🌠--Thirteenth--🌠

1K 140 18
                                    

✽--Annyeong--✽

"Udah gak papa, kak."

Sowon kini sedang menangis di pelukan Yerin. Mencurahkan segala isi hatinya lewat air matanya. Hanya Yerin dan dirinya disini, itu karena begitu Jin pergi ke kantor, dia langsung menghubungi Yerin dan memintanya untuk datang.

"Gue gak ngerti harus gimana lagi. Gue juga sebenarnya gak mau kayak gini. Gue takut, gue takut gue hamil," curahnya pada Yerin.

"Gak ada yang perlu di takutin, kak. Ya kalau emang bener lo hamil nanti, itu bagus dong. Ada yang ngejagain lo nanti disana, dan lo gak sendiri dan ngerasa bener-bener sepi. Ada anak lo yang akan selalu nemenin lo," ujar Yerin.

"Udah, mending lo sekarang lanjut beres-beres barang," kata Yerin.

Sowon menarik kepalanya yang tadi ia taruh di bahu Yerin. Dia menarik dalam-dalam nafasnya.

"Lo udah sarapan belum? Di dapur ada bahan makanan, mau gue masakin?" tanya Sowon.

"Biar gue aja yang masak. Lo siap-siap aja sana," kata Yerin kemudian berjalan ke dapur.

Sowon mengangguk, kemudian berjalan menuju meja pribadinya.

Di tariknya laci meja, kemudian di ambilnya sebuah buku berwarna merah. Itu adalah buku harian Sowon.

Sowon menangis membaca ulang buku hariannya. Kenapa harus sesulit ini jalan hidup Sowon?

"Bunda, hari ini Sowon berangkat ke Jerman. Maafin Sowon karena Sowon ngelanggar janji Sowon sama Bunda. Waktu itu Sowon janji gak bakal ninggalin kak Jin, tapi sore ini, Sowon akan berangkat ke Jerman, dan ninggalin kak Jin disini," lirihnya dalam hati sembari menitikkan air mata.

Sowon mengambil pulpen, kemudian mulai menuliskan huruf demi huruf di atas lembar kertas kosong yang ia sobek dari buku hariannya.

Teruntuk kak Jin,
Manusia yang paling Sowon sayangi.

Hai kak! Bagaimana dengan hari ini? Apakah menyenangkan? Aku harap begitu.
Apa kakak sudah makan? Jika belum, makanlah segera.

Tidak banyak yang ingin aku sampaikan padamu, hanya saja jaga dirimu baik-baik disini. Entah sementara atau selamanya, aku akan berada jauh darimu, tak bisa lagi berada di dekatmu.

Sebenarnya ini bukan salahmu, aku pergi atas keinginanku sendiri, bukan karena sikapmu yang mungkin selalu tak acuh padaku.

Kak, maaf kalau selama ini aku belum bisa jadi istri yang baik buat kakak. Jauh dari sikap dewasa dan mungkin bisa di bilang, sikapku masih ke kanak-kanakan.

Maaf juga karena aku selalu buat kakak marah-marah. Tapi kakak tenang aja, nanti malem waktu kakak kembali ke apartemen, kakak gak bakal marah-marah lagi, karena aku sudah pergi.

Sekali lagi, maaf. Maaf untuk sikapku yang masih kekanak-kanakan selama ini, dan juga maaf karena perjuanganku harus berhenti sampai disini.

Sampai jumpa di lain kesempatan. Aku menyayangimu♡

Tertanda,
Sowon Kim.

Sowon melipat lembar kertas itu menjadi dua bagian. Kemudian memasukan lembar kertas itu ke dalam sebuah amplop dengan motif hati di tengahnya.

Yerin kembali menghampiri Sowon. Sowon pun menatap Yerin dengan senyuman yang sulit di artikan.

"Lo kuat kak, gue percaya lo kuat," ujar Yerin tersenyum.

Annyeong; Sowjin ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang