[34.0] b i a n c o

2.6K 346 264
                                    




「 You don't need words to show that you care for someone, just like Mr. Bean. He rarely speaks but never leaves his teddy bear. 」




Termenung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Termenung. Dua orang itu mengambil tempat pada dudukan kayu, sesekali beberapa pejalan kaki melewati pandangan dengan berbagai ekspresi. 

Dari wajah–wajah itu, tak ada seorang pun yang tahu apa yang dirasakan oleh sang hati ... karena manusia memang penipu perasaan terbaik. 

Dan, sekarang ... Jennie sedang mencobanya—menenggelamkan pilu se kabur mungkin, meskipun tetaplah sulit. Ia tak handal untuk hal semacam ini.

"Nanti malam aku ingin mengajakmu."

Jennie enggan menyahut. Saat ini ia lebih berkesal ria pada kacamata hitamnya yang tak ia bawa tadi, pasti rupa nya sudah terlalu menyedihkan untuk dipandang sekarang.

"Ya sudah, jika tak ma—"

"Ke mana?" potongnya lesu, tanpa beralih pandang.

Sejenak, Taeyong mengusap dagu. "Ikut saja. Terakhir ini aku tak menipu, dan ... tak memaksa juga."

Jennie mengangguk lemah. "Aku ... ikut."

Tak ada interaksi lagi yang dicuatkan oleh mereka.

┏━━━━━━━🌹━━━━━━━┓

dear future husband

┗━━━━━━━🌹━━━━━━━┛

Entah sudah berapa kali di sekitar wajah itu dibubuhi cushion, mungkin ... lima kali? Ah, bahkan rasanya kaki itu tak ingin melewati pintu. 

Terlalu banyak pemikiran baru nan buruk tengah bertunas, menunggu untuk disiram dan dipanen dengan tak mengenakkan.

Mungkin jika bisa bersua, kantung air matanya sudah meronta untuk dipompa terus–menerus. Tapi, mau bagaimana lagi? Merenung dan menunggu, itu saja pekerjaan baru Jennie yang tak bermanfaat. 

Ya, kita tunggu saja sampai di mana titik lelahnya dua bodoh dewasa ini. Ck.

Di sofa, Taeyong tengah berleha santai layaknya kusir yang menunggu Cinderella naik pada labu kencana. Belum naik tahta juga 'kah? Bukan—pria tampan ini bukanlah kusir, mungkin akan berubah wujud menjadi sang Pangeran sebelum jam dua-belas. 

Paman Lee kita ini mahir megadaptasikan 'wujud', terkadang.

"Ayo..."

Lirihan itu menyapu tajam pada pendengaran Taeyong. Menolehlah ia dengan pupil yang perlahan melebar, meskipun masih agak disembunyikan juga. Oh...

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 | lty x kjn ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang