Perkataan | 27

11.5K 828 79
                                    

Awas typo bertebaran.

Percintaan di pagi hari mereka tak berlangsung sebentar, sesi pertama telah selesai tapi Micha sama sekali tak berniat melepaskan Alanza. Begitu juga dengan Alanza, tubuhnya menjadi aneh, menerima saja perlakuan vulgar Micha dan bahkan mendamba tak biasa. Segala tata krama yang dipegangnya kini luntur tak bersisa, Alanza binal di depan Micha yang sepolos-polosnya. Sesi dua Alanzalah yang memimpin, Micha hanya menerima dengan mata sayub karena miliknya dipijat oleh kewanitaan Alanza.

Micha tak mempermasalahkan bahwa Alanza tak perawan lagi, itu sedikit menguntungkannya karena miliknya langsung bisa masuk. Ia bersyukur banyak ada pelampiasan yang tak menolaknya, meski sedikit curiga jika Alanza juga merasakan hal yang sama, efek dari sesuatu. Di akhir kegiatan mereka, setelah ada sesi ketiga dan keempat, Alanza dan Micha saling menunduk, bukan menyesali semen yang bercecer di sprei atau di liang Alanza. Tapi, lebih pada apa yang mendorong mereka melakukan ini semua. Keduanya tertidur kelelahan dan terbangun ketika sudah melewati makan siang.

"Aku... tidak tahu mengapa bisa berbuat demikian."

"Aku juga tidak tahu pada diriku, berubah jadi... lain." Alanza tetap menunduk.

Micha mengulurkan tangannya, mengajak Alanza untuk membersihkan diri. Alanza menurut dan tetap memegangi bagian dadanya, meski Micha puas memainkannya saat bercinta tadi. Alanza meringis karena kewanitaannya terasa robek dan ketika matanya melihat senjata Micha yang masih mengacung pun menolak masuk bersama.

"Kau masuk saja duluan," kata Alanza berhenti di depan kamar mandi.

"Kalau begitu, kau duluan saja." Micha mempersilakan Alanza duluan.

Alanza pun masuk, menutup dan mengunci pintunya. Alanza menyandarkan tubuhnya di dinding kamar mandi, mengelus kewanitaannya dan mneggigit bibir, merasakan sisa kegilaannya tadi bersama Micha. Ia tahu jika sudah pernah merasakannya dengan Alfian, tapi hanya sekali dan itu jauh sebelum Alfian pergi ke luar kota. Tapi, kini justru dilakukan dalam banyak posisi di banyak sesi dengan satu pria, papa Chilla.

Alanza membersihkan dirinya, sekaligus mandi ulang karena keringat sudah mendominasi seluruh tubuhnya, termasuk semen Micha. Di luar, Micha menatap senjatanya sendiri, sungguh 'buka puasa' yang kenyang bukan main. Itu yang selama ini diinginkan Nora, sengaja menggodanya, membuatnya berujung khilaf tapi justru pada Alanzalah semua kekhilafannya berujung. Ia membuat wanita cantik itu memekik belasan kali, dan puncak orgasmenya membasahi pangkal senjatanya.

"Aku sudah gila, tapi kegilaan yang nikmat." Micha tersenyum sendiri.

Alanza keluar dari kamar mandi tanpa handuk, bulir-bulir air di tubuhnya, Micha meneguk salivanya ketika melihat Alanza seperti itu, tapi Ia tak menuruti Micha Junior, dan berinisiatif mengambilkan handuk milik Alanza yang tergeletak di lantai. Alanza membalut tubuhnya dengan handuk dan mempersilakan Micha menggunakan kamar mandi.

Alanza mengambil pakaian dan mengenakannya, melihat betapa kamarnya begitu berantakan karena percintaannya dengan Micha. Tapi, Alanza sadar sesadar-sadarnya jika siapa dirinya di depan Micha. Micha adalah pria duda kaya raya yang meminta bantuannya agar puteri tunggalnya sembuh dan merasa bahagia karena adanya dirinya.

"Jangan kauharap Ia melakukan ini semua karena cinta Alanza. Buang semua bayangan romantismu ke tong sampah. Ini semua masuk dalam perjanjian itu." Alanza tertawa getir sambil tetap berpakaian.

Alanza membereskan semua kekacauan di kamarnya, menarik sprei atas dan bawah, memindahkan pakaian-pakaian Micha ke sofa kamar dan keluar dari kamar. Segelas es lemon menggoda Alanza untuk membuatnya, cocok setelah berolahraga dalam tanda kutib tadi yang menguras banyak tenaga. Ia membuat dua gelas ukuran sedang untuknya dan Micha, matanya melihat bekal dari nenek Chilla di dapur, mencurigai itu sebagai biang keladi binalnya dirinya di atas Micha tadi.

Whiffler [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang