Stay | 12

8.2K 804 65
                                    

Erchilla bingung karena Alanza tak berbicara atau bangun seperti menit sebelumnya. Dia mencubit dan menepuk bahu boneka silicon itu beberapa kali, tapi tak ada tanggapan. Erchilla pun memeluk boneka itu, berharap bisa bicara lagi seperti manusia yang Ia ketahui. Gadis kecil Micha itu menatap mata boneka, berharap berkedip, tapi sampai matanya terasa perih karena menahan untuk berkedip akhirnya memeluknya sedih lagi.

Di ruangan kerja, Micha menoleh pada jam dinding, sudah cukup sore dan Erchilla main sejak tadi tak kembali-kembali. Micha mencari puterinya di ruangan patung-patung diletakkan, mirip gudang. Ia mendapati Erchilla duduk dan mengusap wajah boneka siliconnya dengan wajah sedih. Micha mendekati anaknya dan duduk di sisinya.

"Sayang, sudah sore ayo kita pulang. Nenek Ash tadi nelpon tanya kamu mau makan apa?"

"Chilla enggak mau makan apa-apa," sedih Chilla.

"Kenapa sedih gitu sih, hmm?" tengok Micha di wajah sedih Erchilla.

"Pa, Chilla boleh enggak bawa bonekanya pulang?" tanya Chilla sedih menatap papanya.

Micha tampak berpikir, kemudian mengangguk dan mengusap wajah Chilla yang sedih. Micha membantu membawakan boneka itu keluar dari ruangan itu ke ruangannya sendiri. Gisa mengerutkan kening karena ada boneka silicon yang sepertinya tak dibutuhkan seperti perkataan Micha waktu lalu.

"Saya pikir Bapak tidak akan butuh boneka ini?"

"Jika aku 'butuh' lebih baik dengan yang hidup, Gis."

Gisa tertawa kecil, "Sekalinya dibeli tidak dengan uang ya, Pak. Tapi sama janji ke pastor dan Tuhan."

"Hmm, aku belum memikirkan soal itu saat ini. Aku mau besarkan Erchilla dulu, soal pribadiku urusan belakang." Micha selesai berkemas dan memberi kode pada Gisa bahwa dirinya pulang saat ini juga.

"Hati-hati, Pak Micha. Sampai jumpa, Erchilla." Gisa melambaikan tangannya sebentar pada Chilla.

Chilla yang tak bersemangat hanya mengangguk dan memeluk lengan boneka silicon papanya, berharap jemari itu bergerak lagi dan memeluknya erat, tapi tidak. Micha masih bertanya-tanya soal perubahan mood puterinya, tadinya Ia pikir Erchilla akan tertidur karena kelelahan bermain, Simba hanya bisa mengikuti tuannya sambil sesekali berhenti.

"Sayang, Simbanya awas ketinggalan," ingat Micha saat puterinya itu masuk ke dalam mobil.

"Simba! Sini, sini!"

Simba si anak kucing berbulu kuning itu melompat masuk meski sedikit kesusahan. Pantatnya bergoyang-goyang dan bagian depan tubuhnya mencakar alas kaki di bagian penumpang sebelum berhasil masuk. Micha menutup pintu mobil dan berputar, duduk di sisi boneka silicon yang merupakan boneka seks pemberian Silas.

"Demi apa aku membawa pergi boneka seks, dikiranya orang aku maniak seks yang ke mana-mana membawa boneka seks, hmm." Micha bergumam pelan hingga Chilla tak mampu menerjemahkannya.

Simba penasaran, melompat ke depan dan menengok ke arah boneka silicon itu, duduk di pangkuannya dan melihat ke luar jendela. Chilla duduk di belakang dengan bosan, memilih memejamkan matanya dan tidur. Micha baru tahu jika bocah itu tertidur di jok belakang, tidur miring ke samping sehingga rebahan di jok belakang sampai di rumah.

Bibi Ramonah tengah menyiram kebun ketika mobil Micha datang. Micha membuka pintu mobil dan memberi perintah pada bibi untuk membawa masuk bonekanya, sementara dirinya menggendong Erchilla. Simba melompat-lompat sambil mengeong mengikuti langkah Bibi Ra membawa boneka itu ke dalam. Bibi Ra membiasakan diri bahwa ada anggota keluarga lain berbulu kuning yang lembut dan pandai mengeong di rumah keluarga Benecio.

Bibi Ramonah masuk ke dalam kamar Erchilla, bingung nau meletakkan boneka sebesar manusia di mana? Micha memberi tahu jika Bi Ra bisa menaruh boneka itu di sofa Erchilla, dan menutup tirai tipis di jendela Chilla, tapi matanya melihat seseorang bersepeda berhenti di luar pagar, Ia mengenali anak lelaki itu. Micha lantas keluar kamar Chilla dan ke serambi.

Whiffler [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang