Peraturan keduabelas,
Kita biarkan ini tetap menjadi rahasia. Namun kau tahu kau tetap saudaraku. Aku percaya padamu.
Ketika bunyi bel istirahat menggema di seluruh kastil, Jeno dengan cepat melempar buku, pena bulu, dan gulungan perkamennya dengan serampangan ke dalam tasnya. Ia benar-benar membutuhkan asupan gizi untuk mengembalikan mood-nya.
Rasa lapar benar-benar nyaris membunuh lelaki itu. Mungkin jika ia tidak segera berlari ke aula besar untuk makan siang, ia bisa memakan naga saking laparnya. Situasi kelas Ramuan yang lembab dan dingin─kelas Ramuan terletak hampir di bawah tanah─semakin menambah parah rasa laparnya.
Aroma makanan memenuhi udara ketika Jeno memasuki ruangan besar itu. Ia mengambil tempat di samping Haechan dan Mark yang entah bagaimana caranya bisa sampai duluan, "hai, MarkHyuck!" sapa Jeno.
"Jangan panggil kami seperti itu!" ucap mereka bebarengan.
Jeno mengerjapkan mata sipitnya berbulu mata lentik itu dengan pandangan polos, "kenapa?"
"Karena itu menjijikan!" sahut Mark.
"Aku tahu itu menjijikan, tapi kau tidak perlu mengatakannya sambil memandangku seolah-olah aku seperti kuman bagimu," ketus Haechan.
"Aku tidak memandangmu seperti itu. Kau juga sering mengernyitkan hidung jika berada dalam jarak dekat denganku seperti mengatakan bahwa aku tidak pernah mandi," balas Mark sengit.
"Itu─itu karena baumu seperti bayi. Seperti keponakanku yang masih berumur satu tahun dan biasanya aku suka menciumnya. Jadi...." Haechan tidak meneruskan kalimatnya. Pipinya mendadak bersemu merah.
Mark mengerjapkan matanya selama beberapa detik sebelum sadar apa yang dimaksud oleh Haechan, "Ehm... kamu juga seperti sepupuku. Dia begitu kecil dan terlihat sangat rapuh. Aku jadi suka memeluknya agar dia tidak pernah merasa ketakutan," Mark menunduk sambil memainkan kentang tumbuk favoritnya dengan garpu dengan telinga memerah.
Jeno yang melihat adegan ini hanya memperhatikan mereka berdua sembari mengunyah daging asapnya pelan. Kemudian ia meneguk jus labunya dan menyampaikan pendapatnya, "Berarti panggilanku tadi benar. Kalian saling menyayangi."
"TIDAK!" ucap Haechan.
"KAMI BUKAN GAY!" kali ini Mark yang menjawab.
Jeno tersedak kemudian terbatuk-terbatuk. Haechan menepuk punggungnya pelan, "Aku tidak bilang kalian gay. Aku hanya bilang kalian saling menyayangi."
"Tapi panggilan dan kesimpulanmu itu seolah menjurus ke arah sana. Aku hanya tidak mau kau salah paham," jelas Haechan yang diikuti oleh anggukan Mark.
"Terserahlah," Jeno menambahkan kaserol daging ke dalam piringnya, "Besok kita akan melawan Slytherin dan aku harap kalian bisa membantuku untuk memenangkan pertandingan ini," Ia menyuapkan sesendok besar ke dalam mulutnya.
"Kakimu sudah sembuh, Mark?" tanya Jeno. Mark mengangguk. "Tidak ada masalah, Madam Seohyun sudah mengembalikan tulangku yang patah dalam semalam."
"Jangan sampai itu terulang kembali, Mark. Dan kau, Chan, bagaimana hidungmu? Aku tidak mau kau terkecoh lagi seperti kemarin meskipun aku yakin permainan Slytherin jauh lebih licik daripada Ravenclaw," Jeno menunjuk Haechan dengan sendok makannya.
Haechan hanya mendecak kesal dan bergeser agak jauh dari Jeno. Dia menghindari cipratan daging dari sendok makan kaptennya itu, "Tidak bisakah kau menyingkirkan sendok makanmu terlebih dahulu? Itu menjijikan."
Jeno hanya nyengir kemudian menaruh sendoknya di piring, "Cih, apa sih yang dilihat gadis-gadis itu padamu. Aku sangsi apakah mereka tahu kebiasaanmu yang jorok seperti ini," Haechan mencebik.
"Tidak usah iri. Anggap saja mereka sedang sial jika menyukaiku," Jeno masih memberikan cengiran andalannya. Haechan mendengus.
"Kembali ke topik utama. Aku anggap kalian sedang dalam kondisi prima─dan memang harus prima─jadi aku tidak mau mendengar alasan kita akan kalah besok. Aku cukup terkejut melihat Ravenclaw digilas oleh Hufflepuff, aku pikir para kutu buku itu seharusnya tidak se-idiot itu dalam mengendarai sa─"
"Mereka memang tidak idiot. Aku pikir kita seharusnya menyadari kejanggalan dalam pertandingan mereka kemarin," potong Mark.
"Aku menyadarinya. Mereka tidak mungkin sebodoh itu untuk bisa kalah begitu saja. Aku sudah sedikit mencium gelagat mencurigakan dari kekalahan Ravenclaw," jelas Jeno.
"Aku pikir ini ada hubungannya dengan inspeksi rahasia perekrutan calon pegawai Kementrian Sihir itu," Haechan menampakkan ekspresi berpikir sambil menelengkan kepalanya ke kanan. Bibir mungilnya berdecak-decak kecil kemudian kedua mata kecilnya membulat dan menatap Jeno dengan sedikit terbelalak.
"Aku yakin aku benar. Karena begini...," Haechan memberi kode kepada dua temannya untuk mendekatkan kepala mereka, "Jika aku berada di posisi Renjun, mungkin aku juga akan melakukan hal seperti ini. Coba kalian pikir, untuk tahun ini kekuatan tim dari empat asrama ini nyaris sama rata. Bahkan Hufflepuff yang biasanya berkekuatan ala kadarnya, tahun ini mereka bisa begitu gemilang. Ditambah kekuatan Slytherin─mereka bahkan mendapatkan keeper baru langsung dari Durmstrang─serta kita sendiri yang aku pikir juga bukan lawan yang mudah.
Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa hanya Ravenclaw yang kekuatannya masih standar, sedangkan aku yakin mereka semua juga mengincar kursi di Kementrian," Haechan mengakhiri analisisnya.
"Kau benar, Chan. Aku rasa Renjun pasti mempunyai motif yang sangat kuat jika memang ia harus bersedia mengalah seperti kemarin," Jeno memberikan dukungannya.
"Mereka sengaja mengalah?" tanya Mark.
"Sepertinya memang begitu mengingat seeker mereka menarik diri di detik-detik terakhir sebelum snitch terambil," terang Jeno.
Jeno segera menghabiskan makan siangnya dan mengajak kedua sahabatnya untuk bergegas menuju menara utara untuk pelajaran ramalan. Sebelum mereka berbelok untuk menaiki tangga menara utara, tim Slytherin terlihat sedang berjalan ke arah mereka berlawanan arah.
Jeno berhenti untuk menatap Hyunjin yang berada di baris depan anggota timnya. Diikuti oleh Guanlin, Seungmin, dan Felix di belakangnya. Di saat Hyunjin balas menatapnya, Jeno merasakan Haechan beringsut ke sebelah kanannya. Tangan rampingnya memegang ujung kemeja Jeno.
Jeno tidak menyalahkan Haechan. Aura tim Slytherin kali ini memang terlihat sangat mengintimidasi sekali. Namun sama seperti Mark, Jeno tidak menggeser tubuhnya. Ia hanya berdiri diam dan memandang mereka dengan santai.
Ketika jarak anggota tim Slytherin semakin mendekat, mereka sama sekali tidak gentar─jika cengkraman Haechan di ujung kemeja Jeno tidak masuk hitungan─lebih tinggi bukan berarti lebih gesit kan?
Saat posisi Hyunjin sudah berada di depan Jeno, ia mencondongkan tubuhnya untuk membisikan sesuatu. Sesuatu yang membuat jantung Jeno berdetak kencang dan membuatnya terpaku hingga tidak menyadari ketika Hyunjin sengaja menabrak bahunya pelan.
bersambung.
Sigh, I hope anyone still here. It has been a long time! Gonna end this fic in the near future before continuing the other fics. Please, anticipate this everyone :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALOHOMORA | skz ft. nct✅
Fantasy[HARRY POTTER-AU!] The most important rule here = hate the behaviour not the house. Starring, STRAY KIDS' feat. NCT's MILENNIUM-LINES End.