Enam belas

668 61 5
                                    

Matahari terasa sangat menyengat masuk ke dalam kulit ketika Shilla berjalan menyusuri jalanan komplek menuju supermarket.

Tangan nya berkali-kali mengusap keringat yang terus mengucur pada dahi nya. Shilla menyerngit, matahari bersinar dengan cahaya yang begitu menyilaukan mata.

Ia berhenti sejenak, mengontrol nafas yang sedikit terengah-engah karena lelah berjalan memakai kursi roda dibawah terik seperti ini.

Shilla akan membeli bahan dapur untuk persediaan selama 1 minggu ini. Bunda nya, sedang pergi keluar kota dan menginap disana kurang lebih satu bulan, pembantu nya pulang ke kampung halaman karena sang suami sedang sakit, Shallo.. dia sibuk di kantor dengan clien baru nya. Jadi tinggalah Shilla yang harus mengurus dirinya dan mengurus rumah sendiri.

Saat sudah sampai didepan supermarket, Shilla merasakan Handphone di tas kecil nya bergetar.

Terpampang besar nama 'Rayka' disana, Shilla menggeser layar dan menempelkan benda pipih itu pada telinga nya.

"Halo?"

"Kenapa gak bilang ke supermarket siang-siang gini sendirian? Kan aku bisa jemput."

Shilla menyerngit heran, kok tau? Mata bulat nya melihat ke sekeliling arah dan menemukan mobil sedan hitam terparkir di sebrang jalanan depan supermarket.

Jendela mobil itu terbuka sehingga Shilla bisa melihat Rayka yang sedang menatap Shilla dengan handphone di telinga nya, sama seperti posisi Shilla saat ini.

"Kamu ngikutin aku?"

"Emang kamu pikir aku penguntit?"

"Terus?"

"Aku mau kerumah kamu, kebetulan liat kamu disitu ya jadi langsung telfon."

"Yaudah cepet sini, aku mau masuk ke dalem disini panas."

"Oke, aku muter arah dulu."

Jendela mobil milik Rayka menutup perlahan, secara tiba-tiba mobil melaju dengan kecepatan penuh membuat Shilla membulatkan mata.

"Jangan ngebut!"

"Aku gak akan biarin kamu nunggu lama."

"Tapi--"

Tutt..

Telfon terputus sebelum Shilla menyelesaikan ucapan nya. Sudah menjadi kebiasan Rayka memutuskan sambungan telfon sepihak ketika Shilla hendak membantah argumen nya.

Shilla memajukan bibir nya ketika Rayka berlari kecil ke arah Shilla. "Kenapa sih suka banget matiin telfon tiba-tiba?"

Rayka tersenyum simpul. Tangan nya mengusap lembut puncak kepala Shilla, "Abis kamu ngebantah terus, ayo masuk."

Rayka mendorong kursi roda Shilla memasuki supermarket. Dia tidak belanja, hanya mengamati Shilla yang terlihat sangat cantik setiap hari.

Bidadari cantik kesayangan nya. Pemilik bola mata legam berbinar yang selalu dapat menghilangkan rasa penat setelah seharian berkerja.

Kekasih nya sejak 1 bulan yang lalu.

Itupun hasil keberanian yang ia kumpulkan selama semalaman. Rayka terus memikirkan bagaimana cara nya menjadikan Shilla sebagai kekasih nya tapi dengan cara yang sedikit.. aneh?

Semalaman ia memikirkan hal itu, sampai memberanikan diri untuk menonton drama romance agar bisa memberi gambaran. Tapi, percuma saja. Rayka tetap bodoh dalam hal cinta.

Rayka jarang mengungkapkan perasaan nya pada wanita. Hanya satu, dulu mantan kekasih nya. Kekasih yang terpaksa dia tinggalkan demi ibu nya. Hanya agar ibu nya kembali padanya maka Rayka menghilang dari wanita itu. Bahkan menghilang dari teman-teman dan ayah nya.

Who are you? [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang