KAU UKHTY HEBAT KAN? KUATLAH.

2.1K 159 2
                                    

Sampai saat ini, Savierra masih setia memejamkan matanya. Qila dan Nayla tak henti-hentinya berdoa. Berharap agar Savierra cepat sadar dari pingsannya.

"Savierra..." Ucap lirih Nayla sambil membelai kepala Savierra yang tertutup kain kerudung.

"Apa kita kabarin orang tuanya aja ya Kak?" Ucap Qila.

"Jangan dulu Qil. Di Surabaya, mungkin orang tua Savierra lagi sibuk. Kalo kita kabarin sekarang, yang ada ntar mereka khawatir. Kasian, kita tunggu Savierra bangun dulu aja." Jawab Nayla.

"Iya juga sih."

"Sshhh."

"Savierra? Kamu udah sadar?" Ucap Nayla ketika ia melihat Savierra membuka matanya secara perlahan.

"Aku kenapa?"

"Kamu sakit Sav, istirahat aja ya..." Timpal Qila.

"Kak Nayla, Qila..." Panggil Savierra, lalu tangisnya pecah saat itu juga.

"Sabar Sav, udah-udah. Yang terpenting sekarang kesehatan kamu dulu. Jangan terlalu dipikirin. Nanti kita yang bakal nyelesein masalah kamu." Kata Qila seraya mengelus punggung Savierra guna menenangkannya.

"Aku salah apa?" Savierra masih menangis. Ia masih belum bisa menerima masalah yang menimpanya.

"Kamu gak salah Sav, kamu gak salah. Kamu difitnah. Udah nih minum obat dulu. Habis gini aku ambilin makan. Ya?" Kata Nayla sambil menyodorkan obat pada Savierra.

"Gak mau." Ucap Savierra sambil menggelengkan kepalanya.

"Savierra, kamu harus minum obat. Kamu mau masalahmu selesai kan? Kalau kamu sakit gimana kamu bisa nyelesein masalah kamu?" Kata Qila.

"Yukk, minum obatnya Sav." Lanjut Qila.

Akhirnya, Savierra mau meminum obatnya, meskipun harus sedikit dipaksa.

"Kamu jaga ya, aku ambilin makan dulu. Kamu mau makan juga?" Kata Nayla.

"Gak usah, aku nanti ambil sendiri aja." Jawab Qila.

"Ya udah. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

🌸🌸🌸🌸

Azzam POV

Hatiku kacau, sampai saat ini aku masih belum bisa mengetahui kabarnya. Apa dia sudah sadar? Apa dia baik-baik saja? Entahlah. Aku harap dia baik-baik saja. Masalah ini, bukan salahnya. Untuk menyalahkan diriku pun, rasanya tidak mungkin. Karena memang aku tidak bersalah.

"Zam?"

"Apa?"

"Kamu mau tau kabar Savierra?" Ucap Zahir.

"Iya. Aku khawatir."

"Kamu kirim surat gih. Ntar aku sampein kalo ketemu temennya."

"Kirim surat? Tapi kan aku gak bisa lihat keadaannya secara langsung."

"Ya kalo mau kamu gitu ya sulit Zam. Masalahnya Savierra ada di kamarnya. Bukan di UKS. Kalo di UKS kamu bisa jenguk dia."

"Ya udah."

Lantas aku menuruti saran Kak Zahir. Benar juga, Savierra ada di kamarnya. Sesuatu yang tidak mungkin jika aku harus menjenguknya kesana.

Sepertiga Malam TentangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang