13. Perubahan

3.3K 211 7
                                    

1 minggu berikutnya~

Ospek di kampus akhirnya telah selesai sehingga membuat Naufal kembali hanya di sibukkan dengan kelas-kelas, tak ada lagi kesibukan yang melebihi. Vacha? Gadis itu juga  semakin sibuk dengan kelas-kelasnya namun Naufal justru merasa kalau Vacha hanya ingin menjauhinya. Vacha menjadi gadis yang susah ditebak.

Jika gadis itu menjauh itu berarti dirinya harus mengejar maka disinilah sekarang Naufal berada. Berdiri di hadapan kelas Vacha sembari bersandar di dinding samping pintu itu hingga kelas pun berakhir, satu-persatu mahasiswa mulai meninggalkan kelas hingga akhirnya tubuh Vacha muncul sembari menenteng beberapa buku di tangan kirinya.

Naufal mencegah pergerakan Vacha dengan berdiri di hadapan gadis itu.

"Aww," ringis Vacha memegangi jidatnya yang terbentur pada dada bidang Naufal.

Naufal masih menatap Vacha. Kini garis lengkung di bibir pria itu terbentuk ketika melihat Vacha yang nampak sangat lucu dengan wajah yang menahan amarah.

Vacha berdecak, "Lo, nggak punya mata a-,"

"Punya," jawab Naufal singkat.

"Lho?" Vacha mengedarkan tatapannya memastikan bahwa tidak ada orang lagi di tempat itu.

"Kenapa?" angguk Naufal heran.

"It-itu, Ehk, Shit Ah. Lo ngapain berdiri di depan pintu?"

"Tunggu kamu."

"Ngapain?"

"Pulang bareng."

"Nggak usah. Gue bareng Gisel."

"Gisel udah pulang."

Tanpa menunggu penolakan dari Vacha, Naufal pun langsung menarik tangan gadis itu menuju parkiran. Tak banyak orang  yang melihat mereka sebab ini memang kelas terakhir setelahnya tak ada kelas lagi.

Naufal membuka pintu mobil untuk Vacha, "Masuk," suruhnya.

"Gue nggak mau."

"Kamu mau menjauh?"

"Bu-bukan seperti itu."

"Yaudah masuk."

Vacha terdiam. Kini dirinya merasa tidak lagi punya alasan buat menghindar sebab Naufal pernah menyelamatkannya tapi jika dia mengikuti Naufal mungkin besok kampusnya bakal kembali heboh dengan berita ini. Seperti seminggu terakhir ini, Vacha selalu mendapat tatapan sinis dari para senior.

Vacha kembali mengedarkan pandangannya. Kawasan parkir rupanya sepi, hanya ada beberapa mobil yang Vacha yakin itu mobil teman seangkatannya.

Vacha membuang nafas berat, "Oke."

Mobil hitam Naufal akhirnya keluar dari kawasan parkiran. Naufal membawa mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalan ibu kota yang tak pernah bebas dari kemacetan.

Vacha yang duduk di sebelah kiri Naufal hanya bisa terdiam menatap jalan dari jendela kaca mobil. Alasan gadis itu menjauhi Naufal tidak lain karena tatapan sinis para senior. Mungkin Naufal tidak tahu soal itu makanya dia terus saja bertanya.

"Mau singgah makan atau langsung pulang?" tanya Naufal ketika mobilnya mulai singgah karena lampu merah.

"Pulang," jawabnya tanpa menatap lawan bicara.

"Oke, kita singgah di tempat makan yang ada di depan."

"Nggak usah."

"Iya, makanan yang ada di depan sana enak-enak kok."

"Astaga, lo itu budek apa?" kini Vacha menatap Naufal.

"Iya aku budek, budek karena hipnotis dari suara mu." Naufal mengangkat bahu santai.

Inesperado | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang