Ternoda | 13

12.5K 765 97
                                        

Sepasang muda-mudi di balik semak-semak tengah berpagutan, mengabaikan sekitar dan tetap memagut. Tapi, gadis berambut sebahu merasa mendengar sesuatu, menahan bibir lelakinya dan melihat seksama. Bukan karena sisa perpagutan mereka, melainkan suara derit sesuatu di balik semak. Gadis itu mengabaikan tatapan heran sang kekasih, melihat ke belakang dari semak-semak ke arah taman.

"Ada apa sih? Ayo duduk lagi," ajak lelaki berkemeja kotak-kotak merah menarik lengan kekasihnya.

"Din, i-itu ayunan gerak sendiri?" tunjuk gadis itu pada ayunan.

"Mana?"

Ayunan itu tak bergerak, tapi bergerak lagi bahkan seperti diayun oleh seseorang. Tapi, sungguh taman itu sepi di jam seperti ini, selain hari Sabtu dan Minggu taman ini sepi hanya beberapa orang yang lewat saja. Sepasang kekasih itu merunduk dengan tatapan horor, mereka bertanya-tanya sendiri dalam hati, mimpi apa bisa melihat kejadian mistis seperti ini.

"Satu, dua,"

"Hantuuu!!!"

Keduanya lari tunggang-langgang melompati semak-semak dengan kaki mereka, kadang terperosok dan sepatu si gadis terlepas. Mereka tak mau dihantui akibat berpacaran di semak-semak dekat pohon mangga. Pejalan yang kebetulan lewat ditabrak oleh mereka dan mendengar teriakan mereka pun ikut lari, padahal jika berjalan memutar harus menyeberang jalanan ibukota yang padat merayap.

Alanza menoleh, melirik sambil lesu dan mengayun kembali ayunan itu. Kepalanya disandarkan ke tiang dan mengembuskan napasnya lelah. Tadinya, Ia mencari wanita bertubuh kurus dan tinggi yang memberinya tisu saat sedih. Tetapi, sekian lama mencari ke mana-mana tak jua menemukan wanita itu.

"Jangan buat pejalan kaki ketakutan, dikira mbak-mbak di atas pohon itu turun nangisin anaknya."

Alanza melihat ke pemilik suara kemudian menengadah ke atas, di sana ada wanita cantik menggendong bayi melambaikan tangannya kemudian menyanyi lagi. Alanza menunduk, menggerakkan sepatunya di tanah berumput jarang.

"Aku bicara denganmu loh," kata lelaki itu lagi.

Alanza menoleh langsung, "Kau bisa melihatku?"

Lelaki itu tersenyum, duduk di ayunan dan tersenyum ke arah Alanza yang kaget. "Kau tidak mengenaliku?"

Alanza memperhatikan lelaki di sampingnya, menyedot es cokelat di cup bening berlogo salah satu restoran terkenal di Indonesia.

"Aku tahu, tapi berpakaian selayaknya orang hidup itu sedikit aneh menurutku."

Lelaki itu tertawa kecil, "Ya, aku udah hidup. Aku punya raga, enggak kayak kamu kayak mahluk buangan."

"Aku malas berdebat." Alanza berkata tanpa tenaga.

"Kenapa denganmu? Biasanya kau roh yang suka berbelanja, mana tuh raga bonekamu?"

"Di rumah Erchilla. Aku keluar dari sana dan lihat Alfian dijemput malaikat maut."

"Ouh begitu. Kenapa enggak cari rumah Erchilla dan balik ke boneka?"

Alanza menoleh, "Cari rumah Erchilla?"

"Iya. Emang kamu enggak tahu soal itu? Apa saudaraku lupa memberitahunya? Kamu hanya perlu cari ragamu dan kembali jadi hidup lagi."

"Yang bener, Daryn!" Alanza melompat bangkit dari ayunan dan mendekati Daryn dengan semangat delapan puluh lima.

"Iya bener. Ngapain aku boongin roh, untung apa?" tanya Daryn melihat wajah Alanza dan terkesima.

"Ciee, ciee ada yang jatuh cinta tuh, cuitt, cuitt!" Suara wanita bernada manja dari atas pohon terdengar.

Whiffler [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang