..teh esnya simbok taruh di gazebo tu...disana"tunjuk mbok Nah antusias.

"ih... Mok...!berapa kali Naf bilang,Naf gak suka dipanggil Non.Naf lebih suka dipanggil Nduk ketimbang dipanggil Non...!ucap Nafisa misuh-misuh

"ooo.. iya simbok lupa maaf ya Nduk manis" ledek mbok Nah geli.

"o ya Nduk Naf, itu henponnya dari tadi bunyi terus lo,mana tau penting"

"ya udah Naf kedalam dulu ya mbok" sambil berlalu Naf mencium sayang pipi mbok Nah,ia seperti itu karna menganggap mbok Nah seperti ibunya sendiri,dengan tulus Nafisa menyayangi mbok Nah,karna mbok Nah tak memiliki siapa-siapa lagi,dia seorang janda tanpa anak.

Sesampainya di dalam rumah Nafisa bergegas meraih henponnya diatas meja ruang tengah."astagfirullah ibu..aku lupa memberi tahu ibu"batinnya gusar dengan cepat dia pencet tombol hijau yang naik turun di layar henponnya.

"assalamualaikum bu..."baru mengucap salam sang ibu udah ngomel-ngomel

"kamu beneran ke Jerman,kok gak kasi tau ibu dulu Naf... Kebangetan kamu ya..? "omelan buk tari mulai cetar ditelinga Nafisa

"hehe... Maaf bu, Naf lupa habis keenakan liburan heee..! "bohong Nafisa,Agar ibunya tak hawatir.

"uh..kamu tu ya Naf,coba merengkelnya jangan dibesar-besarin,udah punya suami dua masih aja suka semaunya sendiri,cerewat-cerewet gini aku ini ibumu"omel buk tari lagi.

Namun tanpa sadar ucapan buk tari sangat bembuat hati Nafisa kembali terusik.

"maaf bu..Naf gak bermaksud begitu,ya udah ya bu Naf mau mandi dulu"tanpa menunggu jawaban Nafisa segera mematikan sambungan telponnya. Pikiran Nafisa kembali melayang-layang jauh menerawang.

Namun di tempat lain Nugra mulai melangkahkan kakinya keanak tangga selangkah-demiselangkah,menuju pintu rumah. Hatinya berdebar,merasakan rindu yang memuncah ingin segera memeluk sang bidadari hatinya.

Saat Nugra membuka kenop pintu,pintunya terkunci namun dengan cepat pak sudir menghampiri tuannya.

"maaf pak ibuk sedang tidak ada dirumah beliau hanya menitipkan kunci ini."mang sudir satpam rumah dengan sopan menyerahkan kunci rumah ketangan Nugra, kening Nugra mengerut heran

"emang ibu kemana mang kok sampai nitipin kunci,jam berapa tadi ibu perginya...? "tanya Nugra cemas,mang Sudirpun heran, ternyata majikannya ini tak mengetahui kepergian istrinya.

"emm.. Sudah seminggu pak.., tepatnya jam delapan setelah keverangkatan bapak ke Jerman tempo hari"ucap mang Sudir jujur.

Nugra semakin panik,pikirannya kacau.

"ya udah mang makasih, tolong bawakan koper saya mang,langsung taruh dikamar aja."ungra bergegas menuju kamar Nafisa, dengan sigap Nugra membuka lemari pakaian,pakaian Nafisa tersisa separuh, ditumpukan baju-bajunya. Kembali Nugra melihat meja rias disana kosong tak satupun alat mek upnya.

Dengan lemas Nugra meremas rambutnya.

"ya Allah kenapa jadi kacau begini... !"ucapnya lirih,Nugra kembali menghubungi Nafisa tetap tak aktif Nomernya. Nugra semakin uring-uringan dengak hati gelisah Nugra menatap kertas putih yang kemarin sempat iya taruh di atas nakas.

RELUNG HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang