[26.0] a n n u l l a

2.2K 348 155
                                    




I don't understand why destiny allowed some people to meet, when there's no way for them to be together.




Semburat rembulan mulai mengintip dari balik ranting–ranting pohon Eik, desauan angin yang mengusik menerbangkan sedikit dedaunan kering seolah menyapu jalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semburat rembulan mulai mengintip dari balik ranting–ranting pohon Eik, desauan angin yang mengusik menerbangkan sedikit dedaunan kering seolah menyapu jalanan. 

Serambi Villa hanya diisi oleh Jennie, sepertinya wanita itu tak ingin memunculkan diri ke permukaan untuk beberapa waktu. "Sepertinya ... penerbangan kami akan diundur, Ayah."

"Kenapa?" Sahutan itu terdengar tak menyimpan kekagetan. Seperti tak senang, malah.

"Taeyong dirampok, Ayah," jelasnya ragu.

"Kalau begitu ... kau pulang saja duluan."

"Hah?" Terkagetlah putri Tuan Kim tersebut, kemudian mengambil posisi duduk pada kursi rotan.

Kopi yang mulai menghangat pada cangkir disesap perlahan, Tuan Kim kemudian menyahut datar. "Ayah akan ke Sisilia. Biar saja Lee Taeyong pulang bersama Ayah."

Apa?!

Matilah dia. "T—tapi, Ayah ... aku juga ... juga tak bisa pulang," selanya terburu–buru.

"Kenapa lagi?" Nada itu sedikit meninggi namun tertahan, membuat putrinya semakin gugup melontarkan alasan.

"Passport-ku rusak ...," helaannya terpenggal sembari menjauhkan ponsel sebentar, "... di mesin ... cuci...." Tak ingin ia bayangkan betapa murkanya sosok itu sebentar lagi. Pasti.

"Berikan teleponmu padanya, Ayah ingin bicara. Se-ka-rang."

Semakin paniklah tubuh itu, beranjak dengan tak nyaman mengawasi bilik kaca pada pintu. Syukurlah, ia disambut oleh ruang tamu yang sepi. "Dia ... dia sedang di kamar mandi. Sepertinya akan lama sekali ... keluarnya," Lidahnya tergigit pelan, salah satu tanda refleks setiap Jennie Kim melakukan kebohongan. 

Ya.. ia memang tak handal jika sudah menyangkut urusan tipu–menipu, benar–benar tipikal malaikat tanpa sayap yang turun ke bumi.

Helaan berat itu menguar dengan mudahnya dari seberang. "Urus passport-mu secepatnya, dan isi meja Ayah untuk sepekan. Ayah sekalian ingin bertemu klien di sana."

"Pertemuan apa lagi? Bukankah semua sudah ku urus dengan baik? Kemarin–kemarin tak ada hal apapun yang Tuan Sanchez permasalahkan ... lalu apa lagi, Ayah?" Jennie memelas. Mulai putus asa.

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 | lty x kjn ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang