Alejandro

81 14 8
                                    

Bagian dari Chartreuse 1318
[Jika tidak diberangus editor :p]

Chacho
Alexander
Esteban

ChachoAlexanderEsteban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Esteban Ostillo meraih ponsel Alexander yang tergeletak begitu saja di atas meja. Selain ponsel, terdapat ceceran bubuk kokain abu-abu, kemasan nasal disinfektan yang berisi kokain cair, lintingan uang 10 dollar Amerika, alat suntik, hingga cutter. Botol-botol bir kosong jatuh menggelinding ke lantai, sementara asap rokok ganja dan aroma alkohol yang kuat memenuhi ruangan sempit yang mereka tempati.

The Police caught us. Don't come back here.

Tanpa membuka ponsel, Esteban sempat membaca notifikasi yang timbul di layar. Ia mengernyit. Dirinya memang tak cakap berbahasa Inggris, tetapi kata 'police' membuat posisi duduknya langsung tegak.

"Kau tahu apa yang akan kulakukan jika bayi kami benar-benar lahir?" Chacho tersenyum lebar menatap langit-langit, lantas mengeluarkan sendawa keras.

"Mm? Apa?" Alexander menyahut malas-malasan. Hidungnya memerah dan matanya berair karena baru saja mengisap kokain cair, membuatnya semi-teler. Ia duduk di atas lantai, menyandarkan punggung dan kepalanya pada kaki dan bantalan kursi.

Chacho menenggak bir lagi, senyum merekah meski sorot matanya entah. "Akan kuberi nama dia Alejandro Raul Ollireum."

"Laki-laki, eh? Kau yakin?"

"Yakin sekali."

"Hm."

Chacho beringsut mendekati Alexander, mengamati sahabatnya dari samping. "Coba tanya padaku dari mana aku dapat ide nama untuk bayiku."

Alexander membuka mata, menoleh ke samping, mendapati Chacho cengar-cengir aneh. "Dari mana?" tanyanya, membeo pasif. Sorot matanya sudah mulai tak fokus.

"Alejandro dari namamu, Raul dari kapten Real Madrid idolaku, Raul Gonzalez."

"Namaku Alexander, bukan Alejandro."

"Alexander terlalu Amerika. Lebih keren Alejandro."

"Oh. Oke. Jadi harus kupanggil apa nanti keponakanku ini, hm?" tanya Alexander dengan nada mengantuk.

"Alex. Panggil dia Alex. Ahahahah! Paman dan keponakan punya nama yang sama! Seumur hidup aku bisa puas mengerjain kalian berdua! Jika kupanggil Alex, kalian akan menoleh bersamaan! Bukankah itu lucu?" Chacho tertawa keasyikan hingga badannya terguling ke lantai di samping posisi duduk Alexander. Botol bir yang dipegangnya terlepas, membuat lantai kembali basah terkena cairan alkohol.

"Terserah kau." Alexander memejamkan mata lagi, tak menghiraukan ulah Chacho.

Esteban mengembuskan napas panjang melihat kelakuan keduanya. Tiap kali mabuk, Chacho cenderung cerewet dan mengobrak-abrik apa pun di dekatnya, sementara Alexander hanya tiduran. Ketahanan Alexander pada alkohol dan kokain memang sangat rendah. Chacho bisa tetap tersadar meski mulutnya mengoceh macam-macam, sedangkan Alexander seringnya langsung kolaps.

"Alex, adikmu baru kirim pesan. Sepertinya penting." Esteban memutuskan untuk memberitahu Alexander tanpa menunggu lebih lama lagi.

Alexander tak menyahut. Mulutnya yang sedikit membuka mengeluarkan suara dengkur halus.

"Alex, hei, bangun." Esteban menjawil lengannya.

Tak ada reaksi.

Chacho duduk dengan susah payah sambil mengelap ujung mulutnya. "Dia tidur?"

Esteban mengangguk. Ia mengangsurkan ponsel Alexander pada Chacho. "Bisa kau buka pesannya? Sekarang dipasang kata sandi."

Chacho menerima ponsel dari Esteban, membentuk angka 7 di bagian permintaan kata sandi. Layar ponsel terbuka tak lama kemudian, langsung bisa ia akses. Membaca pesan yang masuk dari Ezra, sorotnya berubah suram.

"Ketahuan polisi, La Mora?" tanya Esteban pelan.

Chacho mengangguk, tampak gusar. Ia mengantongi ponsel Alexander di saku celana jins, lantas menatap Esteban lekat.

"Hei, bersihkan sofanya. Aku tak mau dia tidur di lantai."

"Tidak dibangunkan?" Esteban berdiri, mulai menyingkirkan botol bir kosong dan serpihan marijuana kering dari atas sofa.

"Biarkan dia istirahat dulu di sini. Jangan ganggu." Chacho merangkul lengan Alexander, lantas mengangkat tubuh pemuda itu ke atas sofa dan membaringkannya di sana.

"Temui aku di ruang pertemuan. Panggil Dewan Elit," perintah Chacho. Raut cengar-cengirnya beberapa saat lalu menguap tak bersisa, berganti serius dan dingin.

Esteban mengangguk cepat, lantas segera keluar dari ruangan.

***

Chartreuse - On the Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang