Dua Puluh

563 50 4
                                    

Shilla menggigiti kuku nya dengan cemas, mata nya mencuri curi lirik pada Rayka yang tengah fokus menyetir.

Hari ini hari pertama Shilla menjalani terapi dan sungguh Shilla sangat takut. Di gerakin sedikit saja Shilla mengaduh apalagi terapi? Nanti kaki Shilla akan diapain ya? Hii. Membayangkan nya saja sudah mampu membuat Shilla bergidik ngeri.

"Aku takut Rayka.." cicit Shilla. Ia tidak bisa menahan ketakutan nya sendirian. Benar-benar pikiran nya semakin liar membayangkan nasib nya nanti.

Rayka terkekeh melihat wajah takut Shilla dan tangan nya yang gemetar. Dengan lembut ia menarik tangan yang kuku nya di gigiti Shilla, menggenggam nya erat berusaha memberi ketenangan.

"Aku janji akan selalu ada selama kamu terapi." Rayka mengusap punggung tanggan Shilla dengan ibu jari nya. Sentuhan dan ucapan lembut yang mampu membuat Shilla sedikit tenang.

Dia tau dan yakin, Rayka pasti akan rela jika nanti Shilla memukuli atau mengamuk saat menjalani terapi.

Mobil sedan mewah Rayka memasuki pekarangan salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Salah satu rumah sakit terkenal juga, pasti biaya nya sangat mahal yakan?

Shilla dan Rayka berjalan beriringan memasuki lorong panjang rumah sakit. Mereka melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan serba putih yang Shilla yakini adalah ruangan pribadi dari dokter yang akan menangani Shilla.

Ketika mereka masuk, mereka disambut oleh senyum lebar seorang dokter berperawakan tinggi menjulang dengan wajah western seperti Rayka. Seperti nya orang ini teman baik Rayka.

"Hey Rayka! Apa kabar lo?" Mereka bersalaman ala pria. Dengan senyum merekah sang dokter yang memakai nametag Jeno Altezza dan wajah datar Rayka. Perbedaan yang sangat kontras.

"Kabar baik, lo gimana?" Balas Rayka dengan nada suara yang datar membuat Shilla terkikik geli. Rayka sedingin itu dengan orang lain.

Shilla juga sedikit kaget mendengar Rayka berbicara dengan kata 'lo gue', sungguh ini baru pertama kali Shilla mendengarnya.

"Always good sih gue mah." Pandangan Jeno turun pada Shilla yang duduk di kursi roda. "Halo cute girl, Shilla ya?" Sapa nya dengan nada suara yang terdengar menjijikan dengan kerlingan mata yang membuat Shilla bergidik ngeri.

Pletak.

Rayka menjitak kepala Jeno membuat Sang empu mengaduh, "Berani lo gangguin cewe gue, gue lempar lo dari Green spine!" Ucapnya, sarkas.

Kalian harus tau. Green spine adalah gedung tertinggi di Australia. Bisa bayangkan apa yang terjadi pada Jeno jika dia dilempar dari atas gedung itu?

Jeno berdiri, merapihkan jas kebesaran nya dengan kekehan karena ancaman Rayka tadi. Seperti nya Jeno sudah terbiasa dengan dingin dan sarkas nya Rayka.

Jeno mempersilahkan Rayka untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan. Tangan nya sibuk membolak balik sebuah lembaran di dalam berkas, entah berkas apa itu.

Rayka mendekat ke arah Shilla, "Nama nya Jeno, dia sahabat aku di Australia. 3 tahun lebih tua dibanding aku, dia yang akan nanganin kamu selama terapi. Dari tampang nya emang keliatan gak waras, tapi dia baik. Aku berani jamin itu." Jelas Rayka dengan suara pelan namun masih terdengar jelas oleh Shilla.

Gadis yang diajak bicara hanya mengangguk paham.

"Awal kamu bisa lumpuh gimana?" Tanya Jeno setelah beberapa menit hanya fokus pada berkas dan kegiatan menulis nya.

Shilla menghembuskan nafas perlahan. Pertanyaan yang dapat membuka lembaran masa lalu nya. Ah salah, lembaran masa lalu Shilla memang tidak pernah tertutup. Hehe.

Who are you? [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang