4 - (Dasar Sok Suci! Dasar Sok Alim!)

2.7K 97 2
                                    

"Kamu ga ngerjain tugas dari pak rizal zah?" tanyaku kepada zahra.

"Enggak ah, aku ngerjain dirumah aja, lagian juga pak rizal kan gak masuk" jawab zahra dengan begitu santuynya.

Hari ini pak rizal memang gak masuk, karna sedang sakit. Tapi, ia tetap mengasih tugas kepada muridnya, ia menginfokannya lewat guru yang lain.

Kringgg......

"Udah istirahat tuh cil, ke kantin yu" ajak zahra.

"Ayoo"

Aku dan zahra keluar kelas dan segera berjalan menuju ke kantin. Hari ini aku hanya berdua, nada sedang tidak masuk sekolah karna ada acara dengan keluarga besarnya.

"Kamu mau pesan apa cil?" tanya Zahra kepadaku.

"Seperti biasa aja zah" ucapku.

"Hmm,ok deh"

"Bu Ijah, zahra sama cila pesan mie ayam bakso sama es teh manis nya ya" seru zahra kepada bu ijah salah satu penjual makanan di kantin sekolah ku.

"Eh iya neng, saus sambal takarannya seperti biasa kan neng?" tanya bu ijah.

"Iya bu"

Sekitar 5 menit memesan, akhirnya makanan pesanan ku dan zahra datang.

"Ini neng, mie ayam bakso sama es teh manisnya udah jadi" ucap bu ijah sambil memberikan mangkuk yang berisikan mie ayam bakso.

Aku dan zahra langsung saja memakan mie ayam bakso itu, tapi kami tak pernah lupa membaca doa terlebih dahulu.

Sekitar 20 menit kami makan, kami membayar dahulu ke bu ijah, setelah itu kami langsung saja pergi menuju ke arah kelas kami. Karna 5 menit lagi bel akan berbunyi.

Sesampainya di kelas, aku dan zahra tidak berbicara satu katapun. Aku langsung saja mengambil novel dari dalam tasku, sedangkan zahra sibuk memainkan ponsel nya.

*****

Kringgg....

Bel pulang sudah berbunyi. Semua murid bersorak gembira karna mereka akan kembali kerumah nya masing-masing.

"Cila" panggil seseorang dari belakangku. Aku menghentikan jalan ku dan menoleh kebelakang, dan ternyata suara itu adalah suara Dion, anak kelas 12 IPA 3. Sungguh, aku sangat menbencinya!. Aku berbalik badan dan kembali berjalan.


"Berhenti dong, gue mau ngomong kok lo malah jalan terus sih cil?" ucap dion agak sedikit tinggi dan mengikuti aku dari belakang.

Aku berhenti melangkahkan kakiku, dan berbalik kearah Dion.

"Nah gitu kan enak"

"mau ngomong apa?" tanya ku dengan nada dingin.

"Gue suka sama lo, gue cinta sama lo, lo mau ga cil jadi pacar gue. Gue sayang banget sama lo cil, gue janji sama lo gue bakalan setia sama lo" ucap Dion.

Cila yang mendengar itu, memutar bola matanya dan menjawab "Dion, aku gak mau pacaran. Sudah berkali-kali kamu nembak aku, dan sudah berkali-kali aku nolak kamu. Tapi kamu kok masih aja terus-terusan kayak gini sih? Kamu gapunya urat malu ya? Udah ditolak berkali-kali tapi masih aja ngejar-ngejar" oceh ku ketus.

"Itu berarti gue sayang sama lo cil"

"Kalo kamu cinta sama aku, datanglah sama abiku, bilang sama abiku kalo kamu mencintai ku, dan kamu akan mengkhitbahkan aku. Kalo dengan cara kayak gini, itu berarti kamu ga cinta sama aku. Kalo kamu cinta sama aku, ngajak nya tuh ta'aruf bukan pacaran, pacaran itu kan jalan maksiat dan menimbulkan dosa, berarti kalo kamu ngajakin aku pacaran berarti kamu ngajakin aku berbuat dosa dan berarti kamu tidak cinta denganku. Dan jujur. Demi allah, aku tidak pernah punya rasa suka sama kamu Dion! Tolong camkan itu. Dan tolong jangan ganggu hidup aku lagi! Aku mohon itu!" ucapku kesal dan langsung berbalik badan untuk pergi meninggalkan Dion, namun tanganku ditarik kasar oleh Dion.

"Sss... Lepaskan tanganku, jangan pernah sentuh aku! Aku mohon lepaskan!" Ucapku agak tinggi sambil meringis kesakitan.

"Kenapa emangnya? Hah?!" Ucap Dion membentakku.

"Karna aku sama kamu itu bukan mahram. Aku mohon lepaskan tanganku" ucapku meringis kesakitan karna pegangan tangan dion yang sangat kencang.

"Dasar sok suci! Dasar sok alim!" Dion membentakku dengan perkataan yang tentunya sangat menyakitkan bagiku. Setelah mengucapkan kata-kata itu, dion langsung melepaskan tanganku dan segera pergi meninggalkan aku.

Beberapa tetes air mata turun dari mataku.

'Astaghfirullahaladzim astaghfirullahaladzim astaghfirullahaladim' - batinku beristighfar berkali-kali.

'Laa Tahzan Innallaha Ma'anaa cilaa' - batinku.

'Ya allah aku mohon berikanlah kesabaran dan kekuatan pada hati ku ya Allah. Ya rabb, sesungguhnya aku menjaga kehormatan ku untuk melindungi abi dari siksa neraka dan untuk suami ku kelak ya allah, bukan untuk dibilang suci ataupun alim oleh orang-orang. Maafkan aku ya allah, aku mohon maafkan aku. Karna sudah ada yang berani menyentuh salah satu kehormatan ku sebelum suami ku yang menyentuhnya. Aku mohon maafkanlah aku, dan maafkanlah orang yang telah menyentuhnya. Aku memohon kepada engkau ya rabb, buka kan lah hati Dion, sadarkanla dia, dan berikanlah hidayah kepadanya, karna sesungguhnya hanya engkaulah yang bisa membolak balikkan hati manusia.'

Aku segara memberhentikan taksi untuk pulang kerumah ku.

"Neng kenapa matanya sembab kayak abis nangis?" tanya bapa supir taksi dengan sangat ramah.

"Hmm, itu pa cuma ada masalah aja tadi di sekolah" jawabku.

"Laa tahzan atu neng, kan ada Allah di sisi neng. Saya nyalahkan murottal Muzammil Hasballah ya neng, biar hati neng tenang, terus biar neng ga sedih lagi" ujar bapak supir taksi sambil memasukkan CD kedalam DVD kecil yg ada di dalam mobil.

"Mashyaallah, syukron ya pak. Jazakallah Khairan Khatsiiran pak" ucapku.

"Wa iyyaki neng" jawab bapak supir taksi.

'Subhanallah, bapak supir taksi ini baik hati, ramah, dan pinter tentang agama juga kayaknya. Ya allah berikanlah kesehatan kepada bapak supir taksi ini, lancarkanlah rezikinya ya rabb, berikanlah panjang umur kepada bapak ini, dan tepatkanlah dia di syurgamu ketika engkau telah mengambilnya, aminn ya rabbal alamin' - batinku.

"Rumah neng dimana?" tanya bapa supir taksi.

"Itu pa belok kiri, nanti ada komplek Mutiara bapa masuk, dan rumah saya di Gg. Mawar 1 No. 12"

"Oh oke-oke"

Aku tersenyum, agak sedikit lucu dengan suara dan jawaban pak supir tadi.

"Sudah sampai neng"

"Oh iya ini pa uangnya, kembalian bapa ambil saja ya" ucapku sambil menyerahkan uang 2 lembar 100ribuan.

"Tapi neng, inimah kebanyakan kalo kembaliannya buat saya mah"

"Gak apaapa pa, rezeki kan gak boleh di tolak lohh pa" ucapku.

"Ya sudah neng, ini saya terima. Terimakasih ya neng"

"Iya pak sama-sama".

***

IMAM SAMPAI SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang