Enam Belas

219 32 11
                                    

"JOOCHAN, SADARLAH!" teriak Daeyeol memejamkan mata, saat Joochan mengangkat batu itu dan siap menghantam kepala Youngtaek.

Dugh!

"Aarghh!"

"Dae hyung! Joochan!"

Seungmin berdiri, menghampiri Joochan yang ambruk di atas tanah dengan mata sayu. Joochan berhasil sadar dari pengaruh iblis, tetapi tenaganya benar-benar terserap habis. Bahkan untuk membuka mata saja, lelaki Nam itu amat kesusahan.

"Kau baik-baik saja?" Daeyol memeluk pundak Joochan khawatir, setelah memastikan bahwa Joochan benar-benar terbebas dari pengaruh hantu-hantu yang merasukinya.

"Hyung," lirih Joochan lemas. "Aku melihat semuanya. Semua... kita harus pergi. Benar-benar pergi."

"Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi bagaimana pun kau benar, kita harus segera pergi." Daeyol menyetujui, lantas membantu Joochan berdiri dibantu pula Jaeseok.

Mereka semua kembali berjalan meninggalkan Villa, menghampiri Sungyoon yang dikerumuni oleh Donghyun, Bomin, dan Jaehyun.

"Apa yang terjadi?"

Bomin menoleh dengan air muka panik. "Kami tidak tahu, hyung. Sejak menelpon Sungyeol hyung, Sungyoon hyung bergeming, tidak mau mengatakan apa pun."

"Yoon--"

Sungyoon menoleh, menghentikan perkataan Jaeseok. Setitik air mata terlihat jatuh dari pelupuk mata Sungyoon, membuat semua orang bergeming kaku. Laki-laki itu berdiri, memegang lengannya yang sakit.

"Jae, aku harus bagaimana?" isak Sungyoon. "Aku harus bagaimana!" teriak lelaki Choi itu tak terkendali.

Semua saling berpandangan bingung sekaligus iba pada Sungyoon. Lelaki yang terkenal tak terlalu ekspresif itu sekarang menangis putus asa di hadapan mereka. Pemuda yang selalu terlihat tenang dan ceria, dia menangis di hadapan mereka semua dengan tersedu-sedu, amat menyesakkan.

"Kenapa? Jelaskan pelan-pelan," gumam Jaeseok, yang memang paling dekat dengan Sungyoon.

Sungyoon menggeleng pelan. Menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangan. Dia terlihat amat kacau.

"Kita terjebak di sini. Kita terjebak!" pekik Sungyoon putus asa. "Semua yang kita lihat di sini palsu! Manusia yang ada di sini palsu, kapal yang kita tumpangi palsu, bahkan villa itu juga palsu!"

"Hyung, maksudmu..."

*kembali pada saat Sungyoon menghubungi Sungyeol

"Sungyeol hyung!" pekik Sungyoon begitu mengangkat panggilan.

"Dae..."

"Aku Sungyoon, hyung, teman Daeyol," potong Sungyoon. "Hyung, apa kau tahu di mana letak pulau Hongdo?" tanya Sungyoon segera.

Hening beberapa saat sebelum Sungyeol menjawab di seberang sana. "Kenapa? Bukankah pulau itu sudah lama ditinggalkan? Kuharap jangan pernah berbicara perihal pulau itu," balas Sungyeol yang membuat Sungyoon mengerutkan kening bingung.

"Ada apa? Kenapa pulau itu ditinggalkan? Apa yang terjadi?"

"Sungyoon-a, apa kau tidak mendengar beritanya?" tanya Sungyeol di seberang sana. "Setelah tenggelamnya kapal Feri di dekat sana enam tahun lalu, keadaan pulau sangat kacau. Penghuni sana sering dihantui oleh penumpang kapal. Kau tahu, beberapa penghuni pulau yang memutuskan tetap tinggal dikabarkan gila, kemudian meninggal di sana setelah saling menyerang seperti zombie. Dan sekarang, pulau itu terkenal dengan sebutan pulau hantu."

Jantung Sungyoon mencelus. Tubuhnya terasa dingin, seolah seseorang baru saja menyiramnya dengan air es. Sungyoon ingin menangis, tapi hampa. Tubuhnya menggigil, hatinya terombang-ambing rasa takut.

"Hyung, dengar..." ujar Sungyoon dengan sisa-sisa kekuatan yang ia punya. "Sekarang, aku, Dae, dan teman-teman lain sedang ada di pulau Hongdo. Bagaimana kami bisa keluar dari sini? Selamatkan kami, hyung... Kami mohon," lirih Sungyoon hampir terisak.

***

"Jadi maksudmu kita terjebak di pulau hantu. Begitu, hyung?" pekik Bomin dengan kedua bola mata yang mengkristal. "Bagaimana kita bisa keluar!" Bomin histeris. Seperti yang lainnya, Bomin juga takut. Sangat takut.

"Kita harus bagaimana?" lirih Seungmin pelan.

"Seungmin-a, ini salahmu! Benarkah villa milik orang tuamu ada di sini, ha!" Jangjun menarik kerah kaus Seungmin, menatap lelaki mungil itu tajam.

Semuanya paham, ini semua di luar logika. Liburan yang seharusnya menyenangkan, berubah menjadi mimpi buruk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Semuanya pasti mereka frustrasi, merasa ingin segalanya berakhir secepatnya.

"Jangjun, hentikan!" Youngtaek berusaha melerai Jangjun, menghentikan pemuda Lee itu menyakiti Seungmin. "Villa keluarganya memang di sini."

"Lalu kenapa, huh? Jika benar, seharusnya orang tuanya memberi tahu bahwa pulau ini sudah ditinggalkan! Kenapa malah tetap membiarkan kami pergi?" balas Jangjun tajam.

"Aku... sebenarnya, aku tidak meminta izin pergi ke pulau ini," sesal Seungmin, membuat semua mata membelalak kaget dan pasrah.

"Hyung, jadi kau..." Bomin kehabisan kata. Tapi helaan napas beratnya membuktikan bahwa anak itu kecewa dengan apa yang Seungmin lakukan.

"Sudah, hentikan. Bertengkar tidak akan membuat kita menemukan jalan keluar," ujar Jaehyun, melerai sebelum mereka tidak akan menghentikan perdebatan.

"Lantas, kita harus bagaimana sekarang?" tanya Sungyoon lirih, yang saat ini tengah duduk lemas di bawah.

"Apakah Sungyeol hyung akan datang membantu kita?" tanya Daeyeol.

Sungyoon menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Bisa iya, bisa juga tidak. Panggilan terputus begitu saja tadi," balasnya.

Semua menghela napas pasrah. Saling menggenggam tangan temannya masing-masing, saling menguatkan. Hingga suara Joochan menginterupsi.

"Sejujurnya, aku melihat semuanya di sini," ujar Joochan. "Aku tidak mau mengatakannya, tapi..."

"Tapi apa?" desak Donghyun.

"Mereka menginginkan salah satu dari kita," lanjut Joochan yang membuat semuanya terdiam, dengan jantung berdetak cepat, dan bulu kuduk yang meremang.

"Maksudmu, mereka ingin salah satu di antara kita mati?" Bomin memekik takut. Lantas berdiri di belakang tubuh Daeyol, memeluk tangan hyung tertua dengan ngeri.

Joochan tidak menjawab. Tapi tatapan pemuda itu beralih pada sisi kanan, di mana Jaehyun, Jibeom, dan Jaeseok berdiri bersisian.

"Mereka ingin mengambil salah satu dari kalian," ujarnya setelah jeda yang cukup panjang.

***







Kira-kira, siapa yang mereka inginkan?
Sudah ada clue-nya lho, dari awal mereka naik kapal hihi.

Last Holiday▪️Golden Child✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang