[30.0] b a s t a

2.3K 324 239
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




I wish my brain had a map to tell me where my heart should go.




Jennie terbuyar dari lamunan, baru saja pintu terbuka dengan kehadiran pria Lee yang melewatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie terbuyar dari lamunan, baru saja pintu terbuka dengan kehadiran pria Lee yang melewatinya. Pukul dua pagi, dan Villa itu masih terjaga beserta penghuninya. 

Tak ada interaksi berarti yang mereka berikan; Taeyong yang bersikap tak acuh juga Jennie yang mengamati dalam lirikan.

"Kau ... dari mana saja?"

Tanpa kata, si lawan bicara menenggerkan jaket pada ranting gantungan. Derap halus menuju kamar mandi itu kembali membalas pertanyaan, mencuci muka. Entah sengaja tuli atau apa, hanya sang Paman lah yang tahu.

Merasa diabaikan, Jennie pun terus meneror dengan pertanyaan tajam saat tubuh itu telah keluar. "Apa kau juga ikut–ikutan bisu seperti Daniel ... agar aku simpati padamu, begitu?"

Langkah itu pun terhenti di belokan tangga dasar, kemudian menoleh perlahan. Memberi Jennie tatapan nanar bercampur tak habis pikir.

"Kenapa? Asal kau tahu saja, aku ... tak akan pernah membalas perasaanmu," Jennie berketus. "Hatiku sudah terkunci oleh Daniel. Jadi, jangan berharap lebih," angkuhnya.

Lagi. Taeyong terdiam. Apa?

"Kenapa diam? Tidak punya argumen lagi?" Tatapan datar itu berubah menjadi sorot kebencian, layaknya berhadapan dengan kotoran paling menjijikkan di atas bumi. "Atau ... oh—bayaranmu kurang? Kau memang pria bayaran, kan? Si Tuan-Murahan?"

BRENGS—Refleks, vas bunga pada jangkauan hampir ia daratkan tepat pada lantai. Tapi, tidak ... naluri baiknya mencegah lebih cepat, digantikan oleh helaan yang lagi–lagi mendesaki rongga pernapasan. Vas tak bersalah itu kembali diletakkan dengan baik pada posisi semula, lalu mengulur waktu untuk menyusun perkataan penguatan. "Oh ... kau memang benar," angguknya tenang. "Selamat pagi."

𝐃𝐞𝐚𝐫, 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 | lty x kjn ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang