Kota ini adalah pembunuh. Ia telah menjadikan beratus-ratus nyawa sebagai tiang dan pondasi untuk berdiri. Manusia-manusia kelas rendah jelas menjadi pihak yang paling berdarah-darah. Petani, buruh, pedagang kecil, sampai gadis jalanan yang masih amat mungil. Ibuku juga termasuk salah satu buruh. Akhirnya, mau tak mau, juga harus ikut dibunuh meski ia tak pernah tahu apa yang salah dengannya.
Penguasa di kota ini, semuanya bajingan. Pembunuh. Mereka bertuhan pada pusar. Sawah-sawah disemen, jadi rumah dan bandara. Mereka tak peduli pada siapa saja, yang penting kenyang. Bangsat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Esa
Tarihi KurguBuku Catatan milik Esa Kuasa Saraswati: pelamun akut beriak muka murung. Anak Dewi Samsara Wati, seorang buruh yang mati dihajar suaminya yang bajingan. Cucu seorang seniman yang karya-karyanya dibuang sebelum dikenal.