Bonus Multimedia.
Alanza menarik napasnya sambil menunduk, meski akhirnya tertawa dan menghela napas lega karena baru lolos dari dua satpam di Benecio. Sejak ada kejadian hilangnya Chilla di pabrik, dua satpam yang biasanya hanya mengontrol beberapa kali saja mendadak merubah rute pemeriksaan. Di luar, silir angin menggerakkan pelan rambut panjang Alanza. Sepasang mata lain terkesima oleh sosok boneka silicon yang dimasuki roh Alanza.
Lelaki itu masih di tempat, menatap wanita cantik bergaun merah di depannya. Alanza mendongak, menyadari ada sepasang sepatu di depannya. Sebuah wajah yang tak asing di matanya, karena terlalu sering bertemu. Alanza berdiri sempurna, bertatap mata dengan sosok berpendar yang bisa ditemuinya di semua tempat di dunia ini.
"Kabur lagi?"
"Aku mau main di luar, sesak di dalam." Alanza mengibaskan roknya yang lebar dengan kedua tangan.
"Dan pergi selayaknya manusia?"
"Aku masih jadi manusia, bukan jadi burger kok," kata Alanza polos meraba wajahnya.
Daryn tersenyum kecil, "kau tidak kangen ragamu?"
"Hhh, aku kangen bisa makan dengan kedua tanganku, tapi mau gimana lagi? Aku juga enggak bisa kembali ke ragaku," gerutu Alanza.
"Makanya sering dicoba!"
Alanza menoleh ke Daryn sambil menatap kesal, "kau kira aku enggak coba gitu? Dan sedangkan kau, hanya lihat dari balik pintu, enggak mau bantu, sekarang ngomel-ngomel. Dih!"
Daryn terkejut, terbata dan mengikuti langkah Alanza cepat, "kau tahu aku di sana dari mana? Aku enggak di sana!"
Alanza menoleh lagi tapi tetap sambil berjalan, "kau kira aku enggak tahu? Enggak tempe atau ayam? Kau di sana ngintip doang! Kadang tertawa, ngeselin!"
"Salah lihat mungkin! Atau itu Arswen!"
"Dokter Arswen baik, dia sering kasih aku permen cokelat enak, enggak kayak kamu, ngeselin!" Alanza mengomel tapi setelahnya Ia mengaduh karena menabrak tiang penunjuk jalan.
Daryn tertawa, tapi ditahannya dan mengelus kening Alanza yang merah, "sakit ya? Sini aku usap."
"Udah tahu pake tanya segala! Sudah jangan ikuti aku, aku mau pergi!" Alanza menampik tangan Daryn yang akan mengusap keningnya, menoleh lagi untuk memastikan Daryn tidak mengikutinya.
Sedangkan sepasang mata anak kecil melihat perdebatan keduanya dengan mata melongo, mengabaikan es krim di tangannya yang meleleh. Di matanya, Alanza bicara dan mengomel sendirian, sambil menoleh ke samping atau ke belakang. Alanza yang melewati anak kecil tersebut kemudian berjalan mundur, berhenti demi melihat seksama ekspresi anak lelaki bertopi kabaret itu.
"Hei, es krimmu meleleh," kata Alanza menuding ez krim vanila yang meleleh dari wafernya.
Anak lelaki itu masih syok, "kakak ngomong sama siapa tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Whiffler [END]
Romansa21+ | Update Sebisanya | Terhubung dengan Equanimous #3 "If distance is what I have to overcome to be with you, then give me a map. I am going to find you." Erchilla hanyalah gadis kecil yang berpikir sederhana, polos dna ceria. Tetapi, di balik kec...