[24.] a r r i v e d e r c i

3K 367 278
                                    




what if I'll go? would you ask me to stay?




"Yong-ie?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yong-ie?"

Suara itu baru saja menginterupsi paginya, ah—sial ... mengapa ia baru ingat bahwa dirinya sudah kembali ke tanah kelahiran? 

Dan suara itu semakin membuat kesadarannya meluap, menyipit meskipun tubuh itu terus terduduk di atas perutnya tanpa mimik bersalah. "Saekk—Sowon brengsek, mau apa lagi kau kesini?!" Bahkan bibirnya terlalu menyesal untuk menyebut nama itu.

"Kau bilang ... apa?" Beringsut yang pria di bawahnya berikan tidak membuatnya terusik, malah semakin membuat wanita bersurai kecokelatan itu mempertahankan posisi.

"Pergi kau, Brengsek!" bentaknya, bagai kejatuhan cicak purbakala. 

"Siapa? Aku Jennie, Paman."

Oh, benarkah? 

Sontak kelopaknya terbuka sempurna, siluet buram yang tadinya tertangkap pun berganti menjadi wajah wanita lugu. Ah, jadi tadi itu mimpi? 

Bagai menghirup udara segar Firdaus, Taeyong berhela panjang. "O—oh, Jennie ...," kerjapnya dibarengi sapaan serak. Untung seribu diuntung, rupanya. "Morning..."

Jennie tersenyum, merendahkan tubuh kemudian menyambut bibir itu dengan kecupan pagi. Tubuhnya pun menindih, bersandar dengan nyaman. "Morning too, Yong-ie..."

"Tidak. Jangan panggil begitu." Taeyong menggeleng penuh.

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan," helanya risih. "Terserah apa saja. Asal jangan itu."

"Ku pikir Yong-ie sebutan yang manis." Jennie tercenung beberapa detik, kemudian hendak beranjak. Namun usaha itu digagalkan oleh pelukan yang mengunci pergerakannya.

Cih, manis dari London? Taeyong menyingkap rambut kehitaman itu ke balik bahu, kenapa terburu–buru sekali ... ck. "Kau ... sudah mandi?"

"Hm," angguknya kikuk. Tanpa enggan mengajak mata itu bersitatap dengan siratan datar khasnya.

"Tak mau ... menungguku?"

Jennie menggeleng tanpa beban. "Aku harus melapor padamu jika ingin mandi? Itu lucu."

"Tidak—bukan begitu maksudku, Sayang (ku yang bodoh)." Bola mata itu berotasi jengah, kemudian lanjut berujar. "Maksudku ... kau ... juga aku, kita mandi bersama." Ia berani bersumpah, pastilah wanita satu ini hanya berpura–pura 'polos' agar tak ia 'terkam'.

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 | lty x kjn ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang