Lima

867 74 17
                                    

Shilla meringis. Punggung nya sakit terbentur tembok, kaki nya sakit karena terjatuh dari kursi roda.

Shilla terbentur dan terjatuh bukan karena ulah nya sendiri, tapi karena ulah wanita yang sekarang berdiri sombong di hadapan nya.

Kedua tangan dia letakan di pinggang, tatapan mata nya tajam. Senyum remeh nya terus tertuju pada Shilla.

Siapa lagi jika bukan wanita yang selalu menjadikan Shilla sebagai musuh nya, Elita.

Shilla berusaha untuk berdiri, namun dengan segala kekuatan yang dia miliki tetap saja tidak bisa membuatnya bisa bangkit dan menghajar Elita sekarang juga.

"Mau berdiri ya? Emang cewe lumpuh kaya lo mampu buat berdiri?"

Shilla mendongak, membalas tatapan Elita tapi tidak membalas ucapan nya. Percuma. Wanita ini tidak akan pernah puas mencaci Shilla sampai kapanpun.

Elita berjalan menghampiri Shilla dan menginjak kaki kanan Shilla dengan high heels nya.

"Akhh!!" Teriak Shilla. Tanpa ampun Elita menginjak dan menekan injakan nya pada kaki Shilla membuat Shilla terus menjerit kesakitan.

Shilla menangis, bukan hanya karena kesakitan tapi juga karena ketidak berdayaan nya untuk melawan. Bahkan untuk menghindar saja tidak bisa.

Setelah puas, Elita menghentikan aksi nya dan tertawa terbahak melihat kelemahan seorang Shilla.

Seorang Shilla yang lumpuh, namun dengan sihir nya yang hebat mampu membuat semua cowok takluk pada nya.

"Cewek lumpuh kaya lo itu gak cocok di rebutin banyak cowok tau gak!"

"Lo itu harus nya ngaca!"

"Lo itu harus nya mik--" Ucapan Elita terpotong saat sebuah suara berat terdengar dari belakang tubuh Elita.

"Kamu yang seharus nya ngaca."

Shilla mendongak, melihat siapa laki-laki itu. Dia Rayka. Orang yang pernah menolong Shilla.

"Kamu di sekolahkan itu agar bisa memperbaiki sikap, bukan malah semakin buruk seperti ini." Rayka berdiri tegap di hadapan Elita. Matanya menatap datar namun terlihat tegas. Nada bicara nya benar-benar membuat siapapun yang mendengar akan gemetar takut.

Shilla menghapus air mata nya, mengapa Rayka bisa ada disini?

"Kamu Elita?" Tanya Rayka.

Elita hanya mengangguk tanpa berani menatap Rayka.

"Kamu tidak boleh masuk kelas hari ini."

Elita mendongak kaget, "Pak, gak bisa gitu dong. Saya min--"

"Saya tidak terima bantahan dalam bentuk apapun, silahkan kamu pergi."

"Saya mohon pak, saya ma--"

"Saya sudah bilang, saya tidak terima bantahan. Kamu masih mengerti bahasa indonesia kan? Mengerti maksud ucapan saya? Silahkan pergi." Ucap Rayka, dengan nada yang terdengar sangat dingin.

Elita mengeram kesal, ia menghentakan kaki nya ke lantai dan kemudian pergi meninggalkan Rayka dan Shilla.

Rayka menatap iba Shilla, ia berjongkok. "Kamu gak apa-apa?"

Shilla menggeleng, "Enggak, bantuin aku naik ke kursi roda."

Rayka mengangguk, saat hendak membopong Shilla, Rayka melihat kaki kanan Shilla penuh dengan memar dan darah. "Kenapa kaki kamu?"

Shilla melihat ke arah kaki nya, "Jatuh."

"Elita yang buat?"

"Enggak, aku jatuh ini."

Who are you? [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang