Di bawah langit biru yang di sinari rembulan malam serta taburan bintang. Vacha terduduk di atas kursi kayu di balkon kamarnya. Pandangannya terarah ke atas langit menikmati keindahan yang di berikan Sang Pencipta.
Tiga minggu terakhir setelah dirinya dirawat di rumah sakit, Vacha tak lagi memiliki banyak aktivitas. Gadis itu menghabiskan waktu hanya untuk pergi kuliah habis itu kembali ke rumah. Waktu kumpul dengan Camberli dan Andi juga jarang. Kegiatan Vacha mulai diawasi, kembali terkekang seperti dulu.
Ponsel yang ada di meja bergetar, Vacha menoleh, menatap nama yang tertera pada ponsel itu. Camberli, gadis itu sedang mengajaknya ber-vidio call.
"Hallo Vacha," sapanya dari sebrang sana.
"Hay," balas Vacha dengan memperbaiki posisi duduknya.
"Lagi ngapain?"
"Mandi,"
"Seriusan? Lo mandi di balkon rumah?"
"Mungkin,"
"Ish, nggak malu apa?"
"Dasar bego! Tuh otak lo simpen di mana sih?"
"Otak siapa?"
"Otaknya Camberli yang lucunya nggak kalah sama boneka Tayo yang lagi laku banget di pasaran,"
"Makasih lho. Otaknya masih di dalam kepala, kok."
"Serah deh,"
"Hehe, btw Naufal mana?"
"Paan sih Cam?"
"Lo nggak rindu apa sama si presiden itu? Udah tiga minggu lho dia nggak ganguin lo,"
"Rindu? Buat apa? Gue malahan senang udah nggak diganggu lagi,"
"Seriusan?"
"Udah deh, ngapain sih malah bahas dia?"
"Lo emang nggak ada rasa apa sama si Presiden itu? Padahal dia ganteng lho, baik pula,"
"Sekali lagi lo bahas dia, telponnya langsung gue tutup,"
"Yaudah tutup aja, lagian gue juga udah mau tidur, kok."
"Hah?!"
"Hehe, bay-bay gadis yang lagi dijauhin," ejeknya lalu menutup telpon secara sepihak.
Vacha menghembuskan nafas pasrah. Camberli selalu saja membuatnya mengingat Naufal, padahal pria itu sudah menjauh. Ya, Naufal memang menjauh, di kampus setiap berpapasan dengannya Naufal selalu tidak menghiraukan kehadiran Vacha. Benar-benar menjauh. Tak lagi memaksanya untuk pulang bareng padahal pria itu pernah mengatakan ingin mengantar-jemput dirinya.
Mengingat 5 permintaan yang diajukan Naufal, Vacha mulai merasa kehilangan sosok itu. Bagaimana tidak? Semenjak mereka bertemu di waktu ospek, Naufal selalu saja menghantuinya, muncul di hadapannya, lalu memaksanya, dan sekarang pria itu menghilang.
Vacha mulai bepikir sekiranya kesalahan apa yang sedang ia lakukan sehingga membuat pria itu menjauh. Namun, dia sama sekali tidak merasa punya salah. Tidak, bukan karena Vacha rindu dengan pria itu, hanya saja dia merasa aneh gitu tiba-tiba di jauhin tanpa sebab.
Hembusan angin malam mulai menusuk kulit tubuh, tiupan angin semakin kencang membuat Vacha merasa kedinginan.
"Apa perlu ya gue cari tahu ke Naufal?"
"Tidak-tidak-tidak, itu hanya akan ngebuat gue malu,"
"Tapi, kalo gue nggak cari tahu. Gue malah pusing sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inesperado | ✔
Romance[Follow me first] Di tengah sibuknya Naufal mencari kunci dari gembok masalalu gadis dengan wajah yang sama namun nama yang berbeda dengan Keyla tiba-tiba memasuki kehidupan Naufal yang enggan membuka hatinya. Apakah Dia seorang kunci masalalu atau...