Di rumah sewa Asyraf, Tansy menunggu kekasihnya pulang. Tapi, sampai pukul tujuh malam lewat lima menit kekasihnya itu belum muncul juga. Tansy hendak mengambil ponselnya untuk menelepon Asyraf, tapi ketukan pintu menghentikannya.
"Asyraf, kok la...ma?" tanya Tansy yang kaget melihat siapa tamunya, mengira jika itu adalah Asyraf.
Lelaki berstelan rapi tersenyum miring ke arahnya, mendorong Tansy ke belakang sambil melumat bibirnya rakus. Kakinya menutup pintu rumah sewa itu hingga berdebum, Tansy kaget dengan apa yang terjadi, mendorongnga sekuat tenaga agar bisa berkata. Lelaki itu menatapnya tajam kemudian menjambak rambutnya hingga mendongak.
"Kau tidak ingat dengan janjimu padaku, Tansy?" tanya pria itu lirih namun mengintimidasi.
"Janji... apa?" tanya Tansy di sela ketakutannya.
Lelaki berstelan rapi itu mengecup leher Tansy yang terpampang jelas, "Janji abadi sampai tujuh turunan."
Lelaki itu mencengkeram dagu Tansy, meski Tansy mengelak dan berusaha menjauhkan tubuh lelaki asing dari tubuhnya, tetap saja lelaki itu tak bergerak menjauh seinci pun. Tangan kekar itu menggerakkan leher Tansy ke samping kanan, berbisik dengan deru napas sepanas bara api.
"Kau mau tahu, hmm? Mau tahu? Akan kuberitahu," katanya di telinga Tansy.
Lelaki itu menunjukkan Tansy tentang perkataannya dengan mudah, hanya menggerakkan tangannya mengusap mata Tansy, wanita yang tengah hamil muda itu melihat masa lalu seorang wanita. Satu wajah yang sama dengannya, tapi bukan di masa saat ini, jauh ke belakang. Bergerak bak video yang dipercepat dan menunjukkan inti dari film itu dengan perlahan. Tansy mencelos tahu pria yang sama ada di masa lampau ini.
"Bantu aku lepas dari kesusahan dunia, bantu aku, apapun syaratnya." Wanita itu berkata dengan mata terpejam.
"Kau tahu apa syaratnya? Tujuh turunannu ke depan akan mengalami nasib yang sama, dan di ujung turunan akan menjadi budakku yang abadi." Lelaki itu menyentuh dagu sang wanita dengan lembut, dijawab dengan anggukan dan dunia berubah saat itu juga.
Kata-kata terakhir pria bernama Dathan itu membuat Tansy bergetar, berusaha menyimpulkan sendiri apa yang sudah tersaji di hadapannya kali ini. Tansy menatap Dathan yang tersenyum bak iblis, lelaki itu mengangguk meminta hasil persepsi Tansy. Film yang dipotong-potong itu menunjukkan hasil di tiap turunan, kesemuanya mati mengenaskan menjadi abu tapi, urusan itu masih berlanjut dan terus terulang mau atau tidak.
"Jadi, maksudmu aku adalah turunan ketujuh itu?" tanya Tansy dengan linangan air mata ketakutan.
"Sssttt, kau lebih cantik daripada nenek buyutmu, kau akan dapatkan segalanya di dunia, Tansy. Tapi, tidak dengan kebahagiaan lain selain dariku." Dathan tersenyum rupawan, matanya menunduk ke arah perut Tansy.
"Tidak, jangan kauganggu calon anakku," pinta Tansy yang beringsut mundur.
Lengan kanan Dathan merangkul pinggang Tansy, tak membiarkannya pergi jauh darinya. Tangan kirinya mengelus perut Tansy sambil bibirnya tersenyum miring.
"Aku menolak kau bahagia bukan dariku." Dathan terseyum iblis dan menekan perut Tansy.
"Jangan, Dathan! Jangan, kumohon, Dathan." Tansy mencegah tangan Dathan menyentuh perutnya.
Dathan tak peduli. "Aku tidak suka dibantah."
"Ini anakku dan Asyraf, aku mohon. Aku mau lakukan apapun, tapi biarkan dia hidup."
"Untuk Asyraf? Pria lain, huh?"
"Akhh... s-sakit Dathan, sakiittt!"
Tangan Dathan tepat berada di bawah perut Tansy, menekannya kencang dan kuat. Perutnya terasa panas, nyeri tak tertahankan ketika susuatu mengalir dari sela pahanya. Tansy menjerit kencang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Whiffler [END]
Romance21+ | Update Sebisanya | Terhubung dengan Equanimous #3 "If distance is what I have to overcome to be with you, then give me a map. I am going to find you." Erchilla hanyalah gadis kecil yang berpikir sederhana, polos dna ceria. Tetapi, di balik kec...