Donghyun menggerutu beberapa kali saat ia dan Seungmin mencari peralatan bersih-bersih. Jibeom yang merupakan perwakilan dari kelompok yang membersihkan dapur untuk mencari alat kebersihan malah hilang begitu saja. Padahal tadi dia ada di belakang mereka.
"Seugmin-ah," gumam Donghyun, "benar alat bersih-bersihnya ada di sini?" Donghyun menatap pintu di hadapannya yang terletak paling ujung dan terpencil di Villa ini.
"Ya, sepertinya ini gudang."
"Baiklah." Donghyun hendak membuka pintu, tepat sebelum suara seseorang di belakang membuat mereka berjengit kaget.
"Kenapa kaget begitu? Tadi aku dari halaman belakang."
"Jibeom-ah, bagaimana kami tidak kaget? Kamu datang tiba-tiba!" sentak Seungmin.
Jibeom menunjukkan cengiran polosnya. "Mian, hehe," jawabnya tanpa rasa bersalah. Ia lantas berdiri di sisi Donghyun, "kenapa? Dikunci?" tanyanya.
"Tidak tahu," balas Donghyun, berusaha membuka pintu itu, tetapi knopnya sangat keras.
"Biar kucoba."
Jibeom memegang knop pintu, dan... terbuka.
"Sepertinya pintu ini sudah lama tidak terbuka. Knopnya jadi berkarat," kata Jibeom, memperhatikan knop pintu itu yang memang benar katanya–berkarat, lantas masuk ke dalam ruangan itu.
Mereka mengamati sejenak isi ruangan tersebut. Benar, sepertinya itu adalah gudang, dilihat dari banyaknya barang tak terpakai di sana. Dan alat kebersihan memang ada di sana, di pojok ruangan.
"Tidak ada penyedot debu, ya?" tanya Donghyun, karena mereka hanya melihat ember dan lap pel, tanpa sapu dan kemoceng.
Seungmin celingukan, mencari benda yang dimaksud Donghyun. Hingga, di dekat lemari kayu yang sudah tak terpakai, Seungmin menemukannya.
"Itu dia! Biar kuambil."
Seungmin berlari ke arah di mana penyedot debu itu berada. Hendak mengambilnya namun, jeritan Jibeom menginterupsi.
"Seungmin-ah, Seungmin, menjauh dari sana!"
"Apa?" Seungmin mengernyit heran.
Ia menatap Jibeom, tapi pemuda Kim itu malah heboh berteriak menyuruhnya untuk pergi dari sana dengan wajah yang ia tutup dengan sebelah telapak tangan. Ia menatap Donghyun meminta kejelasan, tetapi Donghyun juga malah mengangkat bahu dengan raut wajah bingung. Mengabaikan kegaduhan yang diciptakan Jibeom, Seungmin mengambil penyedot debu tersebut. Tapi baru saja dua langkah ia berjalan, suara gaduh di dalam lemari tua di sana membuatnya kembali menoleh. Dan betapa terkejutnya Seungmin begitu melihat lemari itu bergoyang-goyang hebat, seolah ada seseorang di dalam lemari itu yang menggedor-gedor membabi buta.
"Lari!" Sontak, Seungmin berseru.
Dan tanpa disuruh dua kali, Jibeom dan Donghyun juga ikut berlari. Tapi demi apa pun, entah lari mereka yang seperti kura-kura, atau memang Villa ini yang terlalu luas? Rasanya, untuk sampai ke dapur saja begitu lama.
Ketakutan begitu mendominasi diri mereka. Sehingga menyebabkan jantung mereka berpacu begitu cepat dengan peluh yang bercucuran. Tak ada yang bisa memikirkan hal lain, selain dari–secepatnya menjauh dari gudang dan menemui temannya yang lain.
"Seungmin-ah, aku minta maaf jika selama ini aku punya salah padamu!" pekik Jibeom, seraya berlari dengan napas terengah.
"Yak! Apa yang kamu katakan, Beom? Kita tidak akan mati di sini!" balas Seungmin sedikit berteriak.
"Hentikan pemikiran bodoh itu! Yang lebih penting sekarang, kita harus berlari ke arah mana?" Donghyun menatap Seungmin dan Jibeom. Mereka berhenti di sebuah lorong yang memiliki dua pintu. Bingung, tadi tidak ada tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Holiday▪️Golden Child✓
FanfictionLiburan musim panas telah tiba. Seungmin mengajak serta teman-temannya: Daeyeol, Sungyoon, Jaeseok, Jangjun, Tag, Jaehyun, Donghyun, Jibeom, Joochan, dan Bomin untuk berlibur ke sebuah pulau kecil di mana keluarganya memiliki sebuah villa di sana. J...