~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Happy reading
Setelah mereka sampai di rumah, David langsung turun dari mobil meninggalkan Yana yang masih duduk di dalam, membuat Yana mengernyit bingung mengenai perubahan sikap dari David. Sedari tadi, setelah menemui Brian sikapnya langsung dingin terhadapnya.
Dia kenapa? Tanyanya dalam hati, kemudian turun menyusul David yang sudah berada di dalam rumah.Yana membuka pintu kamar, terlihat David yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat fokus dengan handphon yang berada di tangannya, bahkan terlihat bahwa di hanya membuka seragam sekolahnya, meninggalkan kaos dalam putih dan celana abu abunya.
Yana menlangkah menuju lemari pakaian dan lalu mengambil pakaian yang akan ia pakai sebelum masuk ke kamar mandi. Sebelum ia benar benar menutup pintu kamar mandi, sekilas ua melirik ke arah David yang masih setia dengan posisi yang sama. Yana menjentikkan jarinya lalu menutup pintu kamar mandi.
Setelah memastikan pintu kamar mandi sudah tertutup dengan rapat, David langsung melempah ph yang ada di tangannya itu ke samping tubuhnya. Ia mengusap mukanya kasar, tidak mengerti dangan sikap Yana yang tidak peka dengan kemarahannya. Yang jelas, kemarahannya terjadi akibat kejadian tadi sebelum mereka pulang, saat Yana berbincang dengan Brian yang katanya adalah teman Yana sewaktu SMP.
Dalam beberapa menit, pintu kembali terbuka yang di ikuti dengan Yana yang sudah berganti pakaian dari seragam sekolah menjadi baju kaos dan celana pendek. Rambutnya ia ikat asal sehingga anak rambutnya keluar, berjuntai di sekirat leher. Yana melirik kearah tempat tidur dimana David masih setia dangan aktifitasnya yang sebelumnya.
"Kak, kakak David mau makan malam apa? Nanti biar Yana bikinin" tanya Yana.
"Terserah" jawab David singkat, dengan acuh.
"Gimana kalau capcay, sama tumis kangkung?" tanya Yana kembali memberikan pendapat.
"Terserah" lagi dan lagi, hanya jawabanbitu yang keluar dari mulut David.
Yana bertambah bingung dengan tingkah David yang semakin dingin, tapi dia tidak ingin berfikiran yang macam macam, mungkin saja David memiliki masalah di seiolah, hingga membuat di tidak mood. Yana mengehembusakan nafasnya orlan sebelum melangkah keluar dari kamar menuju dapur.
*-*-*-*
Yana meletakkan kepalanya di atas mejanya, dia baru saja sampai di sekolah dengan raut muka yang tidak seperti biasanya. Mukanya tampak kusut dan lesu, tidak ada raut kebahagiaan yangvterpancar di wajahnya hari ini.
Apa lagi kalau bukan masah dengan dirunya dan David. Semalam setelah makan malam David tetap pada sikapnya, acuh terhadap Yana, bahkan tidak mengatakan satu patah katapun sebelum tidur. Bahkan setelah terbangun dari tidur sampai berangkat ke sekolah pun, David hanya berbicara dengan Yana dengan seadanya, hanya memjawab jika di tanya.
"Yan, kenapa tu muka ditekyk kek gitu?" tanya Anggi yang sudah duduk di bangkunya yang berada di depan bangku Yana.
Yana menggeleng, tidak ingin menanggapi pertanyaan Anggi. Saat ini ia sedang tidak mood untuk berbicara.
"Lo ada masalah?" tanya Anggi kembali, tapi tidak di tanggapi kembali.
"Na, cerita dong sama kita kalau emang ada masalah. Kita ini sahabat lo" kini suara Sindi yang terdengar.
Yana menegakkan tubuhnya, melihat kedua sahabatnya secara bergantian, kemudian menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan tak lama dari utu, terdengar suara isakan yang keluar dari mulut Yana, meski itu hanya isakan kecil. Sedangkan Sindi dan Anggi yang melihat itu mengernyit heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Is My Husband
RandomBagaimana rasanya jika kita mengidolakan seseorang, hingga pada akhirnya mereka dipersatukan dalam perjodohan oleh orang tua mereka masing masing. Apakah bahagia, senang atau sebaliknya. Itulah yang dirasakan Fikayana Andrani Salim dan Jhon David Ge...