Joochan masuk ke dalam kelasnya yang gaduh. Menatap satu persatu dari temannya yang terlihat kesal. Ia duduk di bangkunya, kemudian menyapa Bomin, satu-satunya siswa yang bersikap tenang di sana.
"Bomin-ah, ada apa?" tanya Joochan, "mereka nampak aneh."
Bomin menoleh pada Joochan dan tersenyum. "Bukankah mereka memang aneh setiap hari?" balas Bomin jenaka.
Joochan menggeleng pelan. "Tidak, maksudku, mereka tampak kesal," Joochan memperjelas ucapannya dan Bomin lagi-lagi memamerkan senyum manis.
"Jibeom buang gas," ucap Bomin, "dan itu bau sekali."
Joochan mengerjap, lantas tertawa pelan. "Hoaa, benarkah?" tanyanya, "ke mana dia sekarang?"
"Toilet. Buang air besar mungkin," Bomin terkekeh, Joochan juga.
"Jika saja Jaehyun tahu, dia pasti akan meledeknya mati-matian," gumam Joochan.
"Justru Jibeom buang gas karena Jaehyun menahannya saat mau ke toilet," Bomin tersenyum penuh arti.
Suara ribut di depan kelas terdengar. Joochan dan Bomin menoleh ke sana. Ternyata si enerjik, Lee Jangjun, tengah berjalan memasuki kelas sambil tertawa keras dengan Youngtaek dan Jaehyun di sisinya.
"Kamu lihat wajah Jibeom tadi?" Jangjun berucap pada kedua temannya. "Itu benar-benar lucu!"
"Yak! Kalian membicarakan aku!?" Tiba-tiba Jibeom muncul dari belakang, mendahului mereka dan duduk di bangkunya sambil menatap Jaehyun dengan tatapan permusuhan. Jaehyun juga berdiri sambil melayangkan tatapan yang sama.
Joochan menggeleng melihat kelakuan mereka. Ia bangkit, hendak menghampiri keempat temannya sebelum netranya menangkap sosok perempuan yang tiba-tiba berdiri di sisi Youngtaek.
"Youngtaek-ah!" Joochan berteriak keras, membuat seisi kelas menatap ke arahnya. "Menjauh dari sana!"
Yang diteriaki hanya mengernyit bingung. "Kenapa?" tanyanya.
"Dia akan mencakarmu!" pekik Joochan lagi.
Bomin berdiri, menghampiri Joochan. "Joochan-ah, tidak ada siapa-siapa di sana," ucap Bomin pelan, berbisik di telinga Joochan. "Tidak ada yang mau mencakar Youngtaek."
"Ada!" Joochan berteriak lagi-lagi, dan hal itu tentu saja membuat reaksi anak-anak yang menganggap Jochan berhalusinasi bahkan nyaris gila. "Lihat itu!"
Suasana semakin aneh saat Joochan berlari dan memeluk Youngtaek. Semuanya melongo, saat Joochan menjerit keras, memegangi bahunya. Dan tak lama setelah itu, Joochan terkulai lemas, tak sadarkan diri dan meluruh ke lantai.
***
Joochan menatap sekeliling ruangan putih yang menampungnya saat ia baru saja siuman. Dinding ruangan, tirai, sprei ranjang tempatnya berbaring, hingga nakas di sampingnya semua didominasi oleh warna putih. Joochan mengerjap, berusha mengingat peristiwa apa yang menimpanya sehingga ia bisa berbaring di tempat itu. Belum sempat ia menemukan jawaban, bahunya tiba-tiba terasa perih sehingga ia meringis pelan.
Disibaknya seragam putih miliknya dan mendapati sebuah bekas cakaran kuku-kuku tajam berwarna merah di sekitaran bahunya yang berwarna putih. Kini Joochan menyadari sesuatu, perempuan itu!
Ia bergeming lama, berpikir, ada apa gerangan? Mengapa perempuan tak kasat mata yang memakai seragam sama dengannya itu ingin melukai Tag-ah? Dan kenapa pula perempuan itu terus menampakkan diri padanya? Joochan benar-benar tak mengerti tentang hal ini. ni membuatnya pusing.
***
Makan malam di kediaman keluarga Nam begitu hening, tak seperti biasanya. Kali ini hanya didominasi oleh suara sendok yang beradu dengan mangkuk sop yang terdengar, tidak ada celotehan Woohyun mau pun Jooochan.
Eomma mereka yang menyaksikan hal ini mulai tak nyaman. Ia lantas menatap putranya satu per satu. Joochan ternyata makan sambil melamun, sedangkan Woohyun sendiri tengah memperhatikan adik yang umurnya terpaut tujuh tahun di bawahnya itu dengan tatapan yang tak Eomma mengerti.
"Joochanie," Eomma berucap. Tak ada tanggapan berarti dari Joochan. Justru malah Woohyun yang menoleh.
"Eomma, sepertinya Joochan tengah memiliki masalah," Woohyun menatap eommanya dengan seulas senyum tenang. "Jika dia sudah siap, dia pasti akan mengatakan masalahnya padamu."
Eomma menatap Woohyun beberapa saat, mengangguk, dan kemudian menyentuh tangan Joochan, sehingga anak itu mengerjap. "Kalau kamu lelah, kamu langsung istirahat saja," Eomma tersenyum teduh, mengelus puncak kepala Joochan.
Joochan yang tersadar dari lamunan panjangnya tersenyum kikuk. "Iya, Eomma. Aku sedang tidak enak badan," gumamnya, "sepertinya setelah mengerjakan tugas sekolah aku akan langsung istirahat."
Eomma mengangguk. Dan tepat setelah itu, Joochan bangkit, berjalan pelan menuju kamarnya dengan tatapan kosong.
"Oh, hyung," gumam Joochan saat Woohyun masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu belum tidur?" tanya Woohyun. Berdiri di samping Joochan yang saat ini duduk di kursi meja belajarnya.
Joochan menggeleng pelan. "Belum," balasnya.
"Apa ada hal yang mengganggumu lagi?" tanya Woohyun serius.
"Gadis yang kubicarakan kemarin, hyung," Joochan berucap pelan. Kali ini menghadap Woohyun. "Dia hendak melukai Youngtaek."
"Youngtaek? Tag maksudmu?"
Joochan mengangguk. "Iya," balasnya, "tetapi aku menyelamatkannya. Dan aku yang kena cakaran gadis itu." Joochan mengangkat lengan mengesampingkan bajunya di sisi leher, sehingga memperlihatkan bekas cakaran yang berubah menjadi ungu.
Woohyun bergeming. Menatap lamat-lamat adiknya, dan kemudian berkata, "Dia ingin berkomunikasi denganmu. Dan cara mereka seperti itu, dengan cara menarik perhatianmu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Holiday▪️Golden Child✓
FanficLiburan musim panas telah tiba. Seungmin mengajak serta teman-temannya: Daeyeol, Sungyoon, Jaeseok, Jangjun, Tag, Jaehyun, Donghyun, Jibeom, Joochan, dan Bomin untuk berlibur ke sebuah pulau kecil di mana keluarganya memiliki sebuah villa di sana. J...