Sepuluh

707 68 15
                                    

Shilla membaringkan tubuh di atas kasur nya yang bergambar stitch. Kartun lucu berwarna biru kesukaan nya.

Tangan nya sibuk memilin ujung rambut hitam nya, pikiran nya melayang kemana-mana.

Otak Shilla terus memutar omongan Monica yang mengatakan bahwa Rayka adalah Reyhan. Ya walaupun Monica mengatakan nya itu sahabat masa kecil Shilla.

Pintu kamar Shilla terbuka, Shallo berdiri diambang pintu dengan senyum yang manis ketika mendapati adiknya tengah menoleh ke arah nya.

Shallo berjalan menghampiri Shilla, duduk dipinggiran kasur dan membantu Shilla untuk duduk di samping nya.

Tanpa menunggu lama, Shilla memeluk Shallo dari samping. Mencurahkan segala rindu Shilla kepada kakak nya. "Abang kok kesini?"

Shallo mengusap lembut surai hitam Shilla, "Gak boleh emang nya ya?"

Ucapan Shallo membuat Shilla spontan memukul dada bidang Shallo, "Ish bukan gitu! Kan sabtu kemarin abang gak kesini, kata bunda abang ke luar kota."

Shallo tersenyum lembut, kemudian mengecup singkat puncak kepala Shilla, "Iya, baru aja pulang langsung mandi terus ke kamar kamu."

Shilla tak menjawab, dia hanya menenggelamkan kepala nya di dada bidang Shallo.

Ketika sedang nyaman-nyaman nya, tiba-tiba terpikirkan sesuatu yang sudah Shilla ingin tanyakan kepada keluarga nya sedari tadi.

"Bang aku boleh minta sesuatu?"

"Hmm? Apa?"

Shilla melepas pelukan nya, ia mengambil bantal dan meletakan nya pada paha mulus Shilla.

"Shilla mau bongkar makam Rey."

Dan perkataan Shilla barusan berhasil membuat shallo melotot dan menganga.

Permintaan macam apa itu?

Apa adik nya sudah gila?

Shallo meletakan telapak tangan nya di dahi Shilla, "Kok ngelantur, kamu sakit?"

Shilla menggeleng, "Shilla curiga Rey gak beneran meninggal."

Ucapan Shilla barusan terasa aneh di telinga Shallo. Shallo menggeleng-gelengkan kepala nya. Kenapa fikiran Shilla bisa begitu?

Padahal sudah sangat jelas waktu itu Rey terkapar di pangkuan nya. Shilla sendiri yang melihat bagaimana preman itu membunuh Rey. Bahkan Shilla juga melihat ketika dokter mencabut alat-alat medis di tubuh Rey.

Ya meskipun, Shilla tidak melihat proses pemakaman nya.

Tapi bukan berarti Shilla tidak mempercayai takdir yang sudah terjadi bahwa Rey sudah meninggal kan?

"Kenapa kamu bisa mikir gitu sih?"

"Ada orang yang mirip banget sama Rey, Bang. Dan Shilla curiga itu emang Rey."

Shallo mengerutkan dahi, "Hanya itu?"

Shilla mengangguk gemas sebagai jawaban.

"Kalo soal mirip, kita itu emang udah ditakdirin mirip sama 7 orang di dunia ini. Jadi, wajar kalau misal ada yang mirip sama Rey dong."

"Tapi bang, Ini beda. Mereka tuh bener-bener mirip banget."

Shallo diam. Menatap mata Shilla dalam. Shallo mengalihkan pandangan dan melihat jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

Who are you? [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang