Seungmin masih bersaing ketat dengan Jaeseok. Ia tidak boleh kalah dari hyungnya itu. Ia harus menang, apa pun yang terjadi. Tapi...
"Hyung, tunggu, aku harus ke toilet!" Ia memekik tiba-tiba saat sesuatu dalam dirinya mendesak ingin keluar. Seungmin rasa, tadi ia banyak minum sehingga sekarang ia harus buang air kecil untuk ke sekian kalinya.
"Yak, kamu sudah ke toilet berapa kali sejak tadi?" gerutu Jaeseok. "Bilang saja kalau kamu takut kalah. Lihat, aku sudah hampir menang, Seungmin-ah!"
Seungmin mendengkus. "Ini benar-benar mendesak. Aku harus ke toilet!" Seungmin menyimpan ponselnya begitu saja dan beranjak segera menuju kabin. Namun...
"AH!" Ia berteriak nyaring saat tubuhnya terpelanting ke lantai.
Teman-teman yang lain dengan segera menghampiri Seungmin yang mengaduh kesakitan di dekat pintu masuk kabin. Dengan sigap mereka membantu Seungmin bangun.
"Yak, Seungmin! Kamu kenapa?" Daeyeol yang pertama kali membangunkan Seungmin bertanya khawatir.
Seungmin kebingungan. "Tadi ada yang menghalangi langkahku, hyung."
"Apa?" Daeyeol mengernyit. "Tidak ada apa pun yang menghalangi langkahmu di sini, Seungmin-ah," ucap Daeyeol setelah memastikan memang tidak ada benda apa pun di sana.
"Mungkin jalannya licin?" Sungyoon memberi kemungkinan lain.
Donghyun meraba-raba lantai kabin. Namun lantai tersebut kering, bahkan tidak ada noda minyak, air, atau apa pun itu.
"Lantainya aman," ujar Donghyun.
"Aku serius. Tadi ada yang menghalangi jalanku!" Seungmin bersikukuh.
"Sudahlah, ayo bangun!" Daeyeol membantu Seungmin berdiri. Yang lain bubar setelah memastikan Seungmin tidak terluka. Sedangkan Seungmin sendiri masih berpikir. Ia benar-benar merasakan dengan jelas bahwa tadi ada yang menghalangi langkahnya. Semacam kayu atau... mungkin besi? Entahlah, yang pasti Seungmin tidak berbohong akan hal itu.
Ia berjalan ke dalam toilet di kamarnya dengan bingung. Kemudian berpikir, mungkin ia hanya salah.
Dug dug dug!
Pintu toilet diketuk dengan keras, lebih tepatnya digedor. Padahal Seungmin baru saja masuk, belum menuntaskan hajatnya.
"Siapa?" teriaknya. "Daeyeol hyung, atau Donghyunie?"
Tidak ada jawaban. Seungmin mendengkus, yang seperti itu pasti Donghyun, atau... Jangjun?
Dug dug dug!
"Sebentar, Donghyun-ah!"
Dug dug dug!
Lagi-lagi pintu digedor dengan keras, namun tak ada sahutan, membuat Seungmin harus segera menyelesaikan hajat dengan tidak nyaman. Ia keluar dengan kesal setelah gedoran yang ke sekian kalinya.
"Bisakah kamu sabar sedikit sa..." ucapannya terhenti, "tidak ada siapa-siapa?" Seungmin mengernyit. Namun detik berikutnya ia berdecak, Ini pasti kelakuan Jangjun.
Seungmin dengan segera keluar dari kabin. Baru dua langkah keluar dari kamar, pintu yang tidak ia tutup menutup sendiri dengan sangat keras. Seketika, Seungmin berbalik kembali, mengecek barangkali ada orang di sana. Ia membuka pintu, dan...
"Daeyeol hyung?" gumamnya, "sejak kapan kamu kemari?" Seungmin masih berdiri di ambang pintu, menatap Daeyeol yang naik ke atas tempat tidur milik Seungmin dan telentang di sana.
"Barusan," jawab Daeyeol tanpa menoleh pada Seungmin.
Seungmin mengernyit. "Benarkah? Kurasa kamu memiliki bakat datang dan pergi secepat kilat," guraunya. "Apa yang menggedor pintu toilet barusan adalah kamu, hyung?"
Daeyeol tampak menggeleng, kemudian berbaring membelakangi Seungmin. Mungkin ia akan tidur. Hm, padahal ini masih jam enam sore. Seungmin pikir, Daeyeol sedang tidak enak badan, jadi dia biarkan saja hyungnya istirahat, meski sebenarnya ia ingin mengatakan bahwa ranjang yang dipakai Daeyeol salah, itu adalah ranjangnya.
Menutup pintu, Seungmin keluar dari kabin, ia akan memberi pelajaran pada Jangjun yang telah mengerjainya.
"Yak, Jangjun-ah!" Seungmin berteriak nyaring, membuat bukan hanya Jangjun yang menoleh, tetapi Bomin, Joochan dan Donghyun juga.
"Eh?" Jangjun memegangi kepalanya yang digeplak Seungmin keras. "Apa ini? Kamu melakukan adegan KDRT?"
"Yash, itu untuk kelakuan menyebalkan dirimu!"
"Apa? Aku melakukan apa?" Jangjun mengerjap bingung.
"Kau menggedor pintu toilet ketika tadi aku sedang buang air!"
"Aku? Dari tadi aku di sini. Apa yang sebenarnya kamu pikirkan, Seungminnie?" gerutu Jangjun tak terima.
"Tidak, mana mungkin kamu akan mengaku," ketus Seungmin, masih kesal. Meskipun badannya paling kecil, tapi Seungmin sangat mudah marah. Terutama pada Jangjun yang notabene orang paling aktif untuk mengerjai siapa pun.
"Seungmin-ah," Seungmin menoleh, kemudian terkejut begitu mengetahui siapa yang bicara, "sejak tadi Jangjun memang di sini. Aku memperhatikannya sedang bersama Youngtaek. Tidak ada seorang pun dari kami yang masuk ke kabin."
"H-hyung..." Seungmin tergagap, menatap Daeyol dengan tatapan nanar. "Kalian mengerjaiku, ya? Aku tidak sedang berulang tahun."
"Mengerjaimu?" Daeyeol mendelik, Seungmin mengangguk kaku.
"Untuk apa? Sama sekali tidak," balas Daeyeol.
Seungmin mengedarkan pandangan dengan cemas, kemudian menatap mata Daeyeol. "Hyung, ketika tadi aku di toilet, seseorang menggedor pintu dengan keras, tetapi ketika aku tanya siapa, tak ada jawaban. Dan ketika aku keluar dari kamar tanpa menutup pintu, tiba-tiba ada yang menutupnya dengan keras. Ketika kulihat, ternyata itu kamu, hyung!" jerit Seungmin histeris, sehingga menyebabkan penumpang lain yang tengah menikmati sunset di sudut berbeda beranda kapal menoleh pada mereka.
Daeyeol terkekeh pelan. "Mana mungkin. Aku sejak tadi di sini," balasnya.
"Tapi aku benar-benar melihat dengan nyata bahwa itu dirimu, hyung!" jeritnya lagi. Donghyun yang berada di sisi Seungmin, menepuk-nepuk bahu Seungmin, menenangkannya. "Aku pikir tadi kamu sedang tidak enak badan. Bahkan kamu tidur di ranjang yang salah, kamu tidur di ranjangku!"
"Mungkin kamu hanya sedang berhalusinasi," Jibeom angkat bicara, ikut menepuk pundak Seungmin, berharap dengan itu Seungmin bisa sedikit tenang.
Seungmin menghela napas pasrah. Teman-temannya memang takkan percaya sekeras apa pun Seungmin berusaha menjelaskan. Dia pun sebenarnya ragu tentang apa yang dialaminya tadi. Tapi hal itu membangkitkan perasaan asing di dalam dirinya. Perasaan semacam jantung yang berdebar keras, cemas, ngeri, dan... takut.
Mereka memilih menikmati sunset yang telah tenggelam, bergantikan malam yang tenang di atas kapal pesiar itu. Seungmin duduk di salah satu kursi santai yang agak jauh dengan teman-temannya, ia butuh menenangkan diri.
"Tadi itu benar-benar nyata. Mana mungkin aku berhalusinasi," gumam Seungmin pelan, lebih pada dirinya sendiri.
Ia memperhatikan temannya satu persatu. Mereka tampak menikmati suasana. Mereka bernyanyi, bahkan menari-nari riang di sana. Berbeda dengannya yang merasa tertekan sendiri karena peristiwa aneh tadi.
"Jangan terlalu dipikirkan perihal yang tadi," ucap seseorang yang berdiri di sisi tempatnya duduk. Ternyata Joochan yang bicara.
Seungmin tersenyum kecil. "Aku ingin tidak mengingat kejadian aneh tadi. Tapi... aku tidak bisa. Tadi itu benar-benar nyata!" balas Seungmin, merasa frustasi hanya dengan memikirkan hal itu sendiri.
Awalnya Seungmin bukanlah seorang yang percaya akan makhluk-makhluk tak kasat mata yang sering Joochan ceritakan. Tapi hari ini, keyakinan itu goyah. Sedikitnya, Seungmin percaya bahwa, sesuatu yang tidak bisa mereka lihat belum tentu tidak ada. Mereka ada, mungkin saja di sekeliling mereka, tetapi ada sebuah sekat yang membuat mereka tak terlihat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Holiday▪️Golden Child✓
FanficLiburan musim panas telah tiba. Seungmin mengajak serta teman-temannya: Daeyeol, Sungyoon, Jaeseok, Jangjun, Tag, Jaehyun, Donghyun, Jibeom, Joochan, dan Bomin untuk berlibur ke sebuah pulau kecil di mana keluarganya memiliki sebuah villa di sana. J...