🌠--Eleventh-🌠

1K 133 18
                                    

✽--Annyeong--✽

Sore ini Sowon memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Dia akan menemui Namjoon, kakaknya, untuk memberikan undangan kelulusannya. Ya, minggu depan Sowon lulus, dan dia ingin kakaknya hadir menemaninya di hari kelulusannya.

Sowon turun dari mobil yang di tumpanginya. Suara ketukan heels mengiringi jalannya.

Wanita itu membuka pintu rumah lamanya, dan lantas berteriak. "Kak Namjoon, Sowon pulang!"

Sowon kembali menutup pintunya, kemudian berjalan ke arah ruang tamu. Langkah cepat seseorang, terdengar dari atas lantai rumah. Orang itu berlari menuruni tangga dan menghampiri Sowon.

Sowon menatap orang itu tersenyum, dan langsung menghamburkan dirinya dalam pelukan orang itu.

"Kangen gue sama lo," ujar orang itu lembut di telinga Sowon.

Sowon membalas perkataan orang itu dengan senyuman. Dia mulai meregangkan pelukannya. "Minggu depan gue wisuda. Gue pengen lo temenin gue, kak. Ini undangan buat lo." Sowon memberikan sebuah amplop pada Namjoon, orang yang memeluk Sowon tadi.

"Duduk dulu," titah Namjoon. Sowon pun duduk di sofa, kemudian di ikuti Namjoon.

"Gue harap lo bisa dateng, karena kalau nggak, gue bakal wisuda sendirian, tanpa keluarga di samping gue," lirihnya.

Namjoon menggenggam erat tangan sang adik. Di usapnya halus, penuh kasih sayang. "Gak mungkin gue gak dateng, dek. Gue pasti dateng, lo tenang aja."

"Lo tau sendiri, 'kan, Jin orangnya gimana? Gue minta anterin ke minimarket aja marah-marah, apalagi gue minta dia buat nemenin gue wisuda," ungkapnya.

Namjoon menarik tubuh sang adik ke dalam pelukannya. "Gak usah lo pikirin dia lagi, dek. Anggep aja dia gak pernah ada," ujar Namjoon.

Tiba-tiba Sowon menangis kencang dalam pelukan Namjoon. "Gue tau ini bukan salah ayah ataupun bunda, gue juga gak mempermasalahkan kalau takdir gue itu Jin. Yang pengen gua minta sama Tuhan itu cuma satu, rubah sikapnya Jin. Dingin ada batasannya kali, kak. Kasar juga ada batasannya, gak kayak gini," ungkapnya di iringi tangisan pilu.

"Udah gue bilang berapa kali sih, dek? Jangan siksa diri lo sendiri dengan nangis kayak gini. Air mata lo terlalu berharga," ucap Namjoon. Dia memeluk tubuh sang adik, berusaha menyalurkan rasa kasih sayangnya.

"Jangan nangis kayak gini, gue gak mau ngeliat adek gue nangis," tutur Namjoon. "Sekarang mending lo ke kamar. Istirahat disana," titah Namjoon.

Sowon menghapus jejak air matanya, kemudian menggelengkan kepalanya. "Gue langsung pulang aja deh, kak," katanya.

Sowon berdiri, di ikuti Namjoon. "Yakin mau pulang sekarang?" tanya Namjoon.

"Iya," jawab Sowon. "Gue pamit, ya? Hati-hati lo di rumah," sambungnya.

"Lo juga hati-hati bawa mobilnya," kata Namjoon.

Sowon mengangguk, kemudian berjalan ke arah luar. "Gue duluan, ya?" pamitnya ketika hendak memasuki mobil.

Namjoon mengangguk dan sedikit tersenyum.

✽--Annyeong--✽

Malam ini Jin tidak pulang cukup larut, sehingga dia bisa menikmati makan malam bersama Sowon.

Tidak ada yang mau membuka suara, sehingga yang terdengar hanyalah ketukan alat makan.

Annyeong; Sowjin ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang