🌠--Seventh--🌠

999 148 15
                                    

✽--Annyeong--✽

Desiran aliran air mengalir terdengar begitu jelas. Mengingat kejadian tadi, yang membuat Sowon hampir saja mati.

Tadi pagi, Jin memakinya habis-habisan. Bahkan, Jin hampir saja membunuh Sowon. Sekarang, Sowon ketakutan. Dia, sedih. Kenapa suaminya harus sekejam ini padanya? Padahal, Sowon hanya melakukan kesalahan kecil.

Flashback on

Hari ini, adalah hari kedua Sowon tinggal satu atap bersama suaminya, Seokjin Kim.

Sowon sengaja membuatkan dakjuk untuk Jin sarapan pagi ini. Karena menurutnya, hanya dakjuk makanan yang paling mudah dibuat, dan dakjuk sendiri, hanya memerlukan 3 bahan makanan. Yaitu, ayam, beras, dan juga bawang putih.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, dakjuk lezat hasil buatan Sowon, kini telah tersaji dengan rapi diatas meja makan.

Kebetulan, Jin sudah datang. Dia langsung duduk di kursi, tanpa menatap Sowon. Dan langsung menyantap dakjuk buatan Sowon tanpa berkata sedikitpun.

Prank!

Jin mendorong mangkuk yang berisikan dakjuk itu hingga jatuh dan pecah, membuat dakjuk yang tersaji lezat itu tumpah berserakan kemana-mana. Sowon menutup matanya tatkala dia mendengar suara yang keras mengetuk gendang telinganya.

"Kenapa kau membuangnya, kak? Apa itu tidak enak?" tanya Sowon ragu.

"Dakjuk macam apa ini?! Kamu menambahkan bahan apa ke dalam mangkuk dakjuk milik saya?!" Jin marah karena menurutnya dakjuk ini telah ditambahkan sesuatu oleh Sowon sehingga rasanya sedikit aneh.

"A-aku tidak menambahkan apapun kedalamnya," ujar Sowon sembari menitikan air matanya. "A-ku tahu, aku tidak pandai memasak. Tapi bisakah kau sedikit menghargai usahaku? Aku hanya ingin suamiku pergi ke kantor dengan keadaan perut yang sudah terisi oleh makananku," tambah Sowon lagi dengan nada lemah dan wajah berlinang air mata.

"Makanan?! Seperti ini yang kamu bilang makanan?!"

Mendengar Jin melontarkan kalimat seperti itu, membuat hati Sowon teriris sakit. Pedih rasanya mendengar kalimat seperti itu, apalagi yang melontarkan kalimat itu adalah suaminya sendiri.

"Jangan bentak aku! Aku tau aku ini bodoh, tapi sikapmu itu berlebihan, kak! Apa kau lupa pesan bunda? Bunda ingin kau menjaga anaknya, bukan malah memaki anaknya seperti ini!" jerit Sowon menangis.

"Ini baru hari kedua, tapi kamu sudah berani melawan saya! Kamu tahu Sowon, itu sangat tidak sopan!" ucap Jin tak mau kalah. Dia semakin meninggikan nada suaranya.

"Aku tahu, iya aku tahu itu sangat tidak sopan! Tapi ini karenamu! Kak Jin yang telah membuatku seperti ini!" kata Sowon.

"Tutup mulutmu, Sowon! Atau aku akan membunuhmu!" timpal Jin dengan api kemarahan yang membara.

"Kau mau membunuhku? Bunuh saja aku! Bunuh saja aku, kak!" teriak Sowon menantang. Walau, sebenarnya dia sangat takut. Sangat!

"Cukup Sowon!" Emosi Jin sudah sampai pada puncaknya. Dia langsung menarik tangan Sowon kasar. "Lepaskan aku!" teriaknya sembari terus menerus menangis. Sedangkan Jin, dia sama sekali tidak menggubris teriakan Sowon.

Jin melempar tubuh Sowon diatas ranjang. Membuat Sowon sedikit merasa sakit. "Kamu, jangan keluar sebelum saya kembali ke rumah! Jika kamu masih berani keluar, kamu akan tahu akibatnya!" ujar Jin dengan tatapan sinisnya.

Annyeong; Sowjin ミ°endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang