「Han yang Misterius」

597 108 7
                                    

Peraturan keempat,
Tidak semua yang pernah kamu dengar itu benar adanya,



Han menyunggingkan senyum ala marmutnya ketika ia memasuki aula besar. Lelaki ramah tersebut mengambil tempat duduk sesamping Seo Changbin yang sedang mengobrol santai dengan Yang Jeongin tentang kegunaan tanaman obat yang dijelaskan oleh Profesor Meng Jia di kelas Herbologi.

"Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?" Han menyapa kedua rekannya sembari mengambil puding karamel favoritnya. Changbin menoleh dan memandang Han lebih lama. Satu asrama dengan Han selama lima tahun membuatnya mengerti ada sesuatu yang aneh dengan sahabatnya itu.

Han melonggarkan dasi kuning dengan aparel musang itu kemudian menggulung kemeja putihnya hingga sebatas siku, "Aku akan menjelaskan pada kalian namun tidak disini. Aku hanya ingin menikmati puding kesayanganku ini tanpa interupsi," ujarnya santai.

Jeongin mengerutkan dahi dan bertukar pandang tidak mengerti, "Aku harap ini ada hubungannya dengan pertandingan. Kita sudah membicarakan ini dengan jelas," pancing Jeongin.

Han hanya tersenyum separuh dan melanjutkan menikmati hidangan penutup yang disajikan oleh peri rumah Hogwarts itu dengan santai, "Aku pikir orang sepertimu tidak akan pernah bisa mengeluarkan ekspresi muka seperti itu," lanjut Jeongin sembari mengunyah tart labu miliknya.

"Orang seperti dia? Orang seperti kita maksudmu mungkin. Yah, biarkan saja mereka berpikir siapa yang akan menang. Aku tidak terlalu peduli. Biasanya pahlawan yang sesungguhnya akan menang di detik terakhir," sambung Changbin.

"Kau terlalu naif, Changbin," ujar Han menepuk-nepuk pundak Changbin. Lelaki itu cemberut sembari memainkan tongkat sihirnya malas, "Tapi kau adalah aset terbaik kami," lanjut Han yang langsung membuat Changbin memamerkan senyumnya.

"Aku berharap kau membawa kabar baik, karena aku tidak mau melihat kerja keras kita berantakan hanya dikarenakan muka malaikatmu itu," ucap Jeongin dingin. Han menatap Jeongin tajam, "Kau meragukanku?" Han membelai tongkatnya dengan sayang.

Jeongin menelan ludah, "Aku tak habis pikir bagaimana kau bisa ditempatkan di Hufflepuff dengan perangai seperti itu. Seharusnya kau berada di Slytherin," cemooh Jeongin.

Changbin mendengus, "Aku pikir seharusnya kita bertiga memang sudah salah masuk asrama, bukannya begitu?" ujar Changbin polos. Dan ketiganya pun tergelak.

"Sebaiknya kita kembali," Han mendorong piring pudingnya menjauh, diikuti Changbin dan Jeongin. Ketiganya meninggalkan aula besar tanpa mengetahui ada beberapa pasang mata memperhatikan.

Tak jauh dari meja Hufflepuff, seorang lelaki berkacamata menutup buku Arithmancy-nya dengan cukup keras, "Aku juga merasa bahwa mereka itu sebenarnya jauh lebih mengerikan," gumam Renjun.

Jaemin yang sedang serius membaca Daily Prophet mengangkat wajahnya santai, "Kita sudah memperkirakan itu, Renjun, dan itu termasuk dalam agenda rapat tim untuk malam ini," Jaemin melipat korannya dan beranjak pergi, "Pakai dasimu, kita harus ke suatu tempat."

Renjun mengambil dasi biru-hitam nya dan memasangnya cepat. Dilihatnya emblem yang terjahit sempurna di ujung dasinya dan dia tersenyum bangga.



bersambung.

ALOHOMORA | skz ft. nct✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang