🌠--Prologue--🌠

3.7K 254 25
                                    

✽--Annyeong--✽

Ketika sebuah penyesalan datang menghampirimu. Saat itu juga orang yang sebenarnya begitu penting dalam hidupmu, ternyata memilih pergi meninggalkanmu sendirian di sini.

Lantas, ucapkanlah selamat datang pada penyesalanmu, kemudian selamat tinggal untuk orang yang kau kasihi.

Ini, memang sebuah penyesalan ... yang selalu datang di akhir. Bukan karena terlambat datang, tapi justru dirimu yang terlambat memahami.

✽--Annyeong--✽

Sowon's pov

Pernikahan yang memang dari awal tidak pernah dilandasi rasa cinta, pasti tidak akan pernah pula berakhir bahagia, dan bodohnya aku tidak mempercayai itu.

Padahal itu benar adanya.

Awalnya, kukira memang takdir hidupku akan seindah kisah-kisah kebanyakan para gadis yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya di buku cerita romansa.

Hingga pada akhirnya, para gadis dengan laki-laki yang dijodohkannya pun memiliki anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Serta kehidupan keluarga yang diberkati.

Tapi, hal itu tidak terjadi padaku. Sayangnya, suamiku, Seokjin Kim. Dia betul-betul tidak menganggapku sebagai istrinya.

Dia ... selalu menyiksaku dengan berbagai macam tuduhannya. Dia tidak pernah percaya padaku. Apapun yang keluar dari mulutnya itu adalah bentuk kejahatan bagiku.

Waktu Ayah dan Ibuku meninggal, dia sama sekali tidak pernah mendampingiku. Hanya ada sahabat yang ada di sisiku saat itu.

Air mata demi air mata terusku keluarkan. Harus berapa lama lagi aku bersabar? Aku berusaha menghormatinya karena dia suamiku ... tapi apa bentuk balasan yang dia berikan padaku?

Jangankan menghargai dan menghormati, mengakui dan memperlakukanku sebagai istrinya pun tidak pernah.

Aku ini juga manusia.

Aku punya hati.

Aku bukan binatang yang bisa dia tindas selamanya.

Aku juga ingin hidup bahagia, sama seperti perempuan lainnya. Aku ... hanya menginginkan itu!

✽--Annyeong--✽

Semua penderitaanku berawal dari sini. Berawal dari permintaan ayahku, yang memintaku untuk segera menikah dengan putra sahabat karibnya.

"Tapi Sowon masih muda, Ayah! Sowon belum mau menikah! Sowon masih mau jalan-jalan, senang-senang bersama teman-teman Sowon," aku protes saat Ayah memintaku untuk menikah dengan putra dari sahabatnya.

"Sampai kapan?! Umurmu sudah hampir menginjak angka dua puluh tiga tahun, Sowon!" kata ayah memarahiku.

"Ayah, tahan emosimu..." Bunda datang, mengusap-usap punggung ayah.

"Lalu bagaimana dengan Kak Namjoon?! Umurnya bahkan jauh lebih tua dariku, kenapa Ayah tidak pula menjodohkannya dengan anak teman ayah?!" Oh Tuhan, maafkan aku. Maafkan aku karena telah berani menentang orang tua ku.

"Sowon! Kesabaran ayah sudah habis! Cepat masuk ke kamarmu! Sebelum ayah pukul dirimu!"

Air mata ku menetes, ayah baru saja membentakku. Sedangkan sebenarnya ayah tahu, kalau aku paling tidak bisa yang namanya di bentak.

Annyeong; Sowjin ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang