「Chi piglia moglie per denari, si esso sposa liti e guai. // siapa yang menikahi wanita karena uangnya, akan mendapat masalah dan kesengsaraan.」
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi, bagaimana 'Bulan Madu'-mu, Bung?"
"Diamlah."
Lawan bicara Taeyong terkekeh, membuat pria itu menjauhkan ponsel sekilas. Suka sekali membuatnya marah, memang.
Si keturunan ninja bangsawan—Tuan Muda Nakamoto.
"Semoga lancar. Ingat pesanku, ja—"
"... ngan menghambur–hamburkan uang. Berhematlah untuk dana pernikahanmu. Itu, kan?" potong Taeyong jengah. Ya, sudah hapal sekali rasanya ia dengan petuah gila itu.
Ia belum pikun, tolong. Hanya terkadang ... suka lupa diri.
Yuta bergumam. "Baguslah. Ku harap bukan hanya sekadar masuk-kanan-keluar-kanan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Taeyong menumpukan sebelah tangan di beton pembatas. Lampu–lampu rumah penduduk beserta pekatnya langit menjadi pemandangan baru baginya di bawah sana.
Tak ada bintang, tapi tidak pertanda juga bahwa hujan akan turun. Cuaca yang dilema.
Sesungguhnya, ia mencari mati untuk 'bersembunyi' pada balkon. Angin pantai yang berhembus dashyat, benar–benar berhasil membuatnya menggigil. Hampir mati beku dia di sini.
Tapi, untuk masuk rasanya masih enggan. Jennie di dalam. Ia segan mengobrol dengan Yuta jika ada wanita itu.
Terlebih, sebentar lagi ia sudah janji mau menelepon Sowon.
"Aktor Lee, kau mendengarku bicara tidak?"
"Oh? A—apa?" Taeyong sedikit tergegau. Sial, memikirkan apa dia tadi?
