Ini kayak semacam... persinggahan[?]. Jadi, ketika aku stuck dengan alur utama, aku suka refreshing, tetep nulis Chartreuse meski bukan untuk 'jalur resmi'. Kupikir ini juga bisa kubagi dengan kalian, apalagi yang mulai menanyakan update part :'v
Nu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Timeline: After Chartreuse 1318 Genre: angst Cast: Alexander Aranda, Armando Ollireum
*** Dormite, niñito, que tengo qué hacer,
lavar tus pañales, sentarme a coser....
(Tidurlah, bayi laki-lakiku. Aku (Ibu) masih harus mencuci popok dan menjahit)
Chacho mengernyit, berhenti mengisap rokok. Ia memperhatikan Alexander. Letnan-nya itu tengah berdiri menghadap teralis sel yang mengarah ke halaman belakang penjara, memainkan lagu familier dari biolanya. Langit hitam pekat tampak nun jauh di sana, dengan angin dingin berembus pelan memasuki sel mereka.
Chacho tahu lagu itu. Mama sering menyanyikannya dulu ketika ia masih kecil.
Pada bait berikutnya, Chacho ikut bersenandung lirih.
"Dormite, niñito, cabeza de ayote,
si no te dormís, te come el coyote."
(Tidurlah, bayi laki-lakiku. Si kepala labu. Jika tidak tidur, serigala akan memakanmu.)
Alexander menurunkan biola dari bahunya, menoleh pada Chacho. "Kautahu lagu ini? Apa judulnya?"
Chacho mengedikkan bahu. "Dormite, Niñito. Semua anak kecil Honduras tahu."
Mata Alexander menyipit. "Iyakah? Semua anak kecil di Honduras?" Pemuda itu berbalik menjauhi teralis, duduk mengempas di atas bednya. "Sampai sekarang, mereka tahu? Lagu kuno dan jelek begitu. Maksudku, perhatikan liriknya. Kenapa para ibu di Honduras mengancam anaknya dimakan serigala kalau tak mau tidur? Menurutku absurd."
Chacho bengong, tak tahu harus menanggapi bagaimana. Ia selalu merasa terintimidasi tiap kali sahabatnya mulai bicara panjang lebar penuh kata-kata tinggi.
"Alex benci lagu itu." Alexander menaruh busur biola, lantas memainkan senar secara acak dengan jarinya. "Kau dengar? Barusan dia teriak memintaku berhenti."
Chacho membuka mulut, tapi urung bicara. Ia tetap belum terbiasa menghadapi berbagai macam kepribadian Alexander meski mereka telah bersama dalam satu sel selama hampir dua tahun. Sang Ketua paling segan tiap kali harus menghadapi sosok Elisa, satu-satunya alter ego perempuan dari diri sahabatnya yang membuatnya serba salah, atau salah tingkah, seperti sekarang.
Alexander berhenti memainkan senar secara acak. Akhirnya ia menaruh biola di atas bed, di samping busurnya.
"Lisa," panggil Chacho, canggung.
Alexander mengangkat wajah. "Ya?"
Chacho menghela napas panjang, membatin 'sudah kuduga'. "Kenapa Alex ngumpet lagi? Hanya karena teringat lagu itu?"
"Ah, aku sengaja membuatnya ingat dengan memainkannya barusan." Alexander tersenyum dikulum. "Dia harus bisa mengingat segala hal. Hanya itu satu-satunya cara agar dia bisa sembuh."