"Eh kita ketemu lagi," ucap Vino saat melihat Shani.
Shani mulai berdiri seraya menatap marah Vino yang membuatnya jatuh. "Kamu gak punya mata ya?"
"Punya. Lu gak liat ini apa?" Vino menunjuk kedua matanya.
"Aku juga liat kamu punya mata," jawab Shani.
"Kalo tau, kenapa tetep nanya?" tanya Vino lagi.
"Kamu ngeselin banget sih!" Shani kesal dan tangannya sudah mengepal ingin menonjok.
"Kalian udah saling kenal?" tanya Pak Yana menghentikan pertengkaran Vino dan Shani.
"Kagak, Pak. Tadi pagi dia hampir buat saya sama Gracia kecelakaan," jawab Shani menunjuk Vino.
"Jadi tadi lu marah-marah gak jelas ke gue karena itu," sahut Vino.
"Udah-udah. Kalian selesaikan masalah kalian nanti. Shani lanjutkan pekerjaanmu," ucap Pak Yana tidak mau tahu permasalahan Shani dan Vino.
Lalu Vino bersama Pak Yana dan yang lainnya melanjutkan perjalanan menghampiri supervisor bagian cutting desk, sementara Shani melanjutkan pekerjaannya.
"Shan, udah jangan emosi. Fokus aja kerja," ucap salah satu perempuan yang tadi melihat pertengkaran Shani dengan Vino.
"Iya, Kak Shania. Lagian dia duluan yang mancing emosi aku," ucap Shani yang langsung membantu mengecek hasil potongan bahan yang dipotong anak cutting desk yang dicek Shania.
Disaat yang sama Vino, Dyo dan para pekerja baru bagian cutting desk sedang mendengarkan pengarahan dan penjelasan dari supervisor bagian cutting desk bernama Pak Hasyim.
"... bahan atau rotek yang kalian lihat itu yang sedang dikerjakan ada 50 lapis yang isinya 150 pcs atau terkadang 100 pcs atau 50 pcs. Tapi kadang lebih atau kurang dari 50 lapis." Pak Hasyim menunjuk bahan yang berada di salah satu meja pekerja. "Bahannya juga bermacam-macam style dan size. Sekarang kalian lihat-lihat dulu seperti apa cara pengerjaannya, nanti kalian boleh coba mengerjakan di mesin yang kosong."
Vino, Dyo dan yang lainnya langsung memisahkan diri untuk melihat cara memotong bahan yang akan mereka mulai bekerja nanti.
"Yo, jangan dibayangin. Mentang-mentang kita kerja di pabrik bh," ucap Vino saat Dyo melihat salah satu hasil potongan yang sudah dipotong.
"Lu kali yang mikir itu haha..." sahut Dyo seraya tertawa.
Vino dan Dyo serta Shani sedang berada di pabrik yang memproduksi bahan untuk bra.
"Tapi bahaya juga ya kalo nanti shift 3," lanjut Dyo yang memperhatikan pekerja yang ia lihat sedang memotong bahan dengan cepat dan rapi.
"Bahaya kenapa?" tanya Vino.
"Kan shift 3 itu malem, kalo udah ngantuk berat selain bahan yang kepotong pasti jari kita juga bisa kepotong," ucap Dyo menunjuk pekerja yang meletakan pisau di atas bahan lalu menarik tuas mesin dan menekan tombol dengan cukup cepat.
"Kalo gak mau jarinya kepotong ya jangan ngantuk lah," ucap Vino menanggapi ucapan Dyo.
"Bro, sini," panggil seseorang yang membuat Vino dan Dyo menoleh.
Vino dan Dyo langsung menghampiri orang tersebut yang berada di salah satu mesin yang mesinnya sudah dinyalakan.
"Ada apa, Bang?" tanya Vino setelah menghampiri orang tersebut.
"Cobain ngerjain motong bahan. Tapi siapa yang mau coba?" tanya orang itu bingung sebab dia berniat memanggil salah satu dari mereka.
"Lu aja, Vin," ucap Dyo mengalah karena ingin melihat-lihat dulu proses pengerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Factory
FanfictionVino si pekerja baru membuat Shani menjadi penasaran. Saking penasarannya membuat Shani justru ... Penasaran jalan ceritanya? Silahkan baca....