Dua Puluh Dua

635 61 10
                                    

Rayka memutuskan untuk mengambil foto tersebut. Astaga. Sungguh. Laki-laki ini..

Benar. Laki-laki ini mirip dengan Rayka.

Rayka menyerngit. Siapa dia? Kenapa ada foto ini di kamar Shilla? Apa Shilla mengedit foto Rayka menggunakan seragam SMA? Tapi seinget Rayka dia tidak pernah foto dengan senyum selebar ini. Paling tidak hanya senyum tipis, itu pun hanya ada pada 3 foto saja.

Rayka membolak balikan figura yang dia pegang, berharap ada petunjuk yang bisa menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam pikiran nya. Dan Rayka menemukan sebuah tulisan kecil di belakang figura yang Rayka yakini ditulis oleh Shilla. Rayka sangat mengenali tulisan ini.

Reyhan Laksa Wirdoyo.

Begitu tulisan nya.

Jadi, ini adalah Reyhan? Pria yang selalu Shilla sebutkan nama nya? Pria yang membuat Shilla menangis di bawah guyuran hujan di depan makam pada saat itu?

Rayka meletakan figura itu di tempat semula. Ada perasaan yang tiba-tiba mengganjal namun Rayka berusaha untuk melenyapkan pikiran itu. Dia tidak boleh berburuk sangka pada kekasih nya sendiri.

Rayka berjalan mendekat ke arah kamar mandi, entah Shilla sedang apa di dalam tapi sudah 5 menit Rayka disini dan Shilla masih belum keluar dari kamar mandi. Mungkin Shilla sedang mandi.

Atensi Rayka teralihkan pada sebuah buku diary kecil di meja belajar Shilla. Rayka mengumpat pada dirinya sendiri karena sekarang ia telah membuka buku diary itu. Perasaan nya sangat mengesalkan. Kenapa Rayka bisa lahir dengan rasa penasaran yang sebesar ini?

Ah tidak ada yang menarik. Hanya berisi tulisan tulisan panjang tentang keseharian Shilla. Rayka membolak balikan lembaran demi lembaran diary itu sampai gerakan tangan nya terhenti pada sebuah halaman yang tertempel foto Rayka dan Shilla yang diambil ketika mereka merayakan 2 bulan hari jadi mereka.

Shilla yang tengah memegang bunga dan Rayka yang tengah mengecup pipi Shilla. Senyum merekah Shilla yang sangat cantik terlihat jelas di foto ini.

Ada tulisan dibawah nya, mata Rayka bergerak membaca tulisan ini dari awal sampai akhir.

Rahang nya mengeras.

Rayka seperti Reyhan. Shilla mencintai Rayka sebagai Reyhan. Terima kasih kamu telah hadir kembali Rey. Aku mencintaimu.

Rayka merobek kertas itu, meremas nya dengan nafas yang memburu.

Sialan!

"Rayka?"

Pintu kamar mandi terbuka. Shilla terlihat kaget karena tiba-tiba Rayka ada di dalam kamar nya, dengan nafas yang memburu dan tangan yang mengepal keras.

"Kamu ngapain?"

Shilla berjalan menghampiri Rayka, melirik sekilas pada buku diary nya yang terbuka dan pada tangan Rayka yang menggenggam kertas yang sudah tak beraturan bentuk nya.

"Kamu kenapa bisa disini?" Merasa pertanyaan yang pertama tidak dijawab, Shilla kembali bertanya.

Tidak ada jawaban. Rayka bahkan tidak menoleh sama sekali. Pandangan nya terlihat nyalang menatap ke arah depan.

Shilla mencoba untuk menggenggam tangan Rayka agar Rayka menoleh ke arah nya tapi Rayka menepis nya dengan kasar.

Rayka melempar kertas itu ke hadapan Shilla. Bahkan hanya dengan melihat raut wajah Rayka dan tidak membuka kertas itu Shilla tau apa isinya.

Pasti itu..

"Rayka aku bisa jelasin.."

Rayka menoleh, mata nya menatap tajam ke arah Shilla. Sungguh, yang Shilla lihat bukan tatapan amarah, melainkan tatapan kekecewaan.

Who are you? [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang