「Ambisi Jeno」

418 75 5
                                    

Peraturan kedelapan,
Setiap rencana selalu mempunyai faktor gagal



Jeno mengunyah roti bakar dengan selai nanas favoritnya dengan santai. Hari ini hari minggu yang cerah, dengan kondisi cuaca yang sangat bagus untuk latihan Quidditch. Mungkin memang banyak yang akan menjulukinya 'Kapten ambisius' ataupun 'Kapten gila' karena menyuruh timnya latihan nyaris tanpa jeda istirahat.

Padahal mereka sekarang sudah menginjak tahun kelima. Tahun yang sangat krusial karena ujian OWL (Level Sihir Umum) diadakan pada tahun ini. Sebenarnya yang membuat tensi menjadi tinggi bukan tentang ujian itu sendiri, melainkan mengenai inspeksi terselubung dari Kementrian Sihir terhadap siswa-siswi Hogwarts.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap tahun, para pegawai Kementrian Sihir 'menyelundupkan' satu sampai dua orang dari Wizard Resources Departement untuk melihat siapa saja yang lolos seleksi menjadi kandidat pegawai Kementrian. Mereka benar-benar terselubung dalam arti yang sebenarnya. Tidak terdeteksi maupun diduga siapa dari sekian puluh orang diantara pengawas ujian OWL.

Setiap tahunnya kementrian hanya merekrut delapan belas orang siswa atau siswi dengan jalur prestasi, baik akademik maupun non akademik. Dengan kata lain jika lolos dengan jalur khusus tersebut maka sudah dipastikan akan diterima bekerja tanpa harus melalui berbagai macam tahapan sepanjang lorong rahasia Gringgots.

Itulah yang Jeno pikirkan sekarang. Ia harus memastikan bahwa keenam anggota tim nya lulus inspeksi untuk diterima di Kementrian Sihir melalui jalur prestasi non akademik. Jika Gryffindor bisa memenangkan Piala Quidditch tahun ini maka kesempatan itu bukan lagi hanya sekedar impian.

Jeno tau bahwa yang mempunyai impian seperti itu bukan hanya tim nya saja, melainkan juga seluruh tim dari empat asrama. Namun Jeno optimis bahwa dengan nama besar Gryffindor dan berbagai latihan ketat yang ia terapkan, mereka pasti menang.

Namun ternyata ke optimisan Jeno itu harus melewati beberapa cobaan terlebih dahulu. Pintu aula besar tiba-tiba terbuka dengan suara gaduh dengan diikuti suara tawa terbahak-bahak. Jeno melihat Hyunjin─si kapten Slytherin─berusaha melepaskan pelukan seseorang yang membuntutinya dari belakang.

Jeno tertawa. Namun tiba-tiba ia mengernyit karena ia merasa mengenal sosok yang memeluk Hyunjin dari belakang itu.

"Chan, coba kau lihat kebelakang apakah kau tidak merasa mengenal sosok itu?"

Haechan yang duduk di depan Jeno pun menolehkan kepalanya. Lalu dengan mata kecilnya ia berusaha mengenali sosok familiar tersebut. Baru saja Haechan akan menjawab pertanyaan Jeno, lelaki berambut coklat itu sudah berlari ke meja Slytherin dengan mengumpat pelan.

"Mark Lee apa yang kamu lakukan? Lepaskan dia!" Jeno berusaha menjauhkan lengan Mark dari badan Hyunjin.

Mark menoleh geram, "Apa yang kau lakukan, hah?!" Mark berbalik dan mendorong badan Jeno.

Jeno terhuyung. Tak menyangka jika tenaga Mark lebih besar darinya, apalagi dengan lengan sebesar pemukul bludger.

"Apa yang terjadi denganmu?" Jeno bertanya tegas. Haechan yang sudah berdiri di sebelah Jeno mulai mempelajari situasi yang terjadi.

Haechan melihat Hyunjin berdiri di belakang Mark dengan muka shock. Di belakangnya berdiri separuh tim quidditch Slytherin. Seungmin, Guanlin dan sepertinya si keeper baru yang sekarang memandangnya dengan penuh minat.

Haechan membuang muka dan kembali memfokuskan pandangan ke arah partner benci-tapi-cinta-nya itu.

"Mark..." Haechan berusaha memanggil Mark.

Mark maju selangkah ke arah Jeno, "Kuperingatkan kau jangan sekali-sekali mencampuri masalahku dengan Hyunjin." ujarnya dengan nada berbahaya.

"Petrificus totalus, " Sebuah cahaya keperakan meluncur dari belakang tubuh Mark dan membuatnya ambruk seketika dengan tubuh seakan terikat sempurna.

Jeno membelalak, "Apa yang kau lakukan? Kau mau menyabotase kami, dasar orang licik!" Jeno berteriak keras.

Hyunjin menyimpan tongkatnya dan melangkah maju, "Jaga perkataanmu atau kau akan menyesal sesudahnya," Hyunjin melihat sekilas ke arah Mark, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan pria itu.

"Sepertinya ada yang ingin berbuat curang dan jelas itu ditujukan untuk timku," Hyunjin memandang tepat di manik mata Jeno, "Dengan menggunakan timmu." Hyunjin menepuk pundak Jeno dan beranjak pergi dengan diikuti oleh tiga anggota tim nya.

Jeno memegang tongkatnya erat dan dengan bantuan Haechan membawa Mark ke matron rumah sakit.



bersambung.

ALOHOMORA | skz ft. nct✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang