21. Menebak

2.7K 203 15
                                    

Naufal menarik pergelangan tangan Viona dengan kasar membawa langkah kaki gadis itu meninggalkan lorong. Naufal tak lagi menghiraukan orang-orang yang mulai asik beranggapan aneh-aneh. Sialnya lagi Naufal sama sekali tidak menyanggah apa yang dikatakan oleh Viona. Tentu saja hal itu semakin membuat gosip kian memanas.

Langkah dua orang itu terhenti tepat di tengah lorong yang sempit, sunyi tanpa lampu penerangan. Terlihat sangat kosong tanpa kehidupan.

Naufal melepas genggaman tangannya, "Apa perlu gue peringatin, lagi?"

"Peringatin apa? Bukannya apa yang gue bilang itu benar?"

"Lo ini gila?"

"Ya, gue gila! Gue gila karena lo!"

"Shit,"

"Perlu lo tahu, gue tuh benar-benar suka sama lo, gue cinta sama lo, fal."

"Tapi gue nggak cinta sama lo,"

"Kenapa? Apa karena lo belum bisa move on?"

Naufal bungkam.

"Sadar Fal! Kekasih lo udah mati! gadis itu udah nggak ada di dunia ini. Lo seharusnya nikmatin hidup lo bukan malah menanti orang yang nggak mungkin hidup kembali,"

Deru nafas Naufal mulai keluar dengan kasar.

"Gue nggak tahu seberapa hebatnya kekasih lo yang udah mati itu, gue nggak tahu seberapa cantiknya dia. Tapi yang gue tahu dia itu udah mati dan orang yang udah mati nggak bakal hidup lagi!"

"Stop,"

"Stop apa? Lo nggak terima kalau kekasih lo udah ma..,"

"Gue bilang stop!"

Naufal meninju tembok yang ada di belakang Viona membuat gadis itu merinding. Wajah Naufal terlihat memerah, rahangnya terbentuk dengan sangat jelas, kobaran api kemarahan terpampang pada pandangannya. Pria itu benar-benar berada pada kondisi yang sangat berbeda sampai rasanya Viona tidak mengenali pria yang ada di hadapannya.

"Aahk!" teriak Naufal yang sudah membuang tatapannya. Naufal menendang tong sampah yang ada di tempat itu. Membuat suasanya di lorong menjadi gaduh.

"Gu..gue,"

"Pergi," Potong Naufal dengan nada dingin namun terdengar mulai dapat mengontrol emosi.

Tubuh Viona menegang dengan wajah yang ikut memucat. Gadis itu benar-benar tidak menyangka bahwa semua akan berakhir seperti ini. Membahas kekasih Naufal yang sudah meninggal rupannya dapat membuat pria itu berubah menjadi sosok yang sangat pemarah.

Tubuh Viona mulai gemetar hingga gadis itu merasa sesak. Suara hembusan nafas Viona yang mulai tidak teratur berhasil mengambil alih tatapan Naufal. Naufal menatap heran tubuh Viona yang sudah tergeletak di atas lantai. Gadis itu terus memegang dadanya.

"Lo mau acting?"

"To-tolong gue,"

Naufal mengernyit, baru kali ini pria itu melihat Viona_gadis sombong meminta bantuan. Ditatapnya mata Viona, berusaha mencari kebohongan dari dalam sana namun yang ia dapat malah sebaliknya. Gadis itu benar-benar sedang dalam keadaan tidak sehat.

❄❄❄

Naufal berdiri di depan pintu tunggu ruang ICU setelah dokter mulai memeriksa Viona. Awalnya Naufal hanya membawa Viona ke ruang kesehatan yang ada di kampus namun di sana ia tidak dapat melakukan apapun karena di tempat itu sama sekali tidak ada yang menjaga. Entah kemana perginya para pengurus itu.

Naufal pun terpaksa membawa gadis itu ke rumah sakit. RS Wijaya_salah satu rumah sakit yang letaknya memang paling dekat dengan kampus. Rasanya Naufal ingin segera meninggalkan tempat yang banyak menyimpan sejarah ini. Namun lagi-lagi ia harus menunggu sampai keluarga Viona datang.

Inesperado | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang