Erchilla kembali ke kelas setelah diantar Bu Varin, guru wanita muda itu berkata pada guru Bahasa Indonesia jika Erchilla menangis karena ketakutan. Kedua guru wanita itu berkata pada Erchilla jika apa yamg menimpa kakak kelasnya adalah bukan kesalahannya, melainkan kecelakaan yang tidak disengaja oleh Chilla. Awalnya semua teman-temannya diam, tapi saat menjelang akhir pelajaran Dean berkata lantang jika dia tak mau punya teman seperti Erchilla yang jahat pada Kak Zena.
Dean pulang lebih dulu, meninggalkan Erchilla yang menangis karena perkataan Dean. Erchilla telah menjelaskan pada Dean jika itu bukan kesalahannya, tapi Dean tetap tak mau mendengarkan, bahkan berkata jika tak mau dekat-dekat Erchilla, takut dicelakai. Sivan membela Erchilla, tapi tetap saja Dean tak mau mendengarkan siapapun. Sivan menghapus air mata Erchilla, mengajaknya duduk dan memberikannya permen cokelat yang lezat, tapi tetap saja gadis itu menangis.
"Erchilla," sapa seorang wanita berambut hitam, tersenyum manis.
"Tante!" seru Erchilla yang langsung berlari memeluk Alanza.
"Loh, kenapa nangis? Erchilla kenapa?" tanyanya pada Chilla, tapi gadis itu hanya diam memeluknya.
"Erchilla enggak sengaja jatuhkan replika kerangka manusia yang akan mengenainya, jadi kena kepala Kak Zena dan terluka. Dean mengatai Chilla buruk."
"Oh seperti itu, itu bukan kesalahan Chilla. Jikapum iya itu ketidaksengajaan. Jangan nangis ya, nanti mau enggak tante antar ke rumah Kak Zena?" tanya Alanza.
Erchilla mengangguk. Sivan ikut lega karena gadis itu mau bicara pada orang lain selain dirinya. Sivan pun berjanji akan datang juga ke sana untuk menjenguk Kak Zena nanti sore. Alanza membawa Erchilla pulang, di rumah papanya tengah meminta Bibu Ra menyiapkan koper dan barang lain yang akan dibawa. Nenek Ash duduk sambil melirik kesal ke arah anak menantunya-yang tak mau merubah keputusan.
"Papa...." panggil Chilla dengan wajah sedih berlari memeluk papanya.
"Sayang, baru pulang." Micha memeluk Erchilla. "Loh kok mewek? Kenapa?"
"Kata Sivan, Erchilla tak sengaja menjatuhkan replika kerangka manusia yang akan menimpanya dan itu mengenai kepala kakak kelasnya, Zena namanya. Kakak kelasnya terluka dan Dean mengatakan hal buruk padanya." Alanza menjelaskan apa yang Sivan katakan pada Micha.
"Ouh, begitu. Itu sebuah ketidaksengajaan, Chilla." Micha mengusap air mata Chilla.
"Tapi, Dean berkata jika dia benci aku, karena aku Kak Zena terluka. Dia bilang gitu," tangis Chilla lagi.
Micha memelul puterinya, Alanza membawa Erchilla untuk berganti pakaian dan mengajaknya istirahat. Chilla tak mau makan, memilih tidur dan minta ditemani Alanza. Ash masuk ke kamar Chilla memberi kode pada Alanza agar mengikutinya keluar. Ash mengajak wanita cantik itu ke ruang baca, meminta bantuannya untuk membujuk Micha agar tak berangkat ke Singapura membawa Chilla. Tapi, Alanza menolak, Ia hanyalah orang luar, tanpa ada hubungan khusus maka dari itu Ia meminta maaf karena tak bisa membantunya.
Micha mendekati Alanza yang tadinya mengobrol dengan Bibi Ra, tapi pembantu rumah tangga Micha itu pergi karena bos besarnya datang. Alanza tersenyum tipis meneguk teh hangatnya dan menunggu Chilla terbangun.
"Ini hari terakhirmu, kau boleh undur diri, soal Erchilla biar aku tangani nanti." Micha menyerahkan sebuah amplop pada Alanza.
"Aku masih ada satu janji pada Chilla, mengantarnya ke rumah kakak kelasnya." Alanza berkata.
"Tidak apa, biar aku saja yang akan mengantarnya, sekalian langsung pergi, penerbanganku petang ini." Micha memutuskan.
Alanza menunduk dan tersenyum, "Aku tidak mau menerimanya, aku yang menyetujui membantumu jadi aku tidak butuh bayaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Whiffler [END]
Romance21+ | Update Sebisanya | Terhubung dengan Equanimous #3 "If distance is what I have to overcome to be with you, then give me a map. I am going to find you." Erchilla hanyalah gadis kecil yang berpikir sederhana, polos dna ceria. Tetapi, di balik kec...