Satu

339 37 5
                                    

Pagi datang lebih cepat hari ini. Seoul School Of Performance Arts (SOPA), salah satu sekolah paling populer di Korea Selatan, sudah mulai ramai dengan aktifitas para siswa dan siswi yang datang.

Suasana gaduh sudah menjadi hal biasa, terutama di kelas 3C jurusan Departemen of Practical Music. Seorang siswa berpipi tembam nan imut masuk sambil membawa buku tebal yang ia baca, kemudian mengayunkan sebuah pensil sambil berkata, "Wingardium Leviosa!" Dengan tampang serius, siswa yang menamai dirinya Bong Potter itu terus memperhatikan arah pensil yang menunjuk tepat pada seorang siswa berambut cokelat tembaga yang tengah asyik berjoged ria di depan kelas. "Ayolah, terbang!" pekiknya kesal. "Wingardium Leviosa!" Sekali lagi ia bergumam, tetapi tetap tak ada yang terjadi.

Wingardium Leviosa adalah salah satu mantra terkenal yang ada di dalam serial novel Harry Potter. Mantra ini digunakan untuk membuat suatu objek melayang di udara.

Ia menggertakan gigi dengan kesal karena tidak ada yang terjadi pada siswa yang masih tenang berjoged alay itu. Membalik lembar buku yang dibacanya, mencari mantra lain, kemudian menatap sekeliling, mencari objek. Hingga, ia menemukan objek itu! Si gendut yang tengah makan lahap di sudut kelas.

"Riddikulus!" gumamnya, menggoyangkan pensil ke udara dan menunjuknya ke si gendut. *kali ini adalah mantra terkenal yang bisa mengubah sesuatu menakutkan menjadi lucu. Yah, bagi siswa ini, si gendut itu lebih menakutkan dari hantu di film Conjuring  yang pernah ia tonton.

Satu detik... Dua detik... Ia masih memperhatikan ujung pensil dan si gendut dengan saksama, hingga... Dugh!

"Jibeom-ah!" pekiknya, saat siswa bermata besar masuk kelas dan menubruknya dari belakang. Ia menengadah frustasi, seraya menjambak rambut dan mengerang kesal. "Mantraku hampir berhasil!"

Semua siswa dan siswi di kelas menatap lelaki itu dengan berbagai macam tatapan. Ada yang menatap dengan kening berkerut seolah berkata--dia kenapa?-- atau--dasar orang aneh!--dan siswa yang lain melengos, tak peduli.

Sementara itu, siswa bermata besar yang tadi menubruknya, langsung meletakkan tas di atas meja. Hendak kembali keluar sebelum si Bong Potter berteriak nyaring, "YAK! JIBEOM-AH! MAU KE MANA KAMU!?" Ia menoleh ketika si lelaki berambut ikal blonde menarik kerah kemejanya dari belakang.

"Yak! Jaehyun, lepaskan!" pekik Kim Jibeom, berusaha menggapai Jaehyun.

Jaehyun, si Bong Potter imut melotot tajam. "Tidak!" cetusnya, "aku tidak akan melepaskanmu!"

"Mwo?" Jibeom terbelalak, "lepaskan aku! Aku harus..."

"Kamu sudah mengacaukan mantraku, Jibeom! Kamu harus tanggung jawab!" pekik Jaehyun sekali lagi. Ia memukuli lengan Jibeom dengan kesal.

"Yak yak! Jaehyun, lepaskan aku!" Jibeom berusaha melindungi diri.

Siswa yang lain hanya menatap mereka tak peduli. Jibeom dan Jaehyun bertengkar sudah menjadi sarapan mereka sehari-hari, itu sudah biasa. Tapi berbeda dengan lelaki yang sejak tadi bergoyang alay di depan kelas. Ia duduk di bangku paling depan seraya bersorak, menyemangati Jaehyun untuk terus memukul Jibeom.

"Ya! Terus Jaehyun, terus!" pekikan kerasnya bahkan sampai hingga ke luar kelas.

Jibeom melirik siswa itu dengan kesal. Yang ditatap tertawa.

"Jibeom, ayo lawan Jaehyun! Jangan diam saja!" Ia bersuara lagi.

"Jangjun-ah!" teriak Jibeom akhirnya. "Tak bisakah kamu membantuku lepas dari si manusia aneh ini? Bukan malah bersorak seperti cheerleaders di sana!" Dari raut wajah Jibeom, terlihat jelas laki-laki itu sangat kesal. Apalagi saat Jaehyun tidak melepaskan tangannya dan terus memukulnya dengan buku tebal. "Yak! Jaehyun, cepat lepaskan! Aku harus ke toilet!"

Jaehyun menulikan telinga. "Tidak!" balasnya. "Gara-gara kamu, mantraku yang hampir berhasil jadi gagal!"

"Yak, aku tidak mengerti mantra-mantra anehmu itu. Dan sama sekali tidak mau mengerti," Jibeom berucap kesal, "aku hanya ingin ke toilet sekarang juga, Jaehyun-ah!"

"Tidak!"

"Ya!"

"Tidak!"

"Ya!"

"Ti--" Jaehyun mengernyit, "bau apa ini?" tanyanya seraya mengendus bau busuk yang membuatnya mual. Ia lantas melepas Jibeom dan menutup hidung dengan almamaternya. Siswa lain juga mencium bau yang sama hingga mereka gaduh dan saling menuduh siapa yang kentut.

Jibeom meringis. Dan Jaehyun tahu asal bau itu dari mana.

"Yak, kamu buang gas?" Jaehyun memukul bahu Jibeom.

"Itu karenamu tidak melepaskan aku!" ketus Jibeom, "aku sudah tidak tahan sedari tadi ingin buang air!"

***

Kyaa, belum sampai ke  scene horrornya, ya. Nikmati saja dulu keabsurd-annya. Thank u!

Btw, umurnya diratain sebagian ya. Jadi kayak Jibeom ke Jangjun nggak panggil Hyung karena di sini mereka seumuran😁

Last Holiday▪️Golden Child✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang