•••••••••••••••••••^_^••••••••••••••••••••------------------------------------------------------
Happy reading..Di sebuah rumah, nampak telah berkumpul beberapa orang yang sedang bersiap siap untuk pergi kebandara. Ya, mereka adalah orang tua Yana, David dan para sahabat sahabat mereka dan tak lupa pula sahabat dari Branden 'Sakti'.
Mereka sedang menunggu Branden dari kamarnya yang sedari tadi tidak turun turun, sudah beberapa kali baik Mila, Yana maupun Sakti memanggil Branden agar cepat, karna berhubung waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore sedangkan keberangkatan pesawat yang di tumpangi Branden Jakarta ke Lose Angels akan berangkat pukul 4 sore. Merka hanya takut Branden akan terlambat dan ketinggalan pesawat.
"Woy, ngapain masih duduk di situ aja. Di bawah udah pada nungguin lo kali, malah enak enakan duduk di sini" ucap Sakti setelah membuka pintu kamar Branden. Ini sudah ke sekian kalinya ia kekamar Brrnden hanya untuk memanggilnya.
"Tunggu bentar lagi" jawabnya cuek.
Sakti memgembuskan nafasnya "lo jadi pergi apa nggak sih? Dari tadi bentar bentar mulu"protesnya lagi
"ok, lima menit lagi gue kebawah" jawabnya dengan temat bulat.
Kali ini ia tidak akan menungguagi, jika mang dalam waktu lima menit Oliv tidak datang, ia teraksa akan pergi dan itu artinya ia akan mengambil keutisannya yaitu menetap di LA.
"Emangnya lo lagi nunggu siapa sih, Sampai kek gini segala?" Suara Sakti kembali membuka percakapan. Ya, masih ada Sakti di tempat ini, dia tidak ingin kembali kebawah lagi dan memilih menunggu sahabatnya itu selama lima menit kedepan, toh itu tidak lama. Dari pada dia harus kembali bolak balok hanya untuk memanggil Branden.
Branden diam, tidak menanggapi ocehan yang terus keluar dari mulut sahabatnya itu. Ia melirik jam tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 3 lewat 15 menit, dan itu artinya dia harus pergi sekarang juga, jika tidak di akan ketinggalan lesawat apalagi jalanan Jakarta akan macet. Ia berdiri dari duduknya dan memantapkan hati untuk pergi, mungkin beberapa tahun kedepan dia akan jarang kembali lagi mengingat dia akan menetap di LA. Ya, dia memjtuskan untuk menetap di sana mengingat orang yang berharap ingin menjadi pendampingnya tidak muncul dan itu berarti ia di tolak.
*******
Di lain tempat di sebuah kamar terlihat seorang wanita yang mondar mandir, seperti sedang memikirkan sesuatu sesuatu. Dia bimbang, kemarin seorang pria menyatakan perasaannya kepadanya. Jujur saja, setelah mereka selalu bertemu selalu ada perasaan aneh yang menghujat hatinya, entah perasaan apa itu. Jika ia berfikir perasaan itu adalah perasaan suka ia selalu menpisnya, ia tidak ingin merasakan kekecewaan untuk yang ke dua kalinya. Ia terlanjur kecewa dengan namanya laki laki dan bertekat tidak akan berurusan dengan mananya pria beberapa tahun kedepan dan menunggu hatinya lebih baik.
Tapi semua itu di patahkan oleh Branden orang yang selaku berada di sampingnya akhir akhir ini dan orang ktu akan pergi dan entah kapan untuk kembali.
"Liv, lo kenapa sih? Dari tadi lo mondar mandir aja kek setrikaan tau ngak" ucap seorang wanita yang dusuk di sofa yang ada di kamar itu.
Ia sudah jengah melihat Oliv mondar mandi di depannya, sampai sampai dia sudah merasa pusing melihat itu.
Mendengar itu, Oliv menghentikan langkahnya lalu menatap sumber suara yang berada tepat di sampingnya "Ki, gue harus ngapain?" tanya nya ke pada Kiki yang notabennya adalah sahabatnya.
"Ngapain apa? Lo kalau punya masalah cerita sama gue. Kita itu sahabat, jadi jangan sungkan sungkan untuk cerita" tuturnya menatap Oliv "lo duduk di sini" lanjutnya menepuk sofa yang di dudukinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Is My Husband
DiversosBagaimana rasanya jika kita mengidolakan seseorang, hingga pada akhirnya mereka dipersatukan dalam perjodohan oleh orang tua mereka masing masing. Apakah bahagia, senang atau sebaliknya. Itulah yang dirasakan Fikayana Andrani Salim dan Jhon David Ge...