HIJRAHKU

2K 150 9
                                    

Savierra POV

Entah mengapa, duduk-duduk di teras rumah pada malam hari menjadi sesuatu yang kusenangi saat ini. Hawa sejuk di malam hari sangat menenangkan hati. Udaranya menerpa kulit dan merasuk sampai ke tulang. Taburan bintang di langit bersama rembulan terkesan indah bagiku. Maha Besar Allah yang telah mengatur semuanya dengan begitu indah.

"Savierra..."

"Eh, Kak Avivah. Kenapa?"

Kak Avivah menghampiriku. Turut menemaniku menatap bintang dan bulan yang mengindahkan langit malam.

"Lagi apa sih malem-malem di teras rumah?"

"Liat mereka." Ucapku seraya menunjuk kearah langit.

"Kenapa mereka?"

"Mereka indah Kak. Savierra suka."

"Hobby baru ya?"

"Iya mungkin. Semenjak Savierra punya masalah, Savierra sering duduk-duduk disini kalo malam hari. Kakak tau sendiri kan? Rasanya tenang, adem. Sejenak Savierra bisa lupa kalo lagi punya masalah."

"Masalah itu jangan dijadiin beban Sav. Masalah itu salah satu bentuk rasa rindu Allah terhadap hambanya. Bersyukurlah dengan adanya masalah. Karenanya kamu bisa tau bahwa Allah rindu sama kamu. Kamu tau? Ketika Allah rindu pada hambanya mengapa Allah datangkan masalah atau cobaan?"

"Kenapa?"

"Allah rindu. Allah rindu mendengar tangisan hambanya yang memohon pada-Nya. Rindu mendengar rintihan-rintihan doa yang dipanjatkan hambanya dalam sujud setiap sholat. Allah rindu melihat hambanya memohon ampun dan berlindung pada-Nya. Dengan adanya masalah, kamu bahkan bisa menempatkan Allah paling dekat disisimu. Benar kan? Tidak semua sesuatu yang buruk itu harus dibenci. Terkadang sesuatu yang buruklah yang membuat kita terus berusaha memperbaiki diri." Jelas Kak Avivah.

"Ya Allah... aku rindu. Aku rindu padamu Ya Allah." Ucapku lirih seraya menundukkan kepala dalam-dalam.

"Menangislah Sav. Jika itu bisa membuat bebanmu berkurang. Menangis itu manusiawi, menangis itu salah satu upaya seseorang agar membuat hatinya lega."

"Aku nggak mau nangis disini." Ucapku.

"Kenapa?"

"Aku nggak mau bulan sama bintang yang lagi seneng itu turut merasakan rasa sakit yang aku alami. Nanti saja aku menangis. Mengadukan semuanya pada Rabb ku, di sepertiga malamku."

Kak Avivah tersenyum. Lalu memelukku hangat. Aku menyayanginya. Dia sudah kuanggap seperti saudara kandungku sendiri. Hadirnya membuatku faham lebih dalam betapa Allah sangat menyayangiku.

"Kapan mau hijrah?" Tanyanya. Posisinya saat ini adalah merangkulku sambil menatao bintang dan bulan yang berhambur indah di langit malam.

"Insya Allah secepatnya." Jawabku.

"Udah mantep belum niatnya?"

"Insya Allah udah. Tinggal minta izin ayah sama bunda aja."

"Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk putra putri nya. Semoga diizinin ya."

"Aamiin ya mujibassailin. Makasih Kak."

"Inget ya, kalo mau hijrah harus bener-bener lillahita'ala. Biar diterima hijrahnya. Kita udah pernah bahas tentang hijrah kan ya dulu waktu masih di pesantren. Dan sekarang tinggal diterapkan aja."

"Iya kak. Insya Allah besok Savierra mau bicara sama bunda."

"Iya. Kakak doain yang terbaik aja buat kamu ya... semoga apa yang diinginkan diijabah sama Allah. Sesuatu yang diawali dengan niat baik tidak akan berakhir sia-sia. Percayalah."

Sepertiga Malam TentangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang