Pagi hari di kamar kontrakan, Shani terlihat sudah rapi mengenakan seragam pabriknya. Padahal kondisi kakinya yang keseleo masih belum membaik dan jalannya pun terpincang-pincang.
Perempuan berparas ayu itu berniat kembali bekerja di pabrik dikarenakan rasa jenuh karena setelah pulang dari kegiatan family gathering, ia harus berada di kontrakan hampir seminggu.
Di luar kamar kontrakannya Gracia sedang menunggunya sambil memanaskan mesin motor Shani yang akan dipakai untuk berangkat ke pabrik.
"Ci, udah belum?" tanya Gracia.
"Belum. Masih nyisir," jawab Shani.
Gracia menghela nafasnya karena ia tidak ingin telat terlebih lagi langit cukup berawan dan pertanda akan turun hujan. Walau kalau telat karena hujan masih ditoleransi 15 menit setelah reda.
Tak selang lama Shani pun keluar dari kamar kontrakannya dengan berjalan menggunakan tongkat. "Yuk, Gre. Kita berangkat."
"Ci Shani yakin kerja?" tanya Gracia memastikan karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Yakin. Kan aku bakal kerja di posisi kamu meriksa potongan bahan," ucap Shani tersenyum karena kesuntukannya di kontrakan berakhir.
Kedua perempuan itu langsung berangkat menuju pabrik dengan menggunakan motor Shani. Gracia yang mengendarai dan Shani yang dibonceng sambil memegangi tongkatnya.
Sebelum sampai di pabrik, keduanya mampir sebentar membeli sarapan di tempat biasa lalu melanjutkan kembali perjalanan menuju pabrik.
Sesampainya mereka di area belakang pabrik, di luar gedung produksi masih dalam keadaan tenang dan hanya ada beberapa orang yang sudah datang, kecuali yang bekerja dari malam hingga pagi.
"Ayo, Ci," ajak Gracia lalu berjalan bersama Shani.
Shani sedikit kesulitan saat berjalan karena menuju area depan pabrik karena ia bersama Gracia harus melewati tanjakan yang sedikit licin habis terguyur hujan saat pagi dini hari.
Saat tiba di area depan pabrik untuk mengabsen, Shani langsung ditegur oleh satpam di pos. Bukan teguran karena melanggar aturan, melainkan si satpam menyapa dan menanyakan kabar setelah Shani tidak masuk kerja hampir seminggu.
"Ci Shani?"
Shani dan Gracia yang akan melangkah ke gedung produksi menoleh ke arah suara. Mereka berdua melihat Okta datang.
"Ci Shani gimana kakinya?" tanya Okta.
"Alhamdulillah. Udah mendingan," jawab Shani tersenyum.
"Mendingan kok masih pake tongkat." Okta menunjuk tongkat yang dipakai Shani.
"Ci Shani sebenernya masih sakit, Ta. Dia masuk juga katanya bosen di kontrakan mulu. Nanti 'kan dia kerjanya meriksa potongan bahan gantiin aku," jelas Gracia.
"Oh. Aku time card dulu ya." Okta melangkah pergi ke pos satpam. Shani dan Gracia berjalan menuju gedung produksi.
Disaat yang sama Vino sampai pabrik dengan kondisi yang begitu mengkhawatirkan. Wajahnya sedikit pucat, suhu tubuhnya panas tapi ia merasakan dingin.
Kondisinya tersebut terkesan cukup memaksa padahal sebelum berangkat ia sudah dicegah Yupi untuk tidak bekerja dulu karena takut terjadi apa-apa.
"Vin, kenapa lu?" tanya Dyo yang baru sampai dan memberhentikan motornya di samping Vino yang masih tetap duduk di atas motor.
"Gapapa, Yo." Vino turun dari motornya. "Yuk kita ke depan."
Dyo pun turun dari motornya lalu menempelkan punggung tangannya ke kening Vino. "Gila. Panas banget lu. Mending lu pulang aja, Vin. Nanti gue bilangin kalo lu sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Factory
FanfictionVino si pekerja baru membuat Shani menjadi penasaran. Saking penasarannya membuat Shani justru ... Penasaran jalan ceritanya? Silahkan baca....