「Afeksi Hyunjin」

416 58 2
                                    

Peraturan kesebelas,
Kontradiksi berada tepat di hadapanmu. Lantas siapkah kau menghadapinya?


Jeno mengancingkan kancing terakhir kemejanya dengan sedikit terburu-buru. Hari ini ia terlambat mengikuti kelas mantra di awal minggu kedua musim semi. Sebenarnya terlambat bukanlah hal yang termasuk dalam list hidupnya.

Sang Kapten Gryffindor ini adalah segelintir orang yang masuk ke dalam golongan orang yang sangat terorganisir. Ia sangat tidak menyetujui dengan apapun yang bersifat spontan maupun kondisional. Bagi Jeno, hidup itu perlu perencanaan dan memang wajib untuk di rencanakan.

Jeno berlari sepanjang koridor di lantai dua. Derap kakinya terdengar bising di sepanjang koridor. Semua murid sudah memasuki kelas dan mungkin hanya ia satu-satunya murid yang masih berlarian di koridor.

Seakan kesialan tidak berhenti sampai di situ, menjelang belokan kedua sebelum kelas Mantra atau lebih tepatnya persis di depan ruang Transfigurasi, Jeno bertemu dengan Peeves, "Ow ow ow ow ow ada yang terlambat rupanya. Sepertinya ia ingin menemani Peeves bermain."

Park Jisung melayang-layang di atas kepala Jeno sambil memegang sesuatu menyerupai gelembung dengan cairan hitam di dalamnya, "Pergi, Park! Aku sedang tidak ada waktu meladenimu," Jeno berusaha menjauhkan Peeves dari pandangan matanya.

Hantu paling jahil itu menghalangi jalan Jeno dengan terbang dekat sekali dengan kepala Jeno. Dan Jeno dengan terpaksa harus mundur karena─mungkin Park Jisung bisa menembusnya namun Jeno sangsi kalau gelembung itu juga bisa menembusnya alih-alih pecah setelah menabrak mukanya.

Melihat sejarah Park Jisung, Jeno lebih yakin akan pilihannya yang kedua. "Peeves, please...." Park Jisung terkekeh. "Sayangnya aku masih ingin bermain."

Tidak sampai hitungan detik gelembung itu pecah dan menyiram Jeno dengan cairan hitamnya.

Jeno menjerit kemudian terhuyung, matanya pedih dan ia menabrak pintu ruang Transfigurasi dengan bunyi 'BRUK' keras hingga pintu menjeblak terbuka membuat murid-murid di dalamnya terpekik kaget.

Celakanya, saat itu Profesor Choi Siwon─Kepala Sekolah─sedang menggantikan Profesor Jang Wooyoung yang kini terbaring lemah di St. Mungo akibat digigit oleh tarantula berbisa, "Apa kau bisa menjelaskan kepadaku apa yang terjadi padamu, Mr. Lee Jeno?"

Jeno yang sudah membersihkan dirinya sendiri dengan sihir hanya bisa menghela napas pelan. "Maafkan saya, Profesor. Park Jisung tadi mengerjai saya."

"Akan tetapi ini sudah memasuki jam pelajaran kalau kau tidak lupa, bagaimana caranya kau masih bisa bertemu Peeves di koridor?"

"Saya terlambat," Jeno menundukkan kepala, "Aku sangat kecewa denganmu, Lee Jeno. Aku pikir jabatan kapten dapat memberimu rasa tanggung jawab yang lebih tinggi, terutama pada dirimu sendiri."

Jeno tetap menunduk. Namun ekor matanya dapat melihat tatapan dingin Hyunjin, senyum mencemooh Seungmin, dan pandangan kasihan dari Changbin.

Rupanya Slytherin sedang belajar bersama Hufflepuff sekarang.

"Potong dua puluh angka dari Gryffindor, dan kau boleh pergi sekarang juga." Ucap Profesor Choi Siwon dingin. Jeno mengangguk dan beranjak pergi dari situ. Mood-nya benar-buruk hari ini.

***

Hyunjin mengikuti gerak-gerik Jeno hingga keluar dari kelas, kemudian kembali melanjutkan esai transfigurasinya. Dia sudah hampir mencapai dua setengah halaman sebelum lipatan perkamen kecil─yang jatuh di depan perkamennya─mengusik konsentrasinya.

Hyunjin membuka lipatan tersebut dan langsung meremasnya pelan.

Brengsek.

Ia menoleh ke arah deretan meja di sisi kirinya dan melihat Changbin, Jeongin, dan Han memberikan kedikan bahu sambil terkekeh pelan. Hyunjin membuang muka, berusaha tidak memedulikan dan mencoba berkonsentrasi pada esainya.

Namun nampaknya tulisan itu benar-benar mengusiknya. Berdecak, Hyunjin memutuskan mengumpulkan esainya dengan kondisi seadanya. Toh sebenarnya mereka hanya disuruh membuat sepanjang dua halaman dan ia sudah berbaik hati menambahkan setengah halaman lagi. Jadi jika tidak selesai maka tidak akan ada masalah.

Tak lama bel tanda pergantian pelajaran berbunyi. Membereskan bukunya cepat, Hyunjin berjalan keluar kelas dengan pikiran masih tertuju pada perkamen kecil itu.

"Yoooo my maaaaannnnnnnnn, ada apa denganmu?" Felix tiba-tiba sudah berjalan sejajar dengan Hyunjin dan merangkul bahunya. Hyunjin bergeming.

"Kau tak mau cerita padaku, babe?" Felix berusaha menarik perhatian Hyunjin dengan mecubit pipi pucatnya pelan.

"Don't babe me," Ucap Hyunjin ketus.

Felix terkikik, "Baiklah, tapi ceritakan padaku apa yang terjadi. Wajahmu benar-benar horor, seperti manusia serigala, rawr," Felix menirukan gerakan mencakar ala serigala.

Hyunjin mendelik dan melepaskan rangkulan Felix. Felix menatapnya sedih, seolah-olah terluka. Kemudian ia memasukkan kedua tangannya dalam saku dan berkata pelan.

"Aku pikir sebaiknya kau tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan oleh pecundang Hufflepuff itu dengan serius, Mate."

Hyunjin menoleh. Ia menatap Felix seolah berkata 'apa kau tahu?' dan yang ditatap hanya tersenyum girang, "Tentu saja aku tahu, aku kan keren," Felix menepuk dadanya.

Hyunjin memutar bola matanya malas. Ia tidak jadi kagum dengan Felix, "Sebenarnya aku tidak sengaja memungut perkamen kecil itu," Dia merogoh saku celana kananya dan menujukkan potongan perkamen itu pada Hyunjin.

Hyunjin merebutnya kemudian menyobek perkamen itu hingga menyerupai remah-remah kecil kemudian membuangnya, "Aku rasa kau benar. Kita lakukan seperti biasa. Bagaimanapun Slytherin tetaplah Slytherin."

Hyunjin tersenyum, sepertinya memang isi perkamen itu tidak penting, setidak penting orang yang menulis. Ia pun merangkul Felix dan berjalan menuju kelas berikutnya. Kertas itu hanya berbunyi:

Kalahkan dia besok dan kita akan lihat siapa yang sebenarnya pecundang.


bersambung.


It has been a long time! how's your life? Is anyone still here?

ALOHOMORA | skz ft. nct✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang