Saat ini Branden sedang mengendarai mobinya menuju kesalah satu kafe yang terletak di Jakarta barat, dia sudah memiliki janji dengan teman semasa SMAnya sampai kini. Branden terus mengendarai mobilnya sampai tiba, dia memarkirkan mobinya di pelantaran kafe kemudian turun dan memasuki kafe.
Dia mengedarkan pandangannya menyapu seluruh area sudut kafe. Tadi temannya mengabari dirinya, bahwa dia duduk didekat pintu kafe. Sampai akhirnya matanya memandang seorang pria yang melambaikan tangan bertanda bahwa dia berada di sana. Branden berjalan mendekat kearah pria yang tadi melambaikan tangannya, hingga saat Branden sudah semakin dekat pria itu berdiri dari posisi duduknya bermaksud menyambut kedatangan Branden lalu bersalama ala seorang laki laki.
"Bro, lama ngak ketemu" kata pria tadi dengan antusias.
Branden tersenyum dan menyambut tangan pria itu "iya lama ngak ketemu" jawabnya.
Pria tersebut duduk dan diikuti pula dengan Branden yang duduk di depannya, karna berhubung meja yang ditempati mereka adalah meja yang memang khusus untuk dua orang. Tak lama dari itu datang seorang pelayan menghampiri mereka.
"Bagaimana mas, Apa sudah mau pesan?" tanya si pelayan.
"Iya, mbak"
"mau pesan apa mas?" tanya si pelayan lagi.
"Orage just satu sama" ucapnya sambil melirik Branden bermaksud bertanya .
"Lemond tiee satu" kata Branden melanjutkan ucapan pria yang diketahui temannya tersebut.
Pelayan tadi menganggu dan mencatat pesanan mereka "baik mas silahkan ditunggi pesanannya beberapa menit lagi"ucapnya lalu meninggalkan Branden dengan pria yang didepannya.
"loe gimana kabarnya?" tanya pria itu, memulai pembicaraan.
"Yah seperti yang loe lihat, gue masih hidup dan baik baik saja" sambil menjentikkan bahunya "kalau loe?"lanjutnya
"Dan seperti yang loe lihat juga, gue masih sehat wal-afiat dan yang terpenting selalu menjadi anak tampan dan rajin menabung" ujarnya panjang lebar.
"Ck, Sakti...Sakti... Dasar loe ya, emang ngak bisa berubah emang, pedenya nauzubillah" decaknya sedikit tertawa.
Sedangkan pria yang disebut Sakti itu hanya cengar cengir dengan watadosa. Mereka terus berbincang bicang banyak hal, dari bagaimana kuliah mereka masing masing, tentang wanita yang mereka sukai masing masing dan lain sebagainya. Sampai akhirnya mata Branden tertuju pada salah satu meja, dimana terdapat seorang pria dan seorang wanita yang sedang berdebat tetapi seperti sedang bertengkar. Brandan terus memfokuskan pandangannya kearah wanita dan pria yang sedang berdebat itu tanpa menghiraukan ocehan Sakti yang menceritakan wanita yang disekainya. Tak lama dari itu, si pria pergi meninggalkan wanita yang ditemaninya berdebat sedari tadi, tanpa menghiraukan wanita itu yang sedang menangis tersedu sedu.
"Bren....Branden Loe dengar ngak sih apa yang gue bilang dari tadi" kata Sakti yang kesal dengan Branden. Bagaimana tidak, dia sedari tadi berbicara panjang kali lebar tamba tinggi, tidak diperhatikan oleh Branden.
Bramden yang mendengar itu, langsung melirik kearah Sakti yang sudah sedikit kesal kepadanya.
"Emang loe tadi ngomong apa?" tanya Bramden juju, kan memang sedari tadi Branden tidak mendengar apa yang dikatakan Sakti tapi fokus kepada dua orang yang sedang berdebat dari tadi.
Sakti hanya melongo mendengar perkataan Branden barusan "Allahuakbar, loe gimana sih? Gue tadi udah cape cape cerita pajang panjang dan loe malah...." omelan Sakti terputus karna Branden yang sudah berdiri dan melangkah menjauhinya. "Bran...loe mau kemana.... Woe, dasar ya temen laknat loe ya, woe Branden" teriak Sakti yang tak memperhatikan dirinya sedang ditatap oleh para pengunjung kafe lainnya, sedangkan orang yang dia sebut hanya acuh tak acuh .
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Is My Husband
AcakBagaimana rasanya jika kita mengidolakan seseorang, hingga pada akhirnya mereka dipersatukan dalam perjodohan oleh orang tua mereka masing masing. Apakah bahagia, senang atau sebaliknya. Itulah yang dirasakan Fikayana Andrani Salim dan Jhon David Ge...